17. MULAI PEDULI?

Mulai dari awal
                                    

“Mendingan juga Nency. Lebih aduhayyyyy,” seloroh Bisma lalu terkekeh membayangkan body Nency.

“Tau lo, Ko! Kalau lo suka sama Nency ya udah sana lo datengin si Moza. Lo putusin! Kasian dia kalau baper sama lo tapi lonya suka sama orang lain. Adik tirinya Moza si Nency pula!” Frengky meneruskan pembicaraan.

“Emang si Chiko maruk! Gak pa-pa, Ko. Gue dukunggggg lo seratus persen! Dua istri lebih baik!” Ergo mengacungkan jempolnya pada wajah Chiko yang langsung dihalau oleh Chiko.

“KAGA-KAGA!” Ganang seru sendiri. “ENAK AJA NYURUH CHIKO MUTUSIN MOZA! GUE PENDUKUNG MOZA CHIKO NIH!” Ganang masih tetap seru.

“Lagian nih, Bang. Si Moza itu lebih baik daripada si Nency! Gue gak mau Chiko sama Nency. Nih ye Ko. Kalau sampe lo sama si Nency nanti jadian. KAGA BAKAL GUE KASI RESTU!” Ganang masih tetap heboh membuat beberapa murid memperhatikannya.

“Ya elah santai dong lo, Nang! Udah kaya apa aja teriak-teriak,” ujar Ergo. “Yang jalanin juga si Chiko. Ngapa lo yang sewot?”

“Pokoknya gue gak setuju nih kalau Chiko sama Nency! Lo liat dong si Moza! Udah capek-capek nemenin Chiko ke sana ke sini. Nyari-nyari Chiko ke kelas. Teriak-teriak manggilin Chiko ke kelas. Nanya-nanyain Chiko ke gue.”

“Kasian dia. Dia sampe minta nomor telpon Chiko ke gue. Sampe nge-chat banyak kali, lo tau? Akhirnya gue kasih aja karena kasian. Kayanya dia sayang banget sama lo Ko. Lo tau gak Ko? Dia juga nanya-nanya lo marah ke dia atau gak waktu ini. Laahh gue kan gak tau jadinya gak bisa jawab! Gue bilang aja lo gak marah biar dia seneng.”

Mendengar cerita Ganang membuat Chiko jadi penasaran. Sesuatu mengusik hati Chiko untuk bertanya. “Dia kenapa gak nanya langsung sama gue?”

“Gimana mau tanya!” Ganang tiba-tiba ngegas. “Kata dia lo jarang bales chat tuh cewek!” Ganang menampilkan muka sebal. Malah sekarang Ganang yang emosi.

“Kalau ketemu juga kerjaan lo marah-marah mulu sama dia kan?”

Benar juga. Benar apa yang dikatakan Ganang.

“Tapi buat apa lo pacaran sama Moza kalau lo gak suka dia, Ko? Ya kurang kerjaan amatlah,” ucap Bisma santai.

Ganang melirik Chiko. “Bener tuh kata Bang Bisma. Kalau masih bertahan sampe sekarang ya artinya ada rasa. Tapi gue rasa yang bisa jawab cuman si Chiko. Ya gak, Ko?”

Sejak dulu Ganang memang begitu. Chiko juga tidak heran sama sekali dengan kata-katanya. Guru pun sering dilawan seperti tadi oleh Ganang.

Dua kali. Ganang benar. Chiko juga tidak mau melepas Moza untuk sekarang. Chiko berdiri. Merasa sedikit gerah dengan topik pembicaraan mereka. Chiko tidak mau ambil pusing dahulu. Sekarang kepalanya penuh dengan nama Moza.

“Gue mau ke kelas dulu naruh tas. Lo pada mau ikut nggak? Bentar lagi bel,” ujar Chiko mengalihkan pembicaraan.

“Ntar aja, Ko. Gue masih betah di sini. Kalau ada guru baru gue masuk kelas,” ujar Ganang. “Jangan lupa inget yang waktu di mading. Tulisan Nency. Yang kaya gitu lo suka. Gue mah ogah banget! Mending juga Moza!”

“Jangan ngomongin Moza terus. Gue males,” ujar Chiko. “Itu cewek nyebelin. Dia lagi diincer sama Draco.”

“Tuhkan! Apa yang gue bilang ke lo itu bener, Ko?” ucap Ergo. “Lo sih gak percayaan waktu ini! Draco pasti suka sama Moza. Sering keliatan suka merhatiin Moza soalnya. Gue pikir dia suka sama Zetta tapi kayanya gak mungkin karena Draco keliatan deket sama Moza.”

“Emangnya kenapa kalau Zetta deket sama Draco?” tanya Frengky dengan kening berkerut namun matanya sudah tahu jawaban apa yang ada di wajah Ergo.

MOZACHIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang