Iya gak bakalan lupa kok Kakk. Tenang ajaaa.

Oke Za.

Moza memilih tak membalasnya lagi. Ia menaruh ponselnya di atas kasur dengan sembarangan dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti bajunya yang sudah basah.

Tapi kenapa Kak Draco ngebet banget ya?

****

Udara sangat pengap. Asap-asap rokok membumbung tinggi. Chiko rasanya sangat jenuh berada di tempat seperti ini. Seperti sendirian padahal di tempat ini sedang dikelilingi oleh banyak orang.

“Lo kenapa sih Ko?” Chiko langsung kaget karena ada dua tangan yang menelusup lewat kerah kemeja biru gelapnya. Begitu ia menoleh. Chiko melihat Maddy sedang memeluknya dari belakang. Tepat di lehernya.

“Maddy lo bisa gak duduk di samping gue aja? Gue gak suka diginiin. Udah berapa kali gue bilang?”

“Emangnya kenapa sih? Kan bukannya lo gak pernah protes?” Maddy malah tidak mau.

“Sumpah kalau lo gak duduk di samping gue. Gue pergi dari sini.”

“Eh iya-iya! Jangan gitu dong Ko.” Maddy akhirnya duduk di samping Chiko. “Kenapa sih? Tumben gak ikutan nyari cewek sama Ganang? Ergo aja udah dapet tuh.”

“Males.” Chiko membalas singkat. Yang terbayang di kepala Chiko sekarang justru Moza. Chiko sejak tadi hanya duduk di sini sambil memperhatikan ponselnya. Berharap Moza menghubunginya agar segera pulang tapi percuma saja. Tidak ada satu pun panggilan masuk dari Moza. Moza juga tidak tahu ia datang kemari.

“Ko?” Maddy memegang tangan Chiko. “Lo gak suka sama cewek udik itu kan?”

Chiko menoleh. “Moza?”

“Iya... lo gak suka dia kan?” Maddy semakin menggoda Chiko. “Ko lo kan tau gue suka sama lo. Kapan gue dikasi kesempatan Ko? Masa Moza terus?”

Chiko terdiam. Seharusnya dia marah ketika ada orang lain yang menghina pacarnya di wajahnya sendiri. Tapi ini Maddy. Chiko tidak bisa berbuat kasar padanya karena perempuan ini selalu bergantung padanya.

“Ko... kamu sayang aku gak?” Maddy berubah manis membuat Chiko mengerutkan keningnya. Bingung harus menjawab apa. Di tengah keramaian. Seniornya ini memang terlihat cantik tapi Chiko sama sekali tidak tertarik padanya.

“Ko?” tangan Maddy naik pada kemejanya. Suaranya berubah parau. Chiko tau apa yang diinginkan Maddy, “Pleasee? Malem ini aja.”

Chiko melepas tangan Maddy dari kemejanya. Ia langsung memeluk perempuan itu tapi yang terbayang di kepala Chiko sekarang adalah Moza yang sedang menangis karena ulahnya. Ketika perempuan itu berkata sakit saat Chiko menarik tangannya yang terluka.

Apa perempuan itu sudah makan? Chiko tidak tahu.

****

Bias cahaya menelusup lewat langit-langit jendela. Moza sudah siap dari tadi untuk berangkat ke sekolah. Ketika ia melihat Mada, ibu tirinya turun. Moza menghentikan langkahnya sebentar. Ia juga melihat Nency sudah berpakaian seragam sekolah di sampingnya.

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now