BAB 44

255K 16.2K 1.4K
                                    

"Kamu! Nyatanya tidak pernah mengerti apa arti perasaan!"

"Putus?"

"Iya!" jawab Milla tegas dan lebih bernada menantang. Milla seolah tau jika Athur tidak akan menyetujui keputusannya. Ya, dia memang selalu bertindak seenak jidat tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang lain.

"Gak!"

"Terserah lo mau setuju atau gak. Gue gak peduli!"

Bantahan Milla membuat tangan Athur mencekeram pergelangan tangan Milla. Menarik Milla mendekat, menusuk Milla lewat mata elangnya.

"Lo pacar gue. You're mine!"

"Lo itu tuli ya?" ketus Athur mendorong Athur agar melepas tangan Milla. "Gak denger Milla bilang apa?"

"Gak usah ikut campur!"

Dalam sekejap tangan Athur sudah berhasil membogem perut Darpati.

"ATHUR! Lo gak berhak kasar sama Darpati!" teriak Milla berapi-api mendorong tubuh Athur menjauhi Darpati.

Daru napas Milla memburu. Ia membantu Darpati untuk berdiri lantas berjalan cepat menuju motor Darpati.

"MIL!" teriak Athur yang hanya dibalas tatapan sinis.

Derum motor Darpati menyisakan wajah menyeramkan Athur. Athur terlihat sangat kesal bahkan tanpa sadar kakinya menendang pot bunga hingga berantakan. Di sisi lain Milla hanya diam sepanjang perjalanan. Darpati pun tidak mau bertanya untuk saat ini ia membiarkan Milla menenangkan emosi. Apalagi Darpati tau jika mengatakan kata 'putus' bukanlah hal yang mudah bagi Milla.

Derum motor menepi. Milla menghela napas panjang. Ia harus mempersiapkan diri kembali bertemu Athur nanti.

"Nanti gue jemput ya?" ucap Darpati seraya menerima sodoran helm.

"Gak usah. Gue mau naik bis aja."

"Udah deh gak usah nolak. Pokoknya gue jemput."

"Dar!" kini raut wajah Milla berubah marah. "Gue bilang gak usah. Tolong dong ngertiin."

Darpati berdecak pelan.

"Ck. Iya-iya. Marah mulu cepet jadi nenek peyote lo," cibirnya mencoba mencairkan suasana hati Milla.

Milla diam. Tidak mau menjawab. Sedangkan Darpati masih memperhatikan cewek itu. Sorot mata Darpati berubah.

"Kemarin malem kenapa?" tanyanya lembut bahkan begitu nyaman didengar.

"Gak papa. Ya udah lo buru ke sekolah keburu telat."

Darpati tau Milla sedang mengalihkan pembicaraan.

"Yaelah Mil telat mah langganan gue," kekehnya.

"Noh satpam di sekolah gue udah nyiapin kurungan kali buat gue," terus Darpati yang akhirnya membuat senyuman tipis di bibir cewek itu.

"Garing!"

"Garing-garing gini juga bisa buat lo senyum kan?"

Dan memang jawabannya adalah iya. Darpati alasan dia tersenyum setelah kejadian semalam.

"Makasih ya."

Tangan Darpati menepuk bahu Milla. Membuat ruang di antara mereka. Ruang di mana Milla merasa terlindungi.

"Lo bisa cerita kapan pun saat lo udah siap. Gue akan selalu siaga buat lo."

Kenapa Darpati yang selalu ada buat gue?

"Dih sok iye lo!" ketus Milla terkekeh sambil menapis tangan Darpati dari bahunya.

"Hahaha! Emang gue iye."

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang