Dreißig

1.9K 182 11
                                    

Happy weekend.

Enjoy reading.








Mobil yang dikendarai Sean telah sampai pada tujuannya, Kinanthi memegang erat tangan Nare, pria itu menyadari ketakutan isterinya, ia balas menggenggam tangan Kinanthi dengan lembut.

Nare juga tersenyum kepada Kinanthi agar isterinya itu tahu bahwa ada seseorang yang akan menjadi penopangnya apa pun yang terjadi.

Mobil mereka telah memasuki area rumah Nare, rumah besar yang ia buat untuk keluarganya, entah keyakinan dari mana bahwa Kinanthi dan anaknya akan kembali kelak.

"Ini rumah nenek dan kakek, Yah?" tanya Hinar.

"Rumah Ayah, rumah kita maksudnya," ucap Nare pelan.

"Kak Nare?" ujar Kinanthi.

"Benar, rumah ini Kakak bangun buat kita, Kakak yakin kamu pasti kembali," ucap Nare pelan.

Kinanthi menatap suaminya haru, melihat itu Nare memeluk dan mencium bibir Kinanthi sekilas.

"Dyah, cepat keluar, lama - lama mata mu rusak!" kata Hinar.

Mendengar gerutuan puteranya, Nare malah tertawa, ia dan Kinanthi kemudian ikut keluar mobil juga.

Ketika pintu terbuka oleh Aldean dari dalam, Nare dan keluarganya beserta Sean masuk menuju ruang tamu dimana Gayatri berada.

Wanita tua itu tampak berdiri dari duduknya, menatap putera dan keluarga kecilnya dengan mata berkaca - kaca.

Nare lalu memeluk Mamanya, Gayatri lalu melepas pelukan Nare dan beralih ke Kinanthi.

"Terima kasih sayang, bersabar menghadapi semuanya, Mama doakan kalian bahagia," ucap Gayatri tulus.

"Terima kasih ...." ujar Kinanthi menggantung.

"Mama, panggil aku seperti Nare memanggil ku!" ucap Gayatri pelan.

Gayatri lalu memandang Hinar dan Dyah yang berdiri kaku.

"Hinar dan Dyah, kalian tidak mau memeluk nenek yang tua renta ini?" ucap Gayatri pelan.

"Nenek!"

Kata Hinar dan Dyah berbarengan lalu mereka memeluk mendekat dan memeluk wanita tua itu.

"Maaf, nenek tidak bisa melihat kalian tumbuh besar," ucap Gayatri penuh haru.

"Kak Nare dan Kak Kinan sudah datang!" seru Pradita dari ruang lain.

Pradita diikuti Guntoro dan Pratiwi yang terkejut melihat Hinar dan yang lain.

Ia memperhatikan Mamanya yang langsung memeluk Ibu kekasihnya, apa mereka saling kenal, pikir Pratiwi.

Guntoro yang melihat Kinanthi hanya mematung di tempatnya, wanita yang jadi sahabat dari kecil dan juga pernah mengisi hidupnya tampak dewasa dan anggun.

"Kak Gun, kemari!" kata Pradita pada suaminya.

Entah perasaan Kinanthi saja, Guntoro melangkah berat, aneh memang seperti bukan sahabatnya dari kecil, apalagi wajah pucat temannya itu begitu kentara.

Kinanthi mengembangkan tangannya, Nare yang melihat itu langsung memeluk tubuh Kinanthi dari belakang yang membuat Kinanthi terkesiap.

"Jangan coba - coba memeluk pria lain selain suami mu!" ucap Nare tegas.

Pradita memutar matanya malas, sedang Kinanthi hanya meringis menanggapi keposesifan Nare.

"Kak Nare apa - apaan sih?" gerutu Pradita melihat Kakak sepupunya itu.

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang