Belum sempat Milla mendorong pintu tangannya di tarik seseorang.

"Darimana lo?"

Milla mendengus, Darpati sangat bawel hari ini.

"Kaila masuk rumah sakit."

"Kaila?" Alis Darpati menaut kaget. "Kok bisa?"

"Kata dokter demam berdarah," jawab Milla diselingi menguap.

"Udah ya gue ngantuk," potong Milla sudah tidak bisa menahan kantuk.

"Hati-hati di jalan lo."

Sedetik mata Milla melirik pada cowok yang masih menatapnya. Ada secercak senyuman tipis dari Athur. Ya, bisa disebut jawaban.

Entah ada apa dengan Milla saat ini. Setelah menutup pintu senyuman tidak bisa hilang dari bibir mungilnya. Tingkah Milla seperti baru saja mendapat sekarung uang dolar jatuh dari langit. Bahkan senyuman masih terbawa hingga dalam kamar.

"Ck. Ngapain gue malah mikirin dia sih!" gerutunya sendiri memeluk guling.

Indera penciuman menerima rangsangan bau khas parfum seseorang. Ia melirik ke bawah.

Pantas saja. Jaket milik Athur masih melekat. Bukan melepas dan membuang seperti yang ia lakukan setiap ada hal yang berhubungan dengan Athur cewek itu malah mencium bau parfum.

"Hai."

Milla mendongak.

"Heh ngapain lo di atap gue!" omel Milla melihat wajah Athur di atap.

"Lo mikirin gue ya?"

Mata Milla membulat. Ia duduk menegakkan tubuh.

"PD!"

"Bohong!"

Wajah Athur masih memancarkan senyuman. Milla mengeplak kepalanya sendiri.

"Ini gue ngehalu ya?"

"Gak. Lo gak halu," potong sosok Athur yang masih ada di atap.

"Ngapain lo senyum-senyum?!" cecar Milla berkacak pinggang.

"Suka."

Sepersekian detik sosok Athur berubah menjadi banyak memuhi kamar Milla. Semua wajah itu sama-sama tersenyum menunjukkan sisi termanis.

"Kok makin banyak sih?"

Semakin mendekat. Milla jadi takut sendiri melihat sosok Athur yang sebanyak ini. Ia menyahut guling berniat membasmi amuba-amuba Athur ini.

"PERGI LO SEMUA!"

Ting!

Suara ponsel berbunyi membuat mata Milla terbuka. Ia menengok kanan kiri, sosok Athur sudah lenyap. Cewek itu menggulir ponsel dan menemukan satu pesan Line.

Athur.

Jangan tidur malem-malem.

Entah angin dari mana setelah satu pesan i abaca Milla langsung guling-guling di kasur. Mengukir senyuman malu. Milla yakin pipinya sudah merah.

***

Tangan melipat di bawah dada. Tatapan lurus menatap sosok cowok di depannya. Mulut Milla bungkam menunggu jawaban. Alis menaut menandakan kekesalan.

"Kemana lo semalem?"

"Di rumah Mil. Kenapa dah pertanyaan lo," sanggahnya.

Tidak percaya, Milla mencium bau berbeda dan ia tau benar bau apa itu.

"Kemana lo?"

Darpati mendengus panjang.

"Rumah Mil."

"Bohong!"

"Serius setelah pulang dari sini gue langsung pulang."

Milla menatap Darpati tidak suka.

"Jujur Dar. Gue benci dibohongin," cecar Milla.

"Gue udah jujur Mil."

Jenggah. Sudah cukup ia mendengar kehongan Darpati. Ia berjalan meninggalkan Darpati.

"Terserah kalau lo masih mau bohong. Gue gak peduli."

Milla semakin jauh. Darpati bimbang. Apa harus ia jujur jika semalam ia kembali ke tempat itu. Apa Milla akan menerima Darpati walau tau hal tersebut. Milla berarti bagi Darpati, lebih dari hidupnya.

"Iya iya kemarin gue ke." Jeda Darpati menimbang. "Club."

"Buat apa?!"

"Gue pusing sama hidup gue. Gue butuh lupain hidup gue walau bentar."

Sorot mata Milla menajam.

"Apa gue gak bisa ganti posisi tempat menjijikan itu?"

Ada encerahan yang bahkan tidak pernah Darpati sangka. Mata Darpati berbinar.

"Apa lo mau?"

Milla tersenyum, menyenggol bahu Darpati.

"Pasti. Gue sahabat lo. Gue akan selalu ada gimana pun kondisi lo."

Ada senyuman antara mereka. Ada kelegaan di sana. Kekhawatiran hilang begitu saja. Darpati merasa lebih baik. Milla selalu membawa banyak warna dalam hidup siapapun termasuk Darpati.

"Gak mau gue anter?"

Milla melepas rangkulannya. Ia menggeleng cepat seolah mengingat sesuatu.

"Gak usah Dar si bangke udah jemput di depan."

"Athur?" tebak Darpati menautkan alis.

"Iya. Gue duluan ya."

Belum sempat Darpati menjawab atau bertanya lagi Milla sudah berlari menjauh. Apakah Milla juga berlari dari hatinya? Apakah Athur berhasil mendahului. Senyuman Darpati pudar begitu saja.

"Nanti siang ke rumah sakit ya!" teriak Milla melambaikan tangan.

"Gue jemput ya!"

Milla menggeleng cepat.

"Gak usah gue bareng Athur."

Sontak ucapan Milla membungkam mulut Darpati. Ia hanya mengangguk meski sebenarnya sangat tidak suka. Tangan Darpati mengepal. Bayangan wajah Athur menarik emosi.

"Gue gak biarin lo semakin deket sama Athur!"





Haloo :)

Semoga dapet feelnya yaa.

SDM

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang