Chapter 7 [Carly]

326 18 1
                                    

Today is a special daaayy! So, two chapters posted! Happy fasting!

---------

Chapter 7 [Carly]

Aku menggenggam cangkir kopiku, berusaha menyerap kehangatannya. Greyson tengah menceritakan pengalaman menakjubkannya di dunia musik profesional. Aku mengangguk kecil dan tersenyum melihat betapa bersemangatnya dia membicarakan topik ini.

"And I had a manager, Stacy. But, then, she had to go for some stuff I don't really know and now I am with a manager from my new label. I haven't met him yet, but we've talked in phone. Well, this new thing—this music industry, is always exciting and a little bit scary.." ceritanya, aku bisa melihat kerling di matanya ketika dia menjelaskannya. Nada bicaranya terdengar bersemangat, tapi dia nggak sombong, sama sekali enggak. That's one of the reasons I love him—but I've still got a million reasons to love him.

"Scary?" tanyaku, heran.

"Yeah, you know, it's like a competition. I'm not scared though, it's just scary. But, I'm not scared."

Aku mengangguk pelan, "Well, you shouldn't be." kemudian Greyson membalasnya dengan senyumnya.

"Uhm- so, I haven't heard your song.."

"Carly? Seriously? You haven't bought it on iTunes?" aku tertawa, melihat reaksinya yang terkejut seolah aku baru saja nggak melakukan hal yang semua orang telah lakukan.

"Well, I have. The Light Up The Dark one. But, I heard you've wrote a new song?" aku memang sudah mendownload lagu Light Up The Dark-nya. Aku juga sudah mendengarnya ratusan kali setiap aku pergi ke mall di Oklahoma. Everyone listened to that song.

Greyson tersenyum jahil ke arahku, "It's actually a secret. But, I'll sing it to you, of course." aku tertawa. Aku merasakan jantungku berdetak sedikit lebih kencang. I love it when he trusts me.

"Thank you." kataku. Greyson tersenyum. Matanya menatapku tajam, sama sepertiku yang tengah menikmati keindahan warna coklatnya. Kemudian kedua matanya berkedip, sedikit membuatku terkejut saking fokusnya aku dengan warna irisnya.

"So, we should watch The Fault In Our Stars. I've downloaded it!" katanya.

"Really?! Yay! Cool! Yeah we have to!" kataku bersemangat. Wow. Aku pengin banget menonton film itu, walaupun aku sudah membaca novelnya.

"Come on, let's go to my room!" seru Greyson sambil berdiri, masih membawa cangkir kopinya yang memang masih setengah terisi.

Kami berjalan menuju tangga rumah, tapi sebelumnya aku berbelok ke pintu kamarku. Aku perlu mencuci mukaku, mengambil handphoneku yang sempat aku charge tadi dan memakai krim malamku. Oke, bukannya berlebihan, tapi kulitku sangat kering dan susah beradaptasi, apalagi dengan perubahan iklim dari Oklahoma ke Indonesia. Jadi, aku berkata pada Greyson kalau aku akan menyusul. Greyson mengangguk dan kemudian menaiki tangga menuju kamarnya.

Aku membuka pintu kamarku dan dengan segera melesat menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Aku sangat nggak sabar untuk menonton The Fault In Our Stars bersama Greyson! Aku bahkan menangis terharu saat membaca novelnya, jadi, aku yakin film ini pasti bagus.

Aku mencabut charge handphoneku dan kemudian menyisir rambutku. Tiba-tiba aku teringat akan Cara. Aku melihatnya lewat di depan dapur tadi saat aku menikmati kopiku dengan Greyson. Aku merasa agak kasihan dengannya, pasti sangat sulit berada di posisinya. Orang tua Cara berpisah setahun yang lalu, membuat Cara berada dalam keluarga broken-home. Mereka juga nggak dateng di dinner keluarga tadi, walaupun Paman Anton, Papanya Cara, datang terlambat tadi. Aku kangen banget sama Cara, dulu kami selalu bersama. Bahkan aku sudah menganggapmya sebagai adik kandungku sendiri. Tapi, aku perhatikan, dia agak pendiam sekarang. Apa karena kita sudah lama nggak bertemu, jadi masih agak canggung untuk ngobrol? Tapi, dia nggak gitu. Dia sangat periang dan mudah akrab dengan orang baru. Apa perceraian orang tuanya sudah mempengaruhi perilakunya?

She is Loved and Loving (Sequel to the She Will be Loved)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن