Elf

2.8K 277 9
                                    

Part sepuluh tidak akan dipublish karena mature content, cukup di draft, biar Om Stev baca sendiri, he he.

Cari aman dari penasarannya bocah - bocah.

Enjoy reading.



Nare memandangi wajah kelelahan wanita yang ia cintai, kelelahan karena melayaninya.

Nare sudah mandi dan memakai celana panjangnya.

Nare berjalan ke arah pintu, membukanya dan terkejut.

"Hi.... Hinar?" ucap Nare agak terkejut, ia sadar Hinar pasti tahu password pintu ruangannya.

"Pak Kus?" ucap Hinar tidak percaya.

Nare yang agak terkejut mulai bisa menguasai diri sedang Hinar mungkin yang paling terkejut, karena menemukan Nare dalam keadaan telanjang dada, habis mandi tanpa alas kaki, tampak kehabisan kata - kata.

"Pak Kus, kenapa di ruangan saya dan kenapa Bapak sepertinya habis mandi?" ucap Hinar setelah menemukan suaranya.

Nare segera mengambil kaca mata yang tergeletak di lantai dan memasukkannya di saku celana.

"Ya begitulah, kenapa?" jawab Nare santai.

Hinar menatap Nare sambil pandangannya meneliti ruangannya yang seperti kapal pecah.

Hinar melihat pakaian berserakan di lantai dekat meja kerjanya.

"Kak Narendra."

Keadaan ini terlalu cepat terjadi, Nare melihat Kinanthi keluar kamar dengan membelitkan selimut ke tubuh polosnya.

"Ibu?" ucap Hinar terkejut.

"Hinar?" kata Kinanthi.

Nare melihat keduanya sangat terkejut, muka Kinanthi pucat, sedang Hinar sepertinya tidak percaya dengan keadaan ini.

"Ibu, apa yang terjadi, bagaimana ini..... terlihat.....?" ucap Hinar tidak mampu meneruskan kata.

Hinar seperti kehilangan kata - kata, frustasi dengan keadaan yang terjadi.

"Begini, aku tidak perlu menceritakan apa yang terjadi kepada mu, boy," ucap Nare.

Nare dengan santai menuju meja kerja dan memunguti baju, kemudian memakainya.

Hinar memerah mukanya dan tangannya terkepal.

"Anda seharusnya tidak merayu Ibu saya!" ucap Hinar marah.

Merayu, yang benar saja boy. Ibu mu dengan suka rela melemparkan tubuhnya pada ku, ucap Nare dalam hati.

"Aku tidak pernah merayu jika yang kau maksud merayu dengan tanda kutip," ucap Nare masih santai.

"Tapi yang terjadi tidak demikian, kalau anda mencari partner, seharusnya bukan Ibu saya!" ucap Hinar tegas.

Hinar terus mengawasi Narendra dengan mata menyorotkan kemarahan, sedang Kinanthi tidak tahu harus berkata apa.

"Aku sangat menginginkan Ibu mu, bagaimana lagi?" ujar Nare memancing Hinar.

"Tapi Ibu bukan wanita seperti itu," ucap Hinar dengan menatap tajam Nare.

"Seperti apa, siapa yang berani mengatainya akan berhadapan dengan ku?" kata Nare tegas dan dalam.

Hinar tampak terkejut dengan perkataan Nare.

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang