Achtundzwanzig

2K 169 12
                                    

Happy all.

Enjoy reading.


Setelah sekian lama tertunda, akhirnya Nare membawa serta keluarganya sekaligus memperkenalkan mereka pada Papa dan Mamanya.

"Kak Nare yakin mau memperkenalkan kami ke keluarga Kusuma?" ucap Kinanthi meragu.

"Tentu sayang, Mama sangat ingin sekali bertemu dengan kalian," ujar Nare sambil tersenyum menenangkan.

"Kak Nare yakin, bagaimana dengan papa mu?" tanya Kinanthi masih was - was.

"Aku sudah menyelidikinya dan papa Bara tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini," ucap Nare.

Sean dan Hinar di depan sedang Nare, Kinanthi serta Dyah duduk di belakang, mobil itu meluncur menerobos senja yang mulai pekat tanda malam mulai menjelang.

"Sean, aku ingin semua anak buah mu tetap siaga!" ucap Nare tegas.

"Siap Pak," ujar Sean cepat.

"Memangnya ada apa Ayah?" tanya Hinar pelan.

"Tidak ada apa - apa, hanya berjaga tidak ada salahnya bukan?" ucap Nare tenang.

Di mobil itu hanya Nare dan Sean yang tahu bahwa ada pergerakan yang mulai masif akhir - akhir ini.

"Bagaimana penyelidikan kalian di rumah sakit jiwa itu?" tanya Nare.

"Nihil, Ayah," ujar Hinar.

"Tetapi dari beberapa perawat disana kami tahu bahwa orang - orang itu dari sana," kata Sean.

"Tapi tidak ada bukti hanya kesaksian yang tidak begitu kuat," ujar Hinar.

"Tapi ada satu yang membuat saya curiga, Niko tadi memberi tahu saya bahwa penyandang dana rumah sakit adalah almarhum Bapak Kusama," kata Sean.

"Apa, bagaimana mungkin orang mati bisa melakukannya?" ucap Nare terkejut.

"Ada dana investasi Pak Kusuma yang diatas namakan namun kami tidak tahu nama orang itu, orang tersebut yang mendanai rumah sakit jiwa," ucap Sean.

"Apa Niko masih menyelidiki penyandang dana itu?" tanya Nare.

"Ya Pak Nare, Niko masih menyelidikinya," ucap Sean.

Suasana kembali hening, mereka terdiam dengan pikiran masing - masing.

"Hinar nanti keluarga Pratiwi datang," ujar Nare memecah keheningan.

"Kenapa Ayah?" ucap Hinar mengernyitkan dahi.

"Ayah mau melamar Pratiwi buat Kak Hinar," goda Dyah tiba - tiba.

"Apa sih, Dyah?" ujar Hinar kesal.

"Ayah, tampaknya Kak Hinar tidak setuju," kata Dyah.

"Dyah, sudah jangan menggoda kakak mu!" ucap Kinanthi lembut.

"Ibu membela Kak Hinar terus," ujar Dyah pura - pura cemberut.

"Sean, bagaimana kamu tahan dengan kelakuan adik ku?" ucap Hinar.

"Sean tidak akan terpengaruh dengan kata - kata Kak Hinar," ujar Dyah.

"Sudah jangan ribut, nanti Sean tidak konsentrasi menyetir mobilnya!" kata Kinanthi memperingati kedua anaknya.

Dyah lalu memeluk Kinanthi dari samping dengan manja.

"Lihatkan Sean, kamu harus siap bersabar seumur hidup dengan sifat kemanjaan Dyah!" ucap Hinar.

Sean cuma diam tidak berkomentar dengan pertikaian kakak beradik itu.

"Tante Pradita itu suaminya teman baik Ibu dan juga Ayah mu waktu SMA, jadi sekalian bikin kejutan buat dia, anggap reunian kecil," kata Kinanthi lembut.

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang