Zwölf

2.6K 265 8
                                    

Enjoy reading.
Vote n comments untuk nambah mood author, ngarep, he he.





Nare tidak tahu, apakah ini jalan yang baik yang diberikan Tuhan padanya.

Menemukan Kinan dan Hinar, serta anak dari lelaki lain.

Nare harus menerima keadaan Kinan, sesak dada Nare karena tidak mampu melindungi wanita yang dicintainya.

"Ayah sudah sampai!" ucap Hinar.

Nare terhenyak dari lamunan, ketika suara Hinar menyadarkannya.

Nare melihat ke arah Kinanthi yang terlelap, tampaknya Nare benar - benar membuatnya kelelahan tadi di ruang kerja Hinar.

"Sayang bangun, kita sudah sampai!" ucap Nare lembut.

Nare mengelus wajah Kinan lembut, agar dia tidak kaget ketika bangun.

Kinanthi tampak mengerjapkan mata, Nare tersenyum, setelah menyadari keadaan, Kinanthi membalas senyuman Nare.

"Oh Tuhan, kelakuan kalian seperti abg labil," keluh Hinar kesal.

Suara Hinar memutus romansa mereka, anak ini, gerutu Nare.

"Ayah dan Ibu terpisah lama, wajar kami melepas rindu," ucap Nare.

Nare bersuara membela diri, Nare melihat Kinanthi yang hanya tersenyum menanggapi perseteruan antara ayah dan anak itu.

"Terserah kalian, masuk atau mau sampai pagi di mobil," ucap Hinar.

Hinar pergi dengan wajah cemberut.

"Kenapa lagi dia, Kinan?" tanya Nare bingung.

"Dia cemburu pada mu, Kak Nare," ucap Kinanthi lembut.

"Cemburu, pada ku?" tanya Nare tidak percaya.

"Ya," ucap Kinanthi.

"Kenapa?" tanya Nare polos.

"Entahlah, mungkin karena ibunya dimonopoli ayahnya, atau karena ayahnya terlalu memperhatikan ibunya saja," ucap Kinanthi menahan senyum.

"Aku tidak seperti itu, Kinanthi sayang," ujar Nare.

Nare dan Kinanthi beranjak dari mobil, keluar dan untuk pertama kali Nare memandang rumah sederhana dimana isteri serta anak - anak tinggal.

"Kenapa Kak Nare?" tanya Kinanthi.

"Aku merasa bersalah, membuat mu menderita, membuat kalian tinggal dan hidup seperti ini," ujar Nare pelan.

"Kami bahagia, Kak Nare tidak perlu khawatir," ucap Kinanthi lembut.

"Kamu bahagia pisah dengan ku?" kata Nare merajuk.

Nare cemberut mendengar Kinanthi bahagia tanpa dirinya.

"Ayah dan anak suka merajuk, sudah ayo masuk!" ujar Kinanthi sambil menggeleng kepalanya.

Nare akhirnya mengikuti isterinya, memasuki rumah sederhana dengan tersenyum, setidaknya mereka bahagia selama ini, pikir Nare.

"Ibu!"

Nare mendengar panggilan, gadis itu terpaku melihat ibunya datang bersama orang asing.

Hinar mendekati gadis itu, merangkul bahunya dan tersenyum.

"Dik, siapa yang Kakak dan Ibu bawa?" ucap Hinar ceria.

Gadis itu menatap Hinar, sedang Nare melepas kaca mata dan tersenyum.

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang