Extra Teil

3.2K 141 2
                                    

Aku kasih extra part, baik kan aku, he he, lupakan.

Baca setelah berbuka, walau tidak ada yang aneh - aneh.

Enjoy reading.






Semua telah selesai dan sekarang aku serta isteri cantik ku sedang liburan, tapi mendapat protes dari anak - anak.

Orang tua tidak tahu umur, begitu kata Hinar, sedang Dyah hanya menatap kami sambil menggelengkan kepala.

Aku dan Kinanthi kan hanya liburan, walaupun ada plus - plusnya, pria tidak akan kuat kalau harus berjauhan dengan isterinya, bagaimana pasangan kalian, aku tentu saja seratus persen mengiyakan.

Ku tatap Kinanthi yang sepertinya lelah karena perbuatan ku, sedikit memaksa memang tapi dengan rayuan maut Narendra Barata Kusuma, akhirnya Kinanthi pasrah juga, begitulah para pria punya seribu cara meluluhkan wanitanya.

Aku akhirnya meninggalkan isteri ku yang terlelap menuju balkon rumah peristirahatan yang sengaja aku bangun bila jenuh dengan pekerjaan.

Memandangi garis pantai yang mulai menggelap, aku tersenyum melihat keadaan sekitar, benar kata Hinar, aku adalah orang tua tidak ingat umur, tidak keluar kamar hingga senja menjelang.

Tapi aku bisa apa, Kinanthi adalah udara untuk seorang Nare, candu yang selalu aku butuhkan.

Isteri ku adalah fajar yang menerangi pagi, bahkan senjanya adalah lukisan yang tidak terbantahkan indahnya.

Sejak kapan aku jadi melow begini, semua karena isteri ku, ibu dari anak - anak, teman hidup yang mengiringi langkah ku.

Tiba - tiba tangan lembut merangkul ku dari belakang dan aku tahu itu tubuh siapa, wangi dan cara Kinanthi memeluk ku sudah terhapal dari dulu.

"Mikir apa Kak Nare?" ucap Kinanthi.

"Mikirin kamu," ujar ku tersenyum.

"Suka sekali ngombal dari dulu," ucap Kinanthi.

"Bagaimana tidak mikir kalau tubuh mu nempel seperti ini, apalagi bagian atas, awww....... kenapa dicubit?" ujar ku sambil membalik badan.

"Benar kata Hinar, Ayahnya perlu diberi obat pengendali libido," ucap Kinanthi cemberut.

"Kenapa tidak bilang kalau libido ku tidak tinggi maka tidak lahir dia?" ujar ku tersenyum manis.

"Ngomong apa sih Kak Nare, dimana Mama dan Pak Aldean?" ucap Kinanthi mengalihkan pembicaraan.

"Sama di Lombok tetapi beda resort, aku tahu kamu mau ketemu Mama dan itu tidak boleh!" seru ku memperingati.

"Jahat Kak Nare, aku kan hanya ketemu Mama sebentar," kata Kinanthi.

"Yang ada kita tidak jadi bulan madu, Mama akan memonopoli kamu, hingga aku dan Aldean akan merana," ucap ku pelan.

"Kenapa bawa - bawa Aldean, apa hubungannya dengan merana?" tanya Kinanthi.

Sebenarnya Kinanthi tidak tahu atau sok polos, bagaimana bulan madu ada orang lain di sekitar mereka, bulan madu itu berdua, tidak mungkin bertiga atau berempat kecuali swinger yang lagi marak, amit - amit.

"Kalau kamu dan Mama bertemu, kapan Aldean memberi adik pada ku?" ucap ku sambil berbalik badan.

Sedikit mencium bibir isteri sendiri di sore hari tidak masalah bukan, sebenarnya tidak sore juga karena matahari telah malas bersinar, digantikan rembulan yang seakan baru terbangun dari peraduannya.

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang