6. The Power

53 18 16
                                    

Matahari kian meninggi memancarkan sinarnya dengan penuh percaya diri. Aroma embun pagi perlahan menguar dan bisik suara jangkrik mulai mengilang di gantikan kokok ayam hutan yang terletak beberapa kilometer dari mansion Min Yoon Gi.

Tampak laki-laki itu tengah duduk santai di halaman belakang sambil memainkan butir butir embun di atas dedaunan dengan telunjuk jarinya. Air embun tersebut melayang naik turun kemudian menguap dan berubah menjadi partikel partikel gas yang kasat mata.

Beberapa kali Yoon Gi memandang ke arah jendela kamarnya, melihat Juna. Barangkali gadis itu sudah bangun. Semalaman gadis itu terus menangis. Hal itu sedikit mengganggu pikiran Yoon Gi.

Laki-laki bermata sipit itu ingin sedikit menghiburnya, tapi ia tak pandai dalam hal seperti itu. Mulutnya terlalu tajam, tak cocok untuk sesuatu yang seperti itu.

Tak lama setelah itu, ia melihat paman Han menghampirinya. Namun tidak membawa nampan dengan secangkir kopi dan roti bakar seperti biasanya. Hal itu membuat Yoon Gi mengkerutkan keningnya. Menatapnya dengan heran.

"Kau tidak membawakan ku kopi?" Protesnya tak puas.
"Ahh, maaf! Kopinya sudah siap di dalam,"

Yoon Gi segera bangkit dari acara bersimpuh rumputnya, kemudian menuju ke dalam rumah.

"Apa Juna belum bangun juga?" Tanya Yoon Gi penasaran.

"Sepertinya belum. Hari ini akan menjadi hari yang berat untuknya. Tolong maklumi dia," ujar paman Han dengan nada lembut.

"Hufft! Jangan memohon begitu! Ini kesalahanku. Karena ku, ia menjadi korbannya. Soal ayahnya, tolong jangan katakan apapun. Biar aku sendiri yang akan menjelaskan dan meminta maaf padanya,"

"Aku mengerti. Tolong jangan terlalu terbebani, gadis itu akan mengerti nantinya" tutur paman Han sedikit menghibur.

"Entahlah! Mungkin ia akan membenciku," gumam Yoon Gi sambil berlalu. Tampak guratan kesedihan terukir pada wajahnya.

"Bagaimana mungkin aku dapat menyebut diriku 'teman'  jika aku telah menghancurkan hidupmu, merampas kebahagiaanmu... bahkan sekarang pun aku telah menipumu..."


***


Juna mengerjapkan matanya beberapa kali, mengumpulkan kesadarannya untuk sesaat. Kepalanya terasa pening dan matanya terlalu sembab untuk terbuka lebar akibat semalaman menangis.

Gadis itu melihat sisi kanan dan kirinya.

Sunyi.

Ia tak lagi mendengar suara air mendidih atau ketukan pisau ayahnya ketika memasak. Ia juga tak mendapati aroma masakan ayahnya menguar ke dalam penciumannya. Gadis itu kembali meneteskan air matanya. Ia memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana.

"Ayah, kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu yah.."

Tanpa Juna ketahui, Yoon Gi yang berniat menyapanya dengan membawakan susu hangat dan sepotong roti bakar yang masih panas mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu gadis itu. Yoon Gi berdiri mematung mendengar isakannya.

"Aku tidak bisa melakukan ini!" Ucapnya sambil berlalu.

Entah apa yang akan ia lakukan, laki-laki itu pergi begitu saja setelah menyerahkan nampan berisi susu hangat pada paman Han kemudian menuju hutan di belakang rumahnya.

Laki-laki itu terus berlari dan menghilang di balik deretan pepohonan. Ia terus berlari dan berlari hingga kakinya tersandung akar pepohonan, membuatnya terjungkal dan jatuh tersungkur di atas dedaunan kering.

Find The Real MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang