14

472K 27.8K 1.4K
                                    

"Aku gak ngerti kamu ngomong apa, Siska? Siapa yang dibunuh? Cewek siapa?" Bukanya menjawab, Raga malah balik bertanya dengan wajah polosnya.

Siska termenung mendengar jawaban Raga, apa benar bukan Raga yang membunuh cewek itu? Hatinya sudah diliputi perasaan bersalah karena sudah menuduh kekasihnya yang tidak-tidak.

"Bukan kamu yang bunuh cewek itu?" Siska bertanya kembali dengan suara lirih yang hampir berbisik.

Raga terkekeh mendengar pertanyaan gadisnya. "Bukan, Sayang." Raga menjawab dengan nada halusnya, tidak dingin seperti biasanya.

Raga mendekatkan wajahnya ke telinga Siska, lalu membisikkan sesuatu dengan suara husky miliknya, "Lagi pula aku udah janji gak bunuh orang lagi, kan sama kamu?"

Siska bahkan bisa merasakan hembusan napas Raga di tengkuknya, hal itu membuat bulu kuduk Siska meremang.

Siska langsung memeluk Raga karena rasa bersalahnya telah menuduh yang tidak-tidak pada kekasihnya ini.

"Raga, aku minta maaf, ya udah nuduh kamu yang enggak-enggak." Suara Siska benar-benar terdengar seperti anak kecil yang sangat menyesali perbuatannya.

"It's ok, Honey." Raga membalas pelukan Siska dengan senang hati.

Siska benar-benar nyaman dengan posisi seperti ini. Namun, Raga malah melepaskan dekapan hangat itu. Raga menangkup wajah Siska, matanya menatap intens mata cokelat milik Siska, sedangkan Siska hanya mampu menahan napas diperlakukan seperti itu oleh Raga.

Raga memajukan wajahnya hingga jarak diantara mereka hanya tersisa kurang dari lima centimeter, Raga semakin memajukan wajahnya hingga ...

Cup

Raga mengecup dahi Siska, sangat lembut dan lama.

Raga menyudahi kecupannya di dahi Siska, kembali menatap manik mata cokelat Siska lalu tertawa kecil.

Baginya, wajah Siska yang menahan napas atas perlakuannya tadi sangat lucu dan menggemaskan, membuat ia tak dapat menahan tawa.

Sedangkan wajah Siska sudah berubah menjadi merah padam. Malu dan marah mendominasi perasaannya saat ini.

Hilang sudah perasaan hangat Siska atas perlakuan Raga. Siska hanya menatap jengkel Raga yang masih tertawa terbahak-bahak.


Kekasihnya ini memang benar-benar menyebalkan, bagaimana bisa setelah 'perlakuan hangatnya tadi' ia malah tertawa menertawakannya seperti ini. Akan tetapi, ada hal yang dapat disyukuri dari kejadian ini. Raga tertawa? Yang benar saja, ketampanan pria itu bertambah berkali-kali lipat.

Siska merutuki ponsel berlogo apel digigit miliknya yang entah selalu tidak ada saat Raga menunjukkan hal-hal tidak terduga seperti ini.

Raga menghentikan tawanya lalu berdeham pelan. Laki-laki itu menatap kekasihnya dengan pandangan penuh cinta.

"Kenapa? Marah?" Raga bertanya tanpa dosa.


"Tau ah, Raga, kamu tuh nyebelin banget!" sahut Siska kesal.

Raga terkekeh pelan. "Tadinya aku mau ngajak kamu ke pasar malam kalau gak marah, tapi gak jadi deh."

Siska menghentakkan kakinya pelan. Raga selalu bisa membuat hatinya luluh.

"Iya iya aku gak marah lagi! Tapi nanti pulang sekolah beliin aku es krim," balas Siska.

Raga mengangguk singkat.

Siska mengerucutkan bibirnya lalu kembali memeluk Raga. "Aku benci kamu," ucap Siska.

"I love you too," balas Raga.


Siska memukul punggung Raga pelan. Antara sebal dan malu atas balasan ucapan laki-laki itu.

TBC


Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]Where stories live. Discover now