HOPE bagian Ketujuh

2.6K 145 6
                                    

*-Fitri POV-*


Riska sudah tertidur semenjak jam tujuh malam tadi, sementara aku masih saja terjaga sampai jam sembilan malam karena aku tidak ingin tidur dengan Riska. Aku tidak mungkin bisa tidur dengan lelap jika ada Riska di sisiku. Aku takut akan terjadi sesuatu yang tidak terduga jika saja nanti Riska mengigau atau aku yang justru mengigau kepadanya.

Huh! Membayangkannya saja sudah hampir membuatku mual karena takut. Satu lagi hal yang terpenting. Aku tidak ingin memeluk Riska karena gadis itu berada di sisiku. Siapa tahu kan? Nanti ketika aku tertidur, aku tidak sadar dan memeluk dia, lalu aku terbangun dalam keadaan dimana aku tengah memeluknya. Oh! Tidak mungkin!

Aku tidak memiliki kamar cadangan, karena kamar-kamar di sini sudah penuh dengan pekerja-pekerja dan juga penuh dengan pengawal-pengawal sialan itu. Duh! Kenapa sih Riska menginap di sini?

Oke. Besok aku harus sekolah, begitu juga Riska, kalau aku terus-terusan terdiam sambil melihat Riska yang sedang tertidur begini, bisa-bisa aku mengantuk di kelas esok hari. Besok adalah bagian pelajaran matematika yang adalah pelajaran paforitku. Aku tidak ingin ketinggalan sedikitpun materi dari Pak Ahmad, karena aku takut akan tidak mengerti di pelajaran selanjutnya jika aku tidak mengerti materi untuk satu pertemuan saja.

Aku takut esok aku akan mengantuk di kelas dan tidak fokus untuk menyerap semua pelajaran dari Pak Ahmad. Oke! Aku harus tidur! Aku harus tidur! AKU HARUS TIDUR!!!

Aku mengambil napas dalam-dalam saat aku melangkah dengan langkahku yang pendek mendekat ke ranjang besarku yang di bungkus dengan sprey warna biru muda. Rasanya aku ingin mati saja saat aku sudah terduduk di tepi ranjang. Aku gugup setengah mati saat aku melihat Riska tengah bergelung ke dalam selimut karena suhu ruangan menjadi dingin karena AC yang menyala.

Segera, aku mematikan AC dan beranjak mendekat, dan mulai mencoba untuk merebahkan badanku di samping Riska yang sudah mulai mendengkur dengan halus. Saat aku melihat wajah damai Riska yang seperti malaikat, aku jadi terenyuh. Betapa menggemaskannya dia!!!!

Tidak! Tidak!!! Fitri.. tidak! Jangan! Jangan tertipu dengan tampang malaikatnya! Dia mungkin memang terlihat seperti malaikat jika dia tengah tertidur, tapi tunggu saja saat dia terbangun. Dia pasti akan berubah menjadi iblis bertanduk dua seperti Malleficent.

Tapi oh Tuhan! Lihatlah dia! Kenapa dia terlihat sangat menggemaskan saat sedang tertidur?! Apa ada yang salah dengan otakku? Apa terjadi konsleting di dalam pemrograman otakku? Kenapa aku jadi tertarik pada Riska?

Tunggu!

TUNGGU!

Apa?

Tertarik?

Mana mungkin!!!

Haha! Kau lucu sekali Fitri! Mana mungkin dirimu tertarik pada sosok Riska yang bahkan hanyalah seorang perempuan! Mana mungkin! Kau masih normal Fitri! NORMAL!!!! Kau tidak mungkin menyukai Riska! TIDAK MUNGKIN!!!!

Dengan pemikiranku yang masih bercabang kesana-sini tentang mengapa aku jadi tertarik *bukan, bukan tertarik -ralat, melainkan jadi penasaran dengan sosok Riska yang berubah menjadi imut seperti seekor kelinci jika dia sedang tertidur dan ia bisa berubah dalam sekejap mata menjadi seekor singa jika dia sudah membuka mata, aku bergulung ke dalam selimut tebal milikku lantas mencoba memejamkan mata meskipun jantungku berdebar dua kali lipat lebih cepat entah karena apa.

Aku jadi bingung dengan perasaanku sendiri. Apakah aku memang benar-benar tertarik pada sosok tomboy di sampingku ini? Saat tadi ia menciumku, aku merasakan sejuta kupu-kupu yang berterbangan di dalam dada dan perutku, sensasinya begitu bergejolak seperti air mendidih. Dan sekarang jantungku berdebar cepat hanya karena aku berdekatan dengannya.

Apakah aku lesbi?

Tidak!

Mana mungkin aku seorang lesbian?

Aku masih memiliki ketertarikan terhadap laki-laki, dan saat aku berdekatan dengan laki-laki yang aku sukai pun rasanya hampir sama persis seperti sekarang. Debaran jantung yang cepat, gugup meskipun tanpa adanya perbincangan, malu meskipun tidak ada sesuatu yang di bahas dan serasa canggung meskipun tanpa ada pembawaan serius.

Apakah aku bisexual?

Keningku jadi semakin mengerut dalam. Jadi, aku ini gadis tidak normal? Aku ini seseorang yang termasuk ke dalam LGBT? Oh Tuhaaan. Menyadarinya saja sudah membuat aku malu setengah mati. Aku seorang bisexual! Oh Tuhaaan.

Demi apapun yang ada di dalam galaksi yang besarnya entah sebagaimana, aku tidak rela dan tidak akan pernah rela apalagi sampai mengakui kalau aku adalah seorang bisexual yang tidak normal. Oh Tuhan. Maafkan aku ini yang telah menyimpang dari jalan_Mu.

*--HOPE by Riska Pramita Tobing--*

Aku terbangun tepat dengan terdengarnya suara alarm dari atas nakas yang berada di samping ranjang. Saat aku membuka mata, aku tidak mendapati ada Riska di dalam ruangan ini. Padahal, aku ingat betul kalau semalam setelah kesadaran diriku yang mengejutkan itu aku tertidur dengan perasaan gamang dan bingung karena aku masih saja merasakan debaran itu begitu nyata bahkan sampai terdengar ke kedua gendang telingaku saat aku tertidur di sampingnya.

Tepat saat aku mengira kalau Riska sudah beranjak pergi dari rumah ini, aku mendengar suara gaduh dari arah ruang kerja ayahku yang memang dekat dengan kamarku. Tepatnya, di samping kamarku. Terdengar percakapan yang sangat serius jika di dengar dari nada bicaranya yang terdengar sangat kaku dan juga datar tanpa nada.

Mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris, aku tidak mengerti tentang apa yang mereka bicarakan karena memang aku adalah manusia yang tidak pernah menyukai bahasa rumit itu. Yang aku pahami dari percakapan serius mereka hanyalah mengenai seberapa pentingnya sebuah rahasia yang sangat tidak boleh terbongkar. Hanya itu yang sampai terdengar di kedua gendang telingaku dan di mengerti oleh otakku yang bodoh ini.

Terkadang aku jadi menyesal karena tidak pernah serius jika sedang belajar bahasa Inggris. Beginilah akibatnya kalau kau bodoh. Akan banyak tertinggal dan tidak mengetahui apa-apa.

Setelah mendengar suara langkah lembut yang mendekat ke arah kamarku, aku jadi pura-pura baru terbangun dari tidur dengan pura-pura menguap dan merentangkan kedua tanganku. "Hay! Putri ayah sudah bangun rupanya" ujar ayahku dari arah pintu yang terbuka lebar

Di belakang ayahku yang berdiri dengan gagah meskipun hanya dengan menggunakan pakaian tidurnya, aku bisa melihat Riska berjalan dengan dagu terangkat, seperti menantang dan tidak takut oleh apapun yang ada di depannya. Sebelumnya, aku tidak pernah melihat ada satu sosok manusia yang berani menampakkan batang hidungnya di depan ayahku, apalagi sampai mengangakat dagu bagaikan jagoan.

Mereka semua selalu menunduk jika mereka bertemu dengan ayahku, mereka seperti ketakutan. Sementara Riska adalah kebalikan dari mereka semua.

Aku jadi semakin heran dengan Riska.

Pertama, Riska diperbolehkan masuk ke rumahku meskipun ayahku dan Riska baru bertemu pertama kali padahal biasanya ayahku selalu menaruh rasa curiganya kepada siapapun.

Kedua, Michael tidak berani mengusir Riska meskipun aku sudah menyuruh butler itu sampai mulutku berbusa.

Ketiga, ayahku dan Riska memiliki pembicaraan serius di ruang kerjanya padahal aku saja yang anaknya tidak pernah diperbolehkan untuk memasuki ruangan rahasia tersebut, dan yang terakhir, Riska sangat berani kepada ayahku disaat semua butler-butler berbadan besar itu pun menghormati ayahku dengan sangat.

Sebenarnya, Riska ini siapa?

*-------*

Riska Pramita Tobing.

Note:

Okeh, please kasih saran dan kritikan untuk cerita ini. Karena kalau aja aku boleh jujur, aku nggak pernah bikin cerita dengan gendre yang tidak tertebak seperti ini.

Apakah alurnya cukup dapat di mengerti atau ternyata membingungkan?

HOPE (COMPLETED)Where stories live. Discover now