Dengan sedikit berat hati..vian kembali duduk dan menatap robi dengan pandangan jijik
"Robi.."
Mendengar panggilan dari dimas, robi menyipitkan matanya dan bertingkan layaknya pria baik
"Ku katakan padamu kalau aku bukanlah dimas tujuh tahun lalu"

"Iya. Aku mengerti..kau pasti sangat kesal padaku karena..aku dulu. Tapi ijinkan aku untuk memperbaiki kesalahanku. Aku sungguh-sungguh"
Vian merasa ada sesuatu dari perurnya yang ingin keluar dan mendadak mual seketika melihat tingkah si brengsek didepannya

"Pergi temui bosku dan bilang kalau kau tidak memiliki hubungan dengan vian"
Robi dan vian sama-sama terkejut. Vian tidak yakin bercerita sebanyak itu pada dimas.
"Baiklah jika hanya itu.."

"Percuma saja"

Dua pasangan itu menoleh pada vian yang menunduk lemah
"Percuma karena mas prabu mungkin sudah tidak perduli lagi soal itu. Masalahnya sekarang adalah dia sudah memiliki orang lain"
Dimas benar-benar tidak bisa melihat vian seperti ini

"Bagaimana jika aku membuka semuanya?"
Entah apa yang akan dikatakan robi namun seperti ada sesuatu yang penting ingin dia katakan
"Apa maksudmu?"

.
.
.

Prabu menutup laptopnya. Ia menghela napas dan menyandarkan punggungnya yang lelah. Karena pekerjaannya terbengkalai beberapa hari ini. Kini berkas-berkas sudah menumpuk dimeja untuk ia review dan tanda tangani. Beruntunglah karena dilapangan masih stabil berkat marko yang ia percayai.
"Perusahaan C sari Rusia ingin berinvestasi untuk mega project kita"

"Bagus, kapan pertemuannya? Katakan pada mereka kita bisa tanda tangani kontrak secepatnya"

Drrtt..drrtt

"Mereka.."

"Sebentar--hallo del? Ada apa?"

Prabu memberikan kode pada marko agar ia meninggalkan ruangannya. Makro yang mengerti langsung bergerak cepat memberi hormat lalu pergi

"Hari ini aku ingin pulang"

"Kau sudah merasa baikan? Bagaimaa kata dokter?"

"Dia-janinnya-kuat. Dan aku boleh pulang. Lagian rumah sakit itu membosankan. Susternya pada sombong"

Prabu hanya tersenyum kecil disebrang sana

"Jadi, bisa menjemputku kan?"

"Hmm, baiklah. Setelah aku selesaikan pekerjaanku"

"Sekarang saja.. tolong ambilkan baju ku juga yah di apartemenku. Masa aku pulang dengan baju rumah sakit begini"

"Apapun yang kamu inginkan"

"Terimakasih sayang.. muaccchh"

Prabu berdiri dari kursinya dan sedikit melakukan peregangan. Terdengar suara kretek-kretek tanda tulangnya yang bersuara karena pegal. Efek sudah lama tidak gym jadi ia lupa caranya olahraga. "Aku akan semakin tua saja jika begini"
Prabu berjalan dengan tidak bergairah hingga tidak sengaja ia menyenggol pigura kecil diatas meja kerjanya. Ia segera mengambil pigura itu dengan kaca yang sedikit retak.
Pigura kecil yang menampilkan gambar ia dan dafa saat dafa masih smp dulu. Dari dulu dafa memang dekat dengan papanya-itu menurut prabu.

WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang