Sean masih tidak bergeming, jujur dia pun bingung harus bersikap bagaimana menghadapi gadis ini. Iblis ditelinga nya masih berbisik didukung oleh ego nya untuk membalas perlakuan gadis ini tapi malaikat di sisi kanan nya berkata lain.

"Kamu udah makan? "

Giana menggeleng. "Aku kangen pasta buatan kamu "

Sean bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah dapur, giana mengikuti nya dari belakang persis seperti anak ayam yang gak mau kehilangan induknya. Sean mulai mengeluarkan pasta beserta saus bolognese nya, dengan cekatan pria itu memasak seperti sudah terbiasa dengan kegiatan itu. Giana menatap sean dengan binar bahagia, sejak memutuskan kembali ke Indonesia giana memang sudah bertekad untuk memperjuangkan apa yang dulu dia lepas, karena dia tidak ingin harta karun di hadapan nya ini suatu saat akan memperlakukan orang lain sebagaimana orang itu memperlakukannya dulu.

Sean POV

Kaget, cuma itu kata yang bisa gue ungkapkan akan tingkah laku giana yang kedatangan nya betul-betul membuat gue shock. Bahkan ini lebih horor di bandingkan film pengabdi setan yang belum lama gue tonton bareng satya. Giana yang gue kenal bukan giana yang sekarang sedang bertopang dagu di depan gue dengan senyum terindah yang pernah gue liat, senyuman paling ikhlas yang gue tau selama gue kenal giana.

Gue gak tau dokter macam apa yang udah buat giana menjadi centil dan manja seperti sekarang, tapi gue suka.

"Buruan sean masaknya aku laper nih "suara cempreng giana memecahkan keheningan yang tercipta sejak gue menemukan dia di apartemen gue pagi ini.

"Harus nya siapa nih yang masak?  Kepala aku masih pusing udah di recokin tamu tidak diundang "

Gue merasakan giana menyentuh  dahi gue dan apa ini?  Jarak antara wajah giana dan gue kurang dari satu senti. Gue bisa melihat jelas  warna mata giana dan turun ke..  Astaga kenapa bibir nya giana minta banget gue cium. Calm down sean inget harga diri seorang laki-laki.

"Gak usah deket-deket bisa nggak sih "gue sedikit membentak (walaupun cuma akting) dan berhasil membuat giana memundurkan badannya.

"Maaf "giana menunduk. "Aku cuma mau pastiin kamu baik-baik aja atau nggak"

Damn!  Gue bahkan merasa menjadi cowok paling jahat di dunia. Jika ini semua direkam maka gue akan menjadi tokoh antagonis dan giana korban nya.

Kemana giana si Ratu percaya diri nan independen menghilang?

Giana POV

Gue masih menunduk menatap lantai bermotif kayu yang gue kenal sebagai Vynil. Sean bentak gue tadi hanya karena gue mau periksa kondisi badan dia. Gue merasa seperti kuman di dekat sean, bahkan gue nggak berani menatap sean setelah nya.

Sekarang kami hanya diam di meja makan sambil menikmati spagethi yang sean buat. Ini salah satu yang buat gue jatuh Cinta mampus sama cowok di hadapan gue ini, dia jago masak dan gue jago makan (jika nggak dipaksa diet).

Mungkin jika dulu gue menerima lamaran sean, gue bakal puas makan masakan sean setiap hari. Manja-manjaan sama dia dan ketawa-ketawa sampai perut kita sakit bahkan nangis. Iya semua itu hanya SEANDAINYA.

"Kamu nggak jadi kerja? " akhirnya gue memulai percakapan.

"Cuti"

"Oh..  Pasword apartemen kamu masih sama ya? hehe "gue tertawa kecil mengingat sean masih menggunakan tanggal ulang tahun gue sebagai pasword pintu apartemen nya.

"Lupa ganti.  Sibuk "jawab nya masih menatap smartphone nya yang rasanya pengen gue banting dari tadi.

"Minggu ini kamu ada acara? "

"Jadwal aku full sampai 3 bulan ke depan"

"Ok aku ngerti"gue pasrah mendengar penolakkan halus yang sean katakan.

Kami kembali diam dengan fikiran masing-masing sebelum pandangan gue terfokus pada sesuatu yang melingkar di jari manis sean, sean udah menikah?

~~~~

Giana menutup mulut nya rapat-rapat  tatapan nya terus tertuju pada cincin platina yang melingkar sempurna di jari manis sean. Tanpa diduga air mata mulai membasahi pipi giana. Sean yang menyadari kalau giana menangis tampak bingung walaupun dia tidak kunjung bangkit dari tempat duduk nya untuk menenangkan giana.

Giana berdiri menatap sean sejenak sebelum akhirnya dia menyambar hand bag nya yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya duduk. Tanpa permisi dia pergi meninggalkan sean yang masih bingung dengan sikap giana yang tiba-tiba pergi sambil menangis.

"Pak apartemen GPA (sensor karena bukan iklan) "giana langsung masuk ke dalam taksi tanpa menperdulikkan tatapan si pengemudi yang nampak bingung dengan penumpangnya yang berlinang air mata.

Giana terus menangis sesengukkan di dalam taksi, bahkan lirikkan supir taksi yang terus menatap nya dari kaca tengah tidak dia hiraukan. Lagu-Lagu yang berputar di radio pun seperti sengaja menyindirnya dan seolah langit juga melengkapi drama mellow yang sedang giana mainkan.

Hujan masih turun deras saat giana tiba di depan apartemen nya. Setelah memberikan uang 50 ribu untuk supir taksi giana langsung berlari masuk ke dalam apartemen nya tanpa menggunakan payung. Beberapa pasang mata yang melihat nya dari lobi menatap giana seolah-olah gadis itu habis bermain sinetron. Giana langsung memencet tombol lift berkali-kali dan mengumpat dalam hati karena lift saja menolak untuk membuka pintu nya. Shit . Batin giana.

Giana POV

Gue langsung tiduran di kasur gue yang super nyaman,  bodo amat sama badan gue yang udah basah kuyup akibat hujan-hujan an tadi. Bahkan gue makin ngenes begitu sadar kalau gue masih pakai kemeja sean, betapa gue nampak sebagai pelakor sekarang. Tiba-tiba bayangan sean dan wanita yang mungkin saja istri nya berputar di otak gue.

Gue membayangkan sean dan wanita itu tertawa bersama. Membayangkan sean melakukan hal-hal yang kami lakukan di masa lalu tetapi bukan gue yang ada disampingnya membuat air mata gue kembali jatuh,  shit gue benci nangis.

Gue langsung menyambar ponsel di dalam hand bag gue yang basah kuyup akibat hujan tadi. Gue memencet tombol speed dial nomor 3 yang langsung tersambung pada dering pertama.

"Pah... "
"Kenapa kamu gi?  Udah ketemu sama sean? "Suara papah nampak khawatir.
"Udah"
"Baikkan dong?  Ciye ciye "
"Sean udah nikah kan pah? Kenapa papah nggak bilang gia? "
"........"
"Tuh kan bener "gue kembali terisak saat papah tidak menjawab pertanyaan. Gue.
"Kamu tanya sendiri deh sama sean,  papah sibuk byee "

Tut... Tut..  Tut..  Sambungan telfon terputus. Ternyata bertanya sama papah tidak menyelesaikan masalah malah semakin menambah masalah. Gue semakin membenamkan diri di bawah bantal berusaha meredakan tangis yang mungkin saja membuat gue besok bangun dengan mata yang segede bola golf.

Philophobia ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang