7

560K 34.2K 1.3K
                                    

"Gue maㅡ"

"RAGAAAAAAA." Seorang gadis berteriak sangat kencang memotong ucapan Raga di ujung pintu club.

Raga yang merasa namanya disebut dengan begitu kencang menoleh ke asal suara untuk melihat siapa yang melakukan hal konyol tersebut.

Mata Raga membulat saat melihat seseorang dengan pakaian seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya berkacak pinggang dan menatapnya tajam. Itu Siska, kekasihnya.

Masih dengan tatapan tajamnya, Siska berjalan menuju ke arahnya. Siska mendapatkan banyak tatapan sinis dari pengunjung club, namun tidak sedikit pula pria berhidung belang yang menatapnya dengan pandangan mesum.

Belum sempat Siska sampai mendatangi Raga, pergelangan tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh laki-laki itu yang entah kapan berada di hadapannya.

Seraya berjalan mengikuti langkah lebar Raga, Siska memberontak mencoba melepaskan tarikan di tangannya yang tentu saja tidak dipedulikan Raga sedikitpun.

"Raga, ih lepasin! Raga, tangan aku sakit!" rengek Siska mencoba menghentakkan tangannya, berharap cekalan tersebut bisa terlepas, namun nihil, tarikan Raga begitu kuat.

Raga berhenti tepat di depan motor merahnya, masih belum melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan gadisnya. Raga mentap mata Siska dengan pandangan penuh selidik, tajam juga menusuk.

"Ja-jangan natap a-aku kayak gitu dong, Ga," cicit Siska pelan.

"Ngapain kamu di sini? Bukannya tadi aku udah anter kamu pulang?" cecar Raga tanpa melepaskan cekalan dan pandangannya dari kedua manik mata jernih Siska.

"A-aku tadi diajak main sama Salsa," jawab Siska pelan sambil mengalihkan pandangannya dari Raga.

"Kalau lagi ngomong sama aku tatap mata aku, Siska," ucap Raga dingin dan penuh penekanan.

"Uh, Raga! Iya! Iya! Aku ngikutin kamu, puas?!" tanyanya seolah menantang Raga, kini matanya membalas tatapan tajam Raga.

"Ngapain kamu ngikutin aku?" Raga balik bertanya dengan nada yang sama dengan sebelumnya.

"Ya-ya, aku cuma mau ngikutin kamu aja."

"Bohong!" sentak Raga.

"Ah elah, Raga!"

"Udah, dong! Jangan ngintimidasi aku mulu! Emang kamu mau jadi wartawan? Enggak, kan?!" Tiba-tiba Siska mengubah nada bicaranya menjadi kesal dan menatap mata Raga juga dengan tatapan kesalnya.

"Woah! already dare to argue?" ucap Raga dengan seringan mengerikan di wajahnya.

Seketika tubuh Siska menegang dan sedikit memundurkan tubuhnya, tapi dengan cepat Raga menariknya kembali menjadi hanya ada jarak beberapa centimeter di antara mereka.

Aduh mati deh gue!, pikir Siska.

"What is, Siska? Why are you silent? Already dare to argue is not it?"

"A-apa sih, Raga," balas Siska pelan hampir berbisik. Siska mendorong dada bidang Raga pelan, tetapi tentu saja tubuh Raga tidak menjauh sedikitpun.

"Bad girl should be given what, Siska?" tanya Raga datar di depan wajah Siska, Siska bahkan dapat merasakan hembusan nafas Raga.

Siska hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Raga.

Aduh bego banget sih lo, Sis! Mana ada tugas lagi sama Fajar, gerutu Siska dalam hati

"I asked you, Siska," desis Raga tajam.

"Punishment," cicit Siska.

"Good."

Setelah itu Raga membawa Siska menaiki motornya dan melaju kencang di tengah jalanan malam yang ramai akan hilir mudik orang pulang bekerja.

TBC

Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang