HOPE bagian kesembilanbelas

1.7K 95 9
                                    

*-Author POV-*

Riska terkekeh geli saat ia melihat Fitri kesulitan untuk mengimbangi gerakan serang hindarnya yang cepat, gadis itu terlihat dipenuhi dengan peluh dan juga dibarengi dengan deru napas panjang pendek yang terdengar menyedihkan, padahal Riska merasa biasa saja dan ia belum berkeringat separah Fitri.

Permainan serang hindar gadis itu terlihat semakin membaik disetiap harinya, proses tembak menambak pun dilakukan dengan baik dengan gadis itu, ternyata berlatih dengan Riska membuat gadis itu jadi semangat dan enggan melewatkan latihan barang satu hari pun.

Kaki Fitri bergerak cepat menghindari tendangan arah bawah Riska, ia melompat ringan lantas segera menghujamkan pukulan pada pipi Riska dan membuat gadis tomboy itu tersentak karena ternyata Fitri tidak main-main dengan pukulannya.

Karena sudah mendapat pukulan dari kekasihnya, Riska jadi lebih waspada, pergerakannya lebih teratur dibanding tadi, dan hal itu membuat Fitri memasang wajah takut disertai melas dalam waktu yang bersamaan.

"Kamu tidak akan melukaiku kan?" tanya Fitri sambil berusaha menjauh dari serangan Riska yang mulai membabi buta. Fitri berharap bahwa Riska akan memundurkan kakinya untuk menjauh, namun ternyata langkah yang diambil gadis tomboy itu justru mendekat. Fitri beringsut mundur dengan memasang wajah sepa yang ketakutan, namun gadis cantik itu bisa melihat kalau Riska sedang memperingatinya lewat tatapan matanya yang tajam. Fitri tahu kalau ia harus melawan.

Biarpun melangkah dengan sejuta rasa gamang sekaligus takut didalam hatinya, Fitri memantapkan hati, ia harus bisa melukai Riska agar ia yakin ia bisa mengalahkan lawan tandingnya esok hari. Ia tidak ingin dianggurkan tiap malam oleh gadis itu. Oh ayolah! Riska ternyata benar-benar berhasil untuk tidak menyentuhnya terlebih dahulu -bahkan meskipun Fitri sudah menggunakan seribu satu cara untuk menggodanya.

Riska ternyata benar-benar teguh terhadap pendiriannya.

Fitri tidak ingin terus-terusan di diamkan oleh Riska, sudah hampir satu minggu ini Riska tidak menyentuhnya, dan jika saja lebih lama lagi dari ini, Fitri bisa-bisa jadi gila karena terlalu haus akan sentuhan Riska. Oh! Kenapa Fitri berpikiran seperti ini? Dan kenapa kedengarannya Fitri menjadi seseorang yang murahan disini?

"Awh!" rasa sakit di pipi gadis cantik itu membuat ia tertampar dan kembali ke alam nyata dimana Riska baru saja meninju pipinya dengan keras, Fitri bahkan bisa merasakan sesuatu yang hangat mengalir di ujung bibirnya, dan kalian sudah tahu pasti itu adalah apa.

Fitri mengusap ujung bibirnya dengan jempol, dan seperti apa yang sudah ia duga sebelumnya ada darah segar mengalir dari sana. Saat Fitri meringis kesakitan Riska mendekat ke arahnya dan secara tiba-tiba ia mencium bibir Fitri dan melumatnya dengan lembut.

Awalnya Fitri kebingungan -sangat kebingungan, saat ia mendapatkan ciuman manis itu dari Riska, namun ia tidak bisa protes dan segera mengalungkan lengannya ke leher jenjang Riska. Gadis tomboy itu segera merengkuh Fitri lebih dekat dan membiarkan kaki-kaki Fitri yang jenjang melilit di atas pinggulnya.

Tanpa berpikir lebih panjang, Riska membawa Fitri ke kamar mereka dengan Fitri masih menggantung seperti seekor anak koala pada ibunya. -_-

Fitri tidak bisa memprotes saat ia melihat Riska membuka baju kebangsaannya dengan satu gerakan yang cepat, mata hitam Riska yang tajam beradu cepat dengan mata Fitri yang berwarna cokelat keemasan. Fitri dapat melihat raut kesakitan di ekspresi Riska, namun Fitri juga bisa melihat ada kilauan gairah disana.

Dengan senyum menungging, Fitri melepaskan pakaiannya dengan cepat, ia membiarkan dirinya hanya dalam selembar sport bra dan juga underware yang memiliki warna yang sama, tentu saja hitam. Fitri bisa melihat kalau Riska mengerang tidak tahan, namun sepertinya gadis itu meragu untuk melanggar perjanjian.

Dengan kekehan memuakkan, Fitri mengangkat diri ke atas kasur seraya mulai melepas ikat rambutnya, sebenarnya ia tidak ingin melalukan hal murahan seperti ini, tapi melihat Riska sengsara seperti itu ternyata cukup menyenangkan bagi Fitri. Gadis dalam batin Fitri bahkan sudah tertawa keras sampai mendengung ke atas kepala Fitri dan berputar-putar disana.

Fitri bisa melihat Riska menarik napas panjang sampai akhirnya ia menaiki kasur dan mulai mengambangi tubuh Fitri yang setengah telanjang. Tepat saat Fitri akan mengalungkan lengannya ke leher Riska, Riska mengangkat tubuh dan pergi begitu saja.

"What the fuck Riska?!!!" teriaknya frustasi seraya meremas sprey dibawahnya dengan kesal. Fitri bisa mendengar Riska mendengus kasar disana, dan ia dapat mendengar derap langkah kasar mendekat ke arahnya.

Mata Fitri terbuka lebar saat itu juga. Riska tidak bercanda kan? Bagaimana mungkin gadis tomboy itu ingin melakukan 'itu' dengan 'itu'? Fitri mengangsur menjauh saat ia melihat tatapan Riska semakin tajam melihatnya. Tidak! Fitri tidak ingin disetubuhi dengan 'itu'! Setidaknya tidak untuk sekarang.

Riska mendekat seraya mengencangkan ikatan staps on di pinggulnya, senyumnya berkembang besar saat ia membungkus dildo dengan kondom, dan ia mulai terkekeh saat ia melihat wajah Fitri merah padam karena ketakutan.

"Kau siap?" tanya Riska dengan suara serak yang dalam. Fitri tidak bergerak, ia bahkan tidak kuasa menggeleng untuk menyampaikan jawabannya pada Riska, dan sebelum Fitri sempat menjawab sedikitpun Riska sudah mulai memasukinya.

Bibir Fitri dipaksa tertutup rapat saat Riska mulai memaju-mundurkan pinggulnya. Jesus crist!

*----*

Fitri terengah, napasnya naik turun tidak terkira, ia lelah bukan main tapi yang tadi itu sungguh menyenangkan. Riska benar-benar membuatnya kewalahan sampai suaranya saja serak dan perih di kerongkongannya menambah buruk suasana.

Tepat saat Fitri akan angkat bicara, Riska menciumnya dengan lembut, membalut bibir-bibir tipisnya dengan bibir tebal Riska yang empuk dan manis. Riska mengusap bagian belakang tubuh Fitri yang terekspos sempurna --tidak tertutupi oleh sehelai kainpun. Saat Riska menarik diri gadis itu tersenyum "Kau menikmatinya, bukan?" suara Riska terdengar serak dan sangat dalam saat ia bertanya pada Fitri.

Gadis cantik itu tersenyum manis "Aku tidak bisa tidak menikmatinya jika itu berkaitan dengan kamu" jawab Fitri dengan disertai tangannya yang menyentuh rahang Riska yang tegas "Aku terlau jatuh kepadamu."

Riska tersenyum saat ia mendengar ucapan manis Fitri "Itu untuk menyemangati mu esok hari. Jika kau benar-benar tidak bisa mengalahkan Kayra, aku akan benar-benar tidak menyentuhmu"

Senyum Fitri menguap begitu cepat saat ia kembali mendengar ancaman Riska kembali mengambangi otaknya. Satu minggu tidak disentuh oleh Riska saja Fitri sudah hampir gila, apalagi tidak akan disentuh lagi? Bisa-bisa Fitri akan berubah menjadi jalang dan kehausan akan sex. Fitri saja sampai bergidig ketakutan saat ia membayangkan dirinya memohon-mohon pada Riska untuk disetubuhi. Jk! Menjijikan!

"Kamu pasti bercanda kan?" tanya Fitri dengan tampang tidak terima sekaligus tidak percaya. Riska hanya menjawabnya dengan gedigan "Kau akan melihatnya nanti" jawab gadis tomboy itu disertai dengan seringai yang tidak bisa diartikan.

*----*

Riska Pramita Tobing

Note: Saya nggak tega memisahkan kesosweetan mereka berdua dengan konflik, jadi nikmati saja adegan manisnya dulu ya. Saya sedang memikirkan tentang bagaimana cara mereka agar bisa dipisahkan oleh konflik. -_-

Cause if you guys know. I ship them so bad LOL

Ps: buat yang nggak tau apa itu stap on dan dildo, kalian search aja sendiri ya? Saya nggak bisa jelasin soalnya :D

Ps's: Saya minta maaf sama adegan terlalu panas diatas, saya membutuhkan itu -_- Jangan jijik ya :/

HOPE (COMPLETED)Where stories live. Discover now