Chapter 6 - Mother and Daughter's Secret

11.6K 926 17
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Satu jam kemudian Jessica mematung di depan cermin panjang yang berada di sudut ruangan. Gaun pengantin sederhana, tetapi elegan berwarna putih berkilau membalut tubuhnya yang mungil dan memamerkan kulit bahunya.

"Kau cantik sekali," puji Olivia bangga mengamati putrinya dari belakang sambil berusaha merapikan tali gaun yang kurang pas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau cantik sekali," puji Olivia bangga mengamati putrinya dari belakang sambil berusaha merapikan tali gaun yang kurang pas. Dia menoleh ke arah wanita gemuk berambut abu-abu yang berdiri di sebelah mereka.

"Mungkin Anda bisa mempermaknya di sini."

Karyawan itu mulai mengambil jarum pentul lalu memberikan tanda dan bertanya, "Kapan acara pernikahannya diadakan?"

"Bulan depan," jawab Olivia bangga. Putrinya akan menikah dengan salah satu pria terpandang di Kota Portland. Kartu undangan telah disebar. Sesuai janji, hotel tempat pernikahan Caroline dan Paul pun telah dipesan untuk acara pernikahan Jessica dan Stanley. Semua sudah terencana dengan rapi. Satu-satunya yang kurang adalah calon pengantin pria yang tidak pernah menampakkan batang hidungnya ataupun menelepon calon istrinya.

Namun, Olivia mengabaikan hal itu. Perjodohan antara wanita dan pria sering terjadi di berbagai belahan dunia bahkan di Amerika yang merupakan negara maju. Setelah Jesicca memberikan suaminya satu dua anak, tentu sikap dingin calon menantunya akan berubah menjadi lebih hangat.

"Mom, sepertinya Stanley membenciku," ucap Jessica mengungkapkan perasaannya untuk yang kesekian kali. Dia tiba-tiba teringat akan tatapan penuh amarah yang diberikan oleh pria itu ke arahnya sebelum mereka berpisah.

"Hush, dia hanya sibuk," bantah wanita tua itu sedikit menunduk lalu mengangkat gaun putrinya, "kau membutuhkan sepatu tinggi sekitar tujuh sentimeter agar tidak terlalu mencolok perbedaan tinggi kalian."

Jessica menggigit bibir sebelum kembali berkata, "Mom, aku rasa dia tidak mau menikah denganku."

Olivia tidak menanggapi. Dia mengangkat rambut panjang putrinya dan berkata, "Kau harus menyanggul rambutmu ke atas agar dapat memamerkan lehermu. Selain itu Vanessa mengatakan akan menberikan satu set perhiasan yang layak untuk kau gunakan saat acara pesta pernikahan."

Jessica memutar tubuh. Alis gadis itu bertaut dan menunjukkan ekspresi kesal. "Mom! Apa Mom mendengarkan semua perkataanku?"

Olivia mendengkus lalu mundur beberapa langkah agar dapat menilai penampilan putrinya. Dia harus mengatakan kepada Vanessa bahwa Jessica membutuhkan anting panjang.

"Cukup berikan dia satu atau dua orang anak dan sikapnya akan berubah."

"Mom!" protes Jessica. Semburat merah muda mewarnai wajahnya. Zaman sudah maju. Banyak pengetahuan mengenai cara memperoleh anak beredar dengan bebas. Namun, tidak untuk keluarga Stuart. Mereka telah mendidik anak-anak mereka untuk menjauhi segala hal yang tidak bermoral, termasuk melakukan hubungan intim sebelum menikah.

Olivia mengerutkan kening dan melipat kedua lengan di depan dada. "Mengapa kau malu? Setelah apa yang kalian lakukan di hotel tentu memberikan pria itu anak bukan suatu masalah."

Perempuan yang sedang mengukur panjang gaun dari pinggang Jessica ke lantai segera mendongak. Dia tertarik menguping pembicaraan ibu dan anak yang tengah berlansung.

"Sudah aku bilang, kami tidak melakukan apa-apa! Semuanya hanya kesalahpahaman!" Warna merah muda pada wajah Jessica semakin gelap, sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

Mata Olivia melebar. Jessica telah berhasil mendapatkan seorang laki-laki kaya raya bahkan tanpa harus memberikan tubuhnya sebelum hari pernikahan. Dia tidak salah mendidik putrinya. Dirinya adalah seorang ibu teladan.

"A-apa kau masih perawan?" bisik Olivia penuh harap mendekati putrinya. Kaki wanita itu tanpa sengaja menendang perempuan yang masih berjongkok di antara mereka.

"Mom!" Jessica melirik malu ke arah penonton yang hampir terjepit oleh tubuh mereka.

Olivia meletakkan tangan di dada dan bernapas cepat, mata cokelat wanita itu menatap putrinya dengan terkejut. "Oh My God!"

"Mom! Bisakah kau berhenti bersikap menyebalkan!" Jessica mulai meninggikan suaranya dan mengepalkan kedua tangan. Ibunya terkadang sangat menjengkelkan dan sering tiba-tiba mengalami kesulitan mendengar.

Olivia menunduk ke arah wanita penjahit yang sebagian tubuhnya telah tertutup oleh gaun pengantin Jessica yang megar lalu berkata, "Tolong tinggalkan kami sebentar."

Perempuan itu bangkit dan memasang wajah kecewa. Dia berjalan menjauh lalu berpura-pura memeriksa gaun-gaun yang berada di dalam rak dengan harapan dapat mendengar kelanjutan diskusi hangat pelanggan barunya.

Olivia melirik ke sekitar. Dia memastikan pembicaraan mereka aman sebelum meraih lalu menggenggam erat tangan putrinya dan berbicara dengan suara terengah. "Jessica, Stanley pasti akan sangat bahagia."

"Be-benarkah?" tanya gadis itu gugup. Dia telah membuat gusar banyak orang dan berharap dapat menebus kesalahannya.

"Tentu saja! Seorang laki-laki akan merasa sangat tersanjung apabila istrinya masih seorang perawan," ujar Olivia menunjukkan ekspresi ceria. "Jadikan berita ini sebagai hadiah untuk suamimu saat malam pertama kalian."

Tangan gadis itu menjadi dingin dan dia balas berbisik, "Mom, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat malam pertama."

Senyum Olivia semakin lebar. Dia mendekatkan bibirnya ke kuping kanan Jessica lalu memberikan berbagai informasi rahasia yang hanya diketahui oleh seorang istri yang telah melayani suaminya selama tiga puluh tahun lamanya.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

5 Mei 2018

Benitobonita

How to Melt a Stoner - Humor Romansa Pernikahan PaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang