(12) Lucky Ones

Começar do início
                                    

Ini malam yang semarak.

Pesta pora.

Semua orang berbahagia malam itu.

Namun tidak dengan dirinya.

Kyungsoo kembali menghela nafas panjang... Fyuuuuuuuh... Dan kepalanya kembali tertunduk, sembari mengambil beberapa lembar uang dari saku celananya.

Beberapa pria berpikir ia sangat imut dan memberinya tips tambahan di luar harga dari sebungkus rokok. Beberapa meraba pantatnya seakan itu hal wajar yang dilakukan kepada seorang penjaja rokok pria sepertinya, dua kali ia dipeluk orang asing hari ini, dan puluhan mengajaknya minum bersama, belasan mengajaknya berkencan, dan beberapa secara frontal mengajaknya tidur dengan imbalan uang selembar dua lembar.

Kyungsoo menolak itu semua.

Bukan.

Bukan karena ia pria baik-baik yang punya harga diri apalah itu namanya.

Bukan juga karena ia pria perjaka yang belum pernah melakukan seks bahkan dengan wajah polosnya itu.

Ayolah... Kyungsoo itu jalang, gundik, pekerja seks, pemuas nafsu pria-pria homo yang menganggapnya begitu imut hingga ingin memakannya, bahkan bukan baru setahun dua tahun ini saja, namun sejak ia SMA.

Tapi imbalan long shift-nya untuk festival musik ini sangat besar. Cukup besar hingga ia rela untuk tidak main-main mengambil side-side job itu, mengangkangkan kakinya dan menerima imbalan yang tak seberapa di tengah-tengah menjajakan rokok,

Kecuali.........

Jika ia sudah menyelesaikan long shift-nya, baru ia berpikir untuk menerima satu atau dua pria malam ini. Tubuhnya sangat sangat sangat lelah. Dua adalah jumlah maksimal yang sanggup layani.

"Hyak! Hyak! Hyak! Fightiiiiing!"

Kyungsoo berusaha bangkit untuk mandi, berganti pakaian, sedikit bersolek atau apalah itu namanya, namun seketika tubuhnya oleng dan— "Auuuhh..." Seorang pria menangkapnya begitu cepat dan Kyungsoo tak menyadarinya bahwa pria itu ada di dekatnya sedari tadi.

"M-maaf..." Kyungsoo menatap wajah pria yang menangkap tubuhnya itu rekat-rekat, selama beberapa detik jantungnya seakan tak berdetak, Kyungsoo tercengang, hingga akhirnya pria itu membantunya untuk kembali berdiri dengan senyuman kaku yang berusaha ia buat. "Kau bisa berdiri?" tanya pria itu sopan dan entah mengapa kepala Kyungsoo seperti dipukul keras dengan suara pria itu yang entah kenapa terdengar begitu teduh, begitu...mendebarkan.

Kyungsoo berusaha menutupi ekspresi keterkejutan di wajahnya, dan buru-buru bangkit sepenuhnya, melepaskan tubuhnya dari rengkuhan pria itu."Maaf." Kata itu kembali Kyungsoo rapalkan. "Dan... terima kasih, Tuan."

Kyungsoo hendak pergi namun suara deheman pria itu menghentikannya. "Hmmmmm...." Kyungsoo menoleh dan mendapati ekspresi berpikir di wajah tampannya. "Kemarin......"

"Kemarin?" Kyungsoo seakan gema di dalam ruangan kosong.

"Kemarin..." ulang pria itu membenarkan letak jaketnya.

"Kemarin??" Kyungsoo mengangkat alisnya menanti apa yang sebenarnya pria ini ingin katakan tentang kemarin.

"Kemarin......" Kyungsoo hampir meledak ketika pria itu untuk ketiga kalinya mengucapkan kata kemarin. DEMI TUHAN APA YANG INGIN KAU KATAKAN, TUAAAAN???! Namun ia tak sampai benar-benar meledak ketika pria itu seakan mendapatkan otaknya kembali dan mengambil dompet dari saku belakang celananya, sembari berseru, "Kemarin aku melihatmu lalu lalang di motel depan sana dengan beberapa pria yang berbeda. Jadi—" Pria itu berhenti sejenak, "—berapa bayaranmu semalam?"

SongFic Chansoo Event [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora