Sorry ?

726 53 0
                                    

Giana dan sean masih saling diam, tidak ada satupun pihak yang mau membuka percakapan terlebih dahulu. Takut-takut giana melirik sean sekilas dan diam-diam giana tersenyum melihat wajah sean yang masih terlihat tampan walaupun bulu-bulu halus kini menghiasi wajah nya.

Sean hanya diam sambil menatap pot bunga yang dia letakkan di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sean hanya diam sambil menatap pot bunga yang dia letakkan di atas meja. Kedatangan giana yang tiba-tiba membuat nya harus menyesuaikan perasaan nya yang mulai ikhlas melepas wanita itu. Dan sekarang wanita itu duduk di sampingnya seolah semua baik-baik saja dan tidak pernah terjadi apa-apa.

"Ehm...  Tentang baju kamu yang aku pake,  maaf aku nggak bawa apapun kecuali hand bag itu"giana menunjuk sebuah tas kecil di atas meja pantry.

"Oh"

Giana menatap sean. "Kamu apa kabar? "

"Baik"sean menjawab tanpa membalas tatapan giana.

"Bagus deh,  aku fikir kamu udah lompat ke jembatan kayak di drama-drama hihi"giana terkekeh pelan mencoba mencairkan ketegangan yang tercipta diantara mereka.

"Buat apa aku bunuh diri kalo nggak akan diingat oleh siapapun"jawab sean dengan nada dingin.

"Maaf"giana menunuduk .Perlahan bulir air mata mulai menetes di tangannya yang sedang mencengkram erat.

Sean mendengar giana terisak, satu sisi setan dalam diri sean menyuruh sean untuk membiarkan saja gadis yang sudah berkali-kali menyakiti sean ini tapi malaikat di dalam hati kecil nya berkata semua orang berhak atas kesempatan kedua.

Sean menghembuskan nafas kasar, diambilnya selembar tisu yang tidak jauh dari tempat duduknya kemudian diberikan pada giana.

Giana menyeka air mata nya sambil membersihkan cairan yang keluar dari hidungnya. Sean menatap giana dengan tatapan takjub sekaligus jijik tapi entah mengapa melihat tingkah laku giana seperti itu mampu menarik sudut bibirnya ke atas.

"Jorok banget sih"ledek sean sambil terkekeh pelan.

Giana menatap sean dengan mata yang sembab akibat menangis.

"Kamu udah gak marah? "

"Kata siapa?!  Emang aku ada ngomong kalau aku gak marah?! "

Giana menggenggam tangan sean kemudian menyenderkan kepala di bahu pria itu. Seketika badan sean langsung menegang hati kecilnya berkata dia ingin memeluk giana tapi dia harus memiliki prinsip jika ingin dihargai oleh wanita ini.

"Waktu papah nyusul aku ke Australi aku sempat marah bahkan aku sempat mengusirnya"

Sean diam-diam melirik giana yang masih bersandar pada bahu nya, sean menghirup aroma vanila yang tercium dari giana. Rindu itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan sean saat ini. 

Giana menatap sean sejenak sebelum memulai kembali ceritanya. " papah udah cerita semua nya, bodoh ya aku harus jadi korban atas ulah dua orang ABG yang udah nggak pantes disebut ABG lagi, dan lebih bodoh karena aku melepaskan orang yang paling penting dalam hidup aku "

Philophobia ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang