Zwanzig

2.1K 187 18
                                    

The last repost.

Enjoy reading.







Pemuda itu memandangi awan nun jauh di sana, menatap cakrawala Ibu Kota.

Dari jendela kaca tempat ruangan kerjanya berada, ia merunut kehidupan yang telah dijalaninya selama ini.

Ia kira seorang Hinar tidak memiliki ayah, ia hanya punya Ibu dan saudara perempuannya.

Hinar menghela napasnya, ia kini memiliki keluarga lengkap tetapi rahasia yang mengikuti perubahan itu begitu menyesakkan dadanya.

Dulu hidupnya tenang, tetapi sekarang ia tidak hanya mencemaskan ibu dan adiknya, juga ayahnya, walaupun banyak pengawal melindungi mereka.

Tetapi Hinar tidak akan mundur, ia akan menanggung semuanya agar keluarganya bahagia.

Tok.

Tok.

Tok.

"Masuk!"

Hinar bersuara memerintahkan masuk.

"Kak Hinar."

Pemuda itu tersenyum, lalu menghampiri gadis yang memasuki ruangannya.

"Tumben kemari?"

"Ibu menyuruh ku kemari, katanya anak lelakinya pasti lupa makan siang, jadi di sinilah aku."

Dyah gadis itu, melepaskan jinjingan yang dibawanya, lalu menata bawaannya.

"Banyak sekali."

Hinar menatap meja di tengah ruangan itu penuh oleh makanan.

"Aku juga belum makan, Kak."

"Kok bisa?"

"Ibu menyuruh ku cepat - cepat kemari, katanya sekalian mengajak mu makan."

Hinar tersenyum ketika bibir adiknya mengerucut.

"Tidak rela bawa makanan buat ku?"

"Bukan begitu, kendaraan ku di bengkel jadi aku kemari naik ojol jadinya."

Tok.

Tok.

Tok.

"Masuk!"

Hinar menoleh ke arah Chandra asistennya yang baru masuk.

"Maaf Pak Hinar, saya hanya mengingatkan sudah waktumya istirahat."

Pemuda itu mengangguk sopan kepada atasannya dan akan beranjak pergi.

"Chandra kemari, aku tahu kamu belum makan karena tugas yang aku berikan, ayo makan, ini terlalu banyak untuk ku!"

"Tapi saya bisa makan di luar."

Chandra menolaknya halus.

"Kami belum pernah merasakan masakan Ibu ku, kemarilah cepat!"

Akhirnya Chandra mendekat, dengan agak sungkan dia duduk di sofa berseberangan dengan Hinar.

"Apa Kak Hinar juga menyiksa karyawan Kakak?" tanya Dyah.

"Apa maksud mu, Dyah?"

"Jam satu Kakak belum makan, karyawannya juga belum makan."

Gadis itu menggelengkan kepala.

"Bukan Pak Hinar sengaja, tadi tanggung jadi baru sekarang saya bisa istirahat."

"Chandra sudah, tidak perlu kamu bicara, makan saja!"

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang