1

55K 2.3K 15
                                    

~Enjoy it guys~

"Adek bangun!" Seru Nadia membangunkan anak semata wayangnya dengan mengetok pintu kamar berwarna hitam.

"Adek udah jam 7 kamu udah telat!" Teriaknya lagi.

"Adek nggak mau sekolah!" Jawab seseorang dari dalam kamarnya. Segera Nadia membuka pintu kamar itu dengan keras.

"Bagus ya jam segini masih tidur nggak mau sekolah lagi." Ucap Nadia dengan menjewer telinga anaknya itu.

"Aduh bunda sakit. Iya, ampun bunda." Balas sang anak dengan mengusap telinga kanan yang sudah terlepas dari tangan bundanya.

"Sekarang mandi terus berangkat sekolah. Cepetan!" Perintah Nadia. Seperti perintah mutlak sang anak segera berlari ke arah kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya itu. Nadia hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan sang anak yang tak pernah berubah padahal sudah berumur 16 tahun.

"Halo bunda." Sapa seorang laki-laki yang menuruni tangga dengan memakai jam tangan di lengan kirinya.

"Mau sarapan di rumah apa sekolah?" Jawab Nadia.

"Sekolah aja nda. Adek berangkat." Kata anak itu dengan mencium tangan bundanya.

"Hati-hati." Balas sang anak.

"Samlekom!" Teriak laki-laki itu dengan berlari menuju garasi rumahnya.

"Dafa yang bener salamnya!" Emosi Nadia meneriaki anaknya itu. Dafa yang mendengar hanya terkekeh karena baginya mengusili bundanya itu sudah menjadi kebiasaannya.

✖✖

Deru motor itu seakan membelah jalanan ramai ibu kota. Dafa si pemilik nama itu dengan santainya mengendarai motor dengan kecepatan stabil padahal saat ini jam sudah menunjukkan setengah delapan.

"Pak Rudi bukain pintunya!" Seru Dafa saat ia sampai di depan gerbang SMA Alsky. Seorang yang dipanggil namanya pun hanya mendengus kesal dengan tetap membukakan pintu gerbang untuk Dafa.

"Terima kasih pak." ucap Dafa saat ia melewati Pak Rudi dan segera memarkirkan motor ninjanya.

"Dafa!" Seru seorang memanggil nama Dafa, tapi anak itu tetap berjalan menuju kelasnya.

"Dafa! Saya manggil kamu!" Serunya lagi. Dan lagi Dafa tetap berjalan.

"Keterlaluan kamu Dafa!" Serunya menghampiri Dafa dan menarik tas ransel yang ia sampir di bahu kirinya membuat Dafa hampir terjungkal.

"Apa sih bu?" Tanya Dafa dengan melepas earphone dari lubang kedua telinganya.

"Pantas." Gumam Bu Rani yang tadi meneriaki nama Dafa.

"Ikut saya." Ucap Bu Rani yang dibalas anggukan oleh Dafa.

"Kamu sudah banyak melanggar peraturan di sekolah ini Dafa." Ucap Bu Rani. Mereka saat ini ada di ruang BP. Nama Dafa sudah menjadi nama buronan di kalangan guru BP sekaligus blacklist.

"Saya tahu." Jawab Dafa santai.

"Kamu masih kelas 10. Tapi sudah membuat banyak masalah." Lanjut Bu Rani.

"Saya memang kelas 10. Bukan kelas 11." Ucap Dafa.

"Selalu saja menjawab." Balas Bu Rani.

"Saya diam." Ucap Dafa.

Ini keajaiban Dafa. Selalu seperti ini. Entah watak itu menurun dari siapa. Orang tuanya bahkan sudah angkat tangan dengan kelakuan Dafa.

"Ubahlah sikap kamu, saya bisa mempertahankan kamu sampai saat ini karena kamu memiliki prestasi yang mambanggakan."

Dasva|END✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon