Chapter 7

9.8K 837 14
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

 Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gedung Stoner and Co. yang berlantai lima dengan dinding bercat putih dengan banyak jendela berada di tepi jalan raya. Walau demikian suara kendaraan yang lalu lalang tidak dapat terdengar dari dalam bangunan yang tertutup rapat.

Udara sejuk yang berasal dari pendingin utama menyebar merata pada setiap ruangan yang tertutup karpet tebal berwarna cokelat gelap. Stanley Stoner berkonsentrasi penuh dengan tumpukan kertas yang berada di sebelah komputer di atas meja. Sinar matahari pagi berusaha menyeruak masuk di antara horizontal blind yang setengah terbuka.

Ruangan kerja  yang berada di lantai teratas dan berlokasi di sisi barat itu terasa sangat maskulin. Di pojok ruangan yang berlantai dan berdinding nuansa kayu ada mesin pemanas otomatis dan satu set sofa berbahan bulu binatang sintetis berada pada sudut ruangan berbeda untuk menerima tamu.

Suara ketukan membuyarkan perhatian pria bercambang pendek itu. Dia mendongak dan mendapati ibunya melangkah masuk ke dalam. "Stanley, minggu depan hari pernikahanmu. Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Geraman rendah terdengar dari laki-laki berkemeja putih itu. Dia tidak suka diingatkan akan kewajibannya untuk menikahi seorang perempuan  asing. "Mom, bisa lihat sendiri. Aku sibuk memeriksa kapal ekspedisi kita yang baru kembali dari Cina."

Vanessa memutar bola mata. Putra bungsunya terlalu mencintai kertas. Dia berjalan mendekat dan berkata, "Kau bisa melakukannya lain kali. Kau belum pernah mengunjungi calon istrimu. Keluarlah dari tempat ini dan bertemulah dengan gadis itu."

"Aku tidak berminat bertemu dengan seorang penipu!" umpat Stanley kembali menunduk memeriksa pembukuan. Kapal yang baru kembali harus diperbaiki sebelum dapat melakukan perjalanan berikutnya. Itu berarti membutukan waktu hampir dua minggu. Dia harus meliburkan awak kapal.

"Berhenti memaki," balas wanita itu menunjukkan raut tidak suka. "Jessica anak yang manis. Aku menyukainya. Aku bahkan heran bagaimana bisa kau membawanya ke ranjang dengan mudah."

"Mom! Yang pertama, mungkin karena dia adalah penipu ulung! Yang kedua, aku tidak pernah membawa dia ke ranjangku! Dan yang ketiga, Mom menganggu pekerjaanku!" raung Stanley marah. Pria itu mendongak dan menatap ibunya dengan pandangan berapi-api. 

Namun, Vanessa tidak terpancing. Temperamen putranya mirip angin ribut sejak perjodohan dilakukan. Wanita itu telah memeriksa latar belakang calon menantunya dan menyukai apa yang dia baca. Jessica adalah salah satu lulusan Universitas Washington jurusan ekonomi dengan nilai yang sangat memuaskan. Namun, karena kecintaannya terhadap dunia pendidikan, gadis itu sama seperti ayahnya memutuskan untuk mengabdikan diri menjadi seorang guru.

Vanessa menghela napas menyerah. Putranya terkadang sangat keras kepala. Dia melangkah  keluar ruang kantor sambil berkata, "Setidaknya kau meneleponnya untuk menanyakan kabar. Itu merupakan tindakan yang pantas dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap calon istrinya."

Stanley menahan keinginan melempar barang yang berada di atas meja. Dia meremas kertas yang masih digenggamnya hingga kusut.

Pria itu membenci perempuan yang telah merusak masa depannya. Dia bersumpah akan membuat Jessica menderita karena telah menjebak dirinya dalam pernikahan ini.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

9 Mei 2018

Benitobonita

How to Melt a Stoner - Humor Romansa Pernikahan PaksaWhere stories live. Discover now