Neunundzwanzig

1.8K 160 8
                                    

Happy today 4 all.

Enjoy reading.




"Tumben kita makan malam dengan Tante Gayatri dan Om Bara?" ucap Guntoro.

"Kak Nare mau mengenalkan keluarganya," ucap Pradita.

"Memang wanita mana yang mau sama Nare, model - model dengan pakaian kekurangan bahan itu?" ujar Guntoro.

"Keluarganya, dengan isteri dan anaknya nanti makan malam," ucap Pradita sambil mengambil lipstick.

"Sejak kapan dia menikah, aku kok tidak tahu?" ujar Guntoro.

"Dengan cinta pertamanya Kinanthi," ucap Pradita.

"Kinanthi?" ujar Guntoro terkejut.

Pradita yang melihat suaminya terdiam setelah kaget karena berkata tentang Kinanthi, membalikkan badan membelakangi cermin rias.

"Jadi Kinanthi yang selalu kalian ributkan, aku kira Kakak tidak menyukai Kak Nare karena ia tidak menyukai kita menikah, ternyata karena Kak Nare menikahi Kinanthi?" tanya Pradita menyelidik.

"Bukan seperti itu?" ujar Guntoro lemas.

"Jadi, ayo cerita masa lalu kalian!" ucap Pradita menghampiri suaminya.

"Itu sudah masa lalu, tidak berpengaruh lagi dan sekarang kita menikah," ujar Guntoro.

"Tapi aku ingin mendengarnya, masih ada waktu sebelum kita menghadiri makan malam!" ucap Pradita.

Guntoro hanya menghela napas, ia selalu kalah dengan setiap permintaan isterinya itu, apakah karena ia terlalu mencintai isteri yang menerima apa adanya.

"Tapi kamu janji, tidak marah apalagi cemburu!" kata Guntoro sendu.

"Kakak tidak pantas terlihat seperti itu," ucap Pradita tersenyum.

"Aku mencintai mu, sangat sangat mencintai mu," ujar Guntoro.

"Kenapa dengan Kakak, baru kali ini aku lihat begitu gusar?" ucap Pradita menyelidik

Guntoro memegang tangan isterinya kemudian menariknya pelan agar duduk di sampingnya.

"Aku pria tidak sempurna, aku mandul, kamu adalah wanita hebat yang mau menerima ku, apa adanya," ujar Guntoro sambil membelai rambut isterinya dengan sayang.

"Kakak juga pria hebat karena mau menikahi wanita hamil seperti ku waktu itu," ucap Pradita tulus.

"Kamu menolong ku dari kematian, kalau tidak ada kamu mungkin aku sudah tidak bernyawa," ujar Guntoro menatap lekat manik hitam isterinya.

"Apa kita akan saling memuji sampai pagi?" ucap Pradita.

"Aku berhutang banyak pada mu, apa yang harus aku lakukan untuk membalas kebaikan mu?" tanya Guntoro.

"Cintai dan jangan tinggalkan aku!" ucap Pradita.

"Tentu dan pasti," ujar Guntoro mantap.

"Janji?" tanya Pradita.

"Janji," ucap Guntoro sepenuh hati.

"Jadi bisa cerita sekarang, kenapa Kak Nare dan Kakak tidak pernah akur?" ujar Pradita pelan.

Guntoro mengerang, ia pikir isterinya telah lupa karena pengalihan pembicaraan mereka.

Guntoro harusnya sadar bahwa isterinya akan mengejar apapun yang diinginkannya sampai dapat, untuk memuaskan rasa penasarannya.

"Janji tidak marah dan cemburu?" ucap Guntoro.

Pradita hanya mengangguk tanpa suara, ia menunggu dengan mata berbinar.

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang