Chapter 6 [Cara]

283 15 0
                                    

Chapter 6 [Cara]

YA AMPUN, CARA, NGOMONG SESUATU! ADUH. JANGAN SAMPAI AWKWARD!!

CARAAAAA!!!

Oh, shut up!

"What?" Greyson bertanya, nadanya agak terkejut dan tentu saja mengejutkanku juga. JADI AKU BENAR-BENAR MENGATAKAN 'SHUT UP' TADI??!

"Uh- what? Um- so, yeah. Well, it's beautiful here. That's why I love being here," kataku yang dengan cepat mengganti topik pembicaraan. Greyson masih agak bingung di detik-detik awal, yang membuat suasana nyaris awkward tapi kemudian dia tersenyum sambil menatap pemandangan di depannya lagi. Ya ampun. Aku bisa merasakan suara detakan jantungku di telingaku. Oh my God!

"Yeah. It's so beautiful. This makes me feel so tiny," katanya, tersenyum lebar. Beberapa kali dia menunduk dan tersenyum. Matanya agak menyipit, dan untuk sesaat aku bisa melihatnya agak berkilau terkena redupnya cahaya. Dia ganteng. Greyson ganteng. Banget.

I'm totally breathless.

"Tiny?" maksudnya, kecil? Oke. Aku tahu mungkin kosakataku perlu aku tambah, tapi aku yakin 'tiny' itu kecil. Seketika, aku agak blank karena keajaiban tatapannya walaupun aku nggak terlalu bisa melihat wajahnya di antara malam.

"Yeah, this makes me feel that this world is just so big and I'm just a tiny man who lives on an invisible dot on this earth."

"Yeah. You see those stars above? They're actually big, I mean literally. But we just see them as those small beautiful sparks on the sky. But actually they're even bigger than the biggest building in this world." dan seketika aku bersyukur bisa menanggapi perkataan Greyson dengan baik. Naluri, pengalaman-debat-ku muncul. Bagus, Cara! Setidaknya kamu nggak bikin awkward!

Greyson mengangguk sambil tersenyum, seolah setuju denganku. Ya ampun! Aku merasakan sesuatu tengah menggelitik perutku, membuatku ingin meledak saat itu juga. Aakkk!!

"So, who are we feeling like the most famous, the richest, the smartest, the biggest, the greatest? That actually we are all just the same—we're all just the tiny men." katanya lagi. God. Dia keren. Keren banget!

"Wow. That's so wise," kataku, Greyson kemudian tertawa.

"Thank you." candanya. "So, well, Carly and I are gonna watch some movies. You can grab your popcorn if you want." OH. Tentu saja. Tentu saja, mereka masih punya kegiatan untuk dilakukan berdua. Tunggu, apa perlu aku menanyakan tentangnya dan Kak Carly? Maksudku, aku tahu aku baru bertemu dengan Greyson beberapa jam yang lalu dan aku nggak seharusnya cemburu—atau apalah— dengan Kak Carly, tapi aku pengen tahu kejelasannya. Jadi, kalau aku cemburu, aku akan tahu batasanku kalau mereka memang pacaran, dan kalau mereka enggak, setidaknya aku nggak perlu merasa bersalah.

"Well, I am afraid I can't. I just- need some sleep, I think," kataku, kemudian menguap setelahnya. Tapi, jujur, sih, aku memang ngantuk. Tapi selain itu, tentu saja aku nggak mau nonton film dengan mereka dalam keadaan mata sembab habis menangis dan perasaan campur aduk karena berbagai masalah di hidupku. Moodku juga lagi nggak bagus untuk melihat kebersamaan mereka berdua.

"Hmm.. Okay, then. You should sleep. No wonder your eyes look sleepy, just like mine." Greyson tertawa, dan aku bersyukur bisa membuat alasan ngantuk itu. Jadi, dia nggak akan berpikiran kantung mataku yang terlihat agak besar dari biasanya ini bukan karena habis menangis.

"Yeah. I'm kind of tired,"

"Well, you've prepared that delicious dinner, so, thank you." Haha. Sebenarnya aku capek bukan karena membantu tante Jojo menyiapkan makan malam besar, sih, tapi lebih karena persiapan lomba dan latihanku yang masih berjalan walaupun di tengah libur semester. Apa lagi perlombaan akan diadakan tiga hari lagi.

Tapi, aku hanya tertawa dan berkata, "You're welcome. I know, I'm a good cooker."

Untuk beberapa saat Greyson tertawa, tapi setelahnya keheningan melewati kami dan aku mulai panik. Plis, jangan awkward!

Aku sudah mengalami lumayan banyak keheningan awkward dengan beberapa orang dan aku nggak mau mengulanginya lagi! Maksudku, aku nggak mau! Rasanya, tuh, awkward banget! (ya memang awkward!) Aku sebenarnya gampang beradaptasi dan bergaul, tapi akhir-akhir ini aku mendapat kebiasaan buruk nggak peduli dengan sekitarku. Membuatku jarang berinteraksi, beberapa bulan terakhir. Aku selalu berpikir, hidupku saja sudah sangat rumit seperti benang kusut yang nggak bisa diuraikan lagi, jadi, aku nggak punya waktu untuk mengurusi hidup orang lain. Bahkan sekarang sudah nggak ada lagi temanku yang curhat denganku, maksudku, dulu aku punya teman banyak dan kita sering bertukar cerita. Aku sulit breaking the ice, you know. Aku entah kenapa nggak bisa mencari topic di tengah kecanggungan.

Aku bingung harus ngomong apa. Aduh. Aku benar-benar bingung dan nervous entah kenapa. Rasanya, aku pengin lompat dari atas sini sekalian. Kenapa Greyson nggak ngomong sesuatu??! Apa dia pengin menikmati pemandangan malam??! Tapi, aku merasa sangat awkward! Aku mencuri pandangan ke arah Greyson. Dia memang lagi melihat lampu kota yang terlihat bagai titik-titik kuning di depannya. Apa itu artinya dia memang lagi melihat pemandangan dan memang lagi nggak pengin ngobrol? Aduh, ya ampun! Aku bingung. Apa aku seharusnya bingung? Aku harus tetap tenang. Keep calm, Cara.

Tiba-tiba malam terasa lebih dingin terlebih ketika angin malam yang berhembus pelan ke arah kami.

Baru saja aku akan membuka pembicaraan dengan menanyakan tetang dia dan Kak Carly, aku mendengar samar-samar suara seseorang yang memanggil nama Greyson diiringi dengan ketukan pintu setelahnya.

Greyson menoleh ke arahku, lalu matanya menyipit, menunggu suara itu lagi untuk memastikan dia nggak salah dengar.

"Well. It must be Carly." katanya. "I should go now, you sure not coming?"

Aku menggelengkan kepala. Aku agak kecewa dengan kenyataan dia akan turun, kembali ke kamarnya dan menonton film dengan Kak Carly. Tapi, aku juga nggak pengin dia lama-lama di sini dan akhirnya kami akan menciptakan suasana awkward. Tapi, kalau disuruh memilih, aku akan memilih dia tetap di sini dan aku akan berusaha membuka pembicaraan.

"Okay, then. Well, it was nice talking and looking at the stars with you, Cara." katanya setengah tertawa dan kemudian berdiri dan meniti dengan hati-hati. Aku bisa merasakan merahnya pipiku, tapi aku beruntung Greyson mungkin nggak akan jelas melihatnya.

"Well, okay." kataku, "be careful."

Greyson sudah berhasil turun dan aku masih bisa mendengar suara ketukan pintu dari Kak Carly.

"Um, Greyson?" Greyson berhenti dan menoleh ke arahku. "Can you- can you not telling this- I mean not telling Kak Carly or anyone that I'm here?" alis Greyson sedikit terangkat, terlihat bahwa dia bingung. "I mean, Tante Jojo has told me that I shouldn't be here. She thinks this is dangerous, so I don't want to lose my window or something. So..."

Greyson tertawa kecil, "Well, Cara, don't worry, your secret is safe with me," katanya kemudian.

"Well, okay, then. I just- don't wanna get in trouble," selain itu juga aku nggak pengen Kak Carly tahu.

Greyson mengangguk. "But, next time we do it again, okay?" kata Greyson singkat yang kemudian berlalu menuju kamarnya.

I SKIPPED A BEAT. GHAWD. OF COURSE NEXT TIME WE WILL DO IT AGAIN. ASDFGHJKL!

She is Loved and Loving (Sequel to the She Will be Loved)Where stories live. Discover now