Vierundzwanzig

2K 199 8
                                    

Happy long long weekend, he he he.

Enjoy reading.




Bagi seorang Sean, mantan narapidana, diterima bekerja adalah sebuah anugerah yang tidak terkira, ia sangat berterima kasih kepada Narendra Barata Kusuma.

Sean berhutang banyak pada Bosnya itu, bagaimana tidak, menyelamatkan hidupnya dari keputus asaan, memberinya pekerjaan bahkan menjadi salah satu orang kepercayaan Bosnya.

Maka ketika ada pemikiran yang tidak pantas atas puteri Bosnya itu, Sean merasa tidak pantas tentu saja, rasa yang harus dibuang jauh - jauh, kekurang ajaran yang muncul tanpa ia sadari.

Mendapat perhatian dari puteri Bosnya merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Sean, tapi hanya sampai di situ tidak boleh lebih, batin Sean mengingatkan.

"Dyah, saya harap cukup, tinggalkan saya sendiri, ini hanya tergores!" ucap Sean.

Sean tidak habis pikir, bagaimana luka tembaknya tidak terlalu bahaya dan dalam tetapi gadis itu memaksa Sean, bed rest tiga hari di rumah sakit.

"Diam Kak Sean atau aku bius biar tidak protes!" ucap Dyah.

Sean hanya menghela napas, menyerah atas kekeras kepalaan gadis itu.

"Saya bisa makan sendiri Dyah, walau pakai tangan kiri!" ucap Sean.

Sean segera bersuara karena Dyah akan menyuapinya.

"Dyah akan suapi Kak Sean, tidak sopan makan dengan tangan kiri," ujar Dyah tidak mau dibantah.

Tiba - tiba pintu terbuka memunculkan gadis dengan rambut pendek dan sedikit tomboy.

"Sean, pantas kamu betah di rumah sakit, ternyata ada perawat khususnya sampai disuapi begitu," ucap gadis berambut pendek.

Sean melotot kepada Kim karena omongan tanpa saringan, sedang Dyah cuek tanpa menoleh ke belakang.

"Kim, kamu tolong suapin aku!" ucap Sean tegas.

Sean melirik sekilas ke arah Dyah yang terkejut sama seperti dirinya yang kaget dengan permintaannya, sedang Kim mengernyitkan dahi tidak mengerti.

Dyah lalu berdiri, meletakkan makanan di meja kecil dekat brankar Sean dan berbalik.

"Suapi dia, aku takut Sean mati kelaparan sedang masih banyak tugas dia yang belum selesai!" ucap Dyah.

Kim terkejut melihat siapa yang menjaga Sean, mukanya memucat karena teringat godaannya pada temannya itu.

"Non Dyah," ucap Kim terbata.

Dyah hanya mengangguk pelan dan berjalan menuju pintu keluar.

Sean diam tidak bersuara sampai Dyah menutup pintu bansal dan terdengar ketukan sepatu menjauh.

"Kamu mau apa Kim?" tanya Sean.

Kim yang memegang piring makanan menatap Sean heran.

"Tadi aku disuruh, Non Dyah menyuapi mu," ujar Kim pelan.

"Letakkan lagi aku belum lapar!" ucap Sean datar.

Kim meletakkan lagi piring di tempat nya lagi sambil mengangkat bahu, heran.

"Ada perkembangan dengan kasus ini?" ucap Sean langsung.

Kim mendengus kesal, apa laki - laki di depannya harus selalu memantau pekerjaan walau dalam keadaan sakit.

"Semua sudah ditangani Niko, kamu tidak perlu khawatir!" kata Kim santai.

Sean menatap tajam Kim, dan sepertinya temannya itu tahu arti tatapan perintah Sean.

W A H R H E I T          (KOMPLETT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang