Kesempatan

1K 62 0
                                    

Giana POV

Sepanjang perjalanan menuju lombok gue berfikir mengenai apa yang gue lakukan ke sean, nggak seharusnya gue bersikap nggak profesional hanya karena masalah pribadi. 

 Gue tau gue salah sangat salah, sean berhak buat suka dengan siapapun dan gue gak berhak buat larang bahkan sampai benci dengan dia hanya karena dia punya perasaan itu. Gue hanya berusaha lari karena gue takut jatuh, gue terlalu takut percaya dengan siapapun.

Gue masih ingat dengan sangat jelas 7 tahun yang lalu saat gue memergoki papa mengkhianati mama padahal dulu mereka sangat saling mencintai, sejak saat itu walaupun sama sama mengetahui papa dan mama tetap bersama hanya karena sebuah status dan tentu saja demi kami anaknya. 

Setiap hari papah akan menghabiskan waktu dengan alasan bisnis begitupun mama, rumah bagaikan tidak berpenghuni itu yang menyebabkan gue lebih suka di kantor dari pada di rumah.

"Gue udah sampe di lombok dave"gue langsung menjawab panggilan dari ibu Negara satu ini setelah dering pertama.

"Gimana romantis kan tempatnya, sembuhin ' penyakit ' lo disana baru balik ke Jakarta"

"Gue coba, besok inget meeting bareng team A&D kalo sean tanya gue kemana, lo bilang apa gitu supaya dia nggak curiga " gue sedikit ralat sangat memohon pada dave.

" we'll see darling , udah ya gue mau dinner nih jangan ganggu kencan romantis gue"

"Iya mami"

Setelah mandi gue memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir pantai, atmosfer disini memang ditujukan untuk pasangan. Suasana romantis, pantai yang sepi, bisa dibayangkan pemandangan itu semakin lengkap saat matahari tenggelam. 

Dave bener, gue selama ini cuma tau kerja kerja kerja, gue bahkan melupakan hobi fotografi gue sejak lulus kuliah ralat tepatnya setelah damian cari masalah. Dan kali ini gue membawa lagi benda mungil yang dulu selalu jadi sahabat gue mengabadikan setiap moment berharga dalam hidup, benda ini seperti mesin waktu buat gue, dia bisa membuat gue kembali di masa lalu. 

Kamera ini merupakan hadiah pertama dan mungkin terakhir saat keluarga gue masih utuh , gue melihat gambaran diri gue seperti melihat orang lain . Wanita di foto ini tampak sangat polos dengan senyum bodoh yang terukir jelas di wajahnya yang memerah akibat sinar matahari. 

Foto itu diambil saat liburan keluarga kami di Bali, saat itu papah dan mamah masih merintis usaha mereka, mereka selalu menjanjikan hal yang paling Indah yang bisa membuat gadis 5 tahun menjadi rajin belajar hanya karena ingin pergi ke dufan. Dan foto itu mengingatkan kembali bahwa dulu gue pernah merasa bahagia.

Sean POV

Gue tau ini gila, gue bahkan nggak bawa apa-apa kecuali dompet dan smartphone. Bahkan baju yang gue pakai cuma kemeja dan celana pendek lengkap dengan sandal jepit. Gue bener-bener nggak bisa berfikir jernih saat dave kabarin gue kalau gia na pergi ke lombok. 

Gue benar-benar takut hal yang dialami damian akan menimpa gue juga. Dengan modal nekat dan untungnya limit kartu kredit gue masih banyak gue memberanikan diri untuk susul giana ke lombok, setibanya di lombok gue langsung pergi ke tempat giana menginap, thanks to David yang dengan senang hati merestui gue dan giana .

Gue bingung harus mulai dari mana saat ketemu giana, nggak mungkin juga gue bilang kalo gue susulin dia ke sini, bisa-bisa dia cap gue sebagai stalker. Gue harus puter otak supaya giana gak marah kalau gue susulin dia kesini, tapi gimana caranya?

Author POV

Giana kembali ke hotel untuk beristirahat tapi sesampainya di lobi dia melihat seseorang yang harusnya dia hindari.

Philophobia ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang