Beban

10 0 0
                                    

Sudah lebih dari sebulan gue nggak ketemu Alfi. Gue gak pernah dateng njenguk dia lagi semenjak sms itu datang. Gue memutuskan untuk tidak berada dekat dengan dia karena akan berbahaya buat keselamatannya.

Gue cuma minta tolong ke Bokap untuk membiayai semua perawatan dia sampai sembuh. Toh semua itu juga salah gue, jadi sudah selayaknya gue sekeluarga bertanggung jawab. Bokap beberapa kali menanyakan alasan kenapa gue mau bertanggung jawab. Gue hanya menjelaskan secara singkat dan seperlunya.

Tentu saja gue juga gak cerita kalo gue diteror sama anak-anak di sekolah. Bisa berantakan semuanya kalo Bokap tau. Gue bisa langsung di pindahkan dari sekolah atau gue bakal dipisahkan seumur hidup sama Alfi, dan harus adaptasi dari awal lagi. No, gue gak sanggup.

Lebih baik seperti ini, melihat dia dari kejauhan. Itu lebih baik daripada harus mengulang semuanya dari awal. Gue juga minta tolong sama beberapa asisten rumah tangga gue buat nemenin Alfi di rumah sakit. Ayahnya Alfi juga sudah tau kabar anaknya yang sedang berada di rumah sakit. Beliau juga bolak-balik nemenin Alfi sepulang kerja.

Dan gue? Ya, gue udah kayak zombie sebulan ini. Harus menahan semua hasrat keinginan ketemu dia. Rutinitas gue kembali seperti semula, berangkat sekolah, pulang sekolah, dan ngurung diri di kamar sampai besok pagi.

Terkadang gue ngerasa sakit banget sampai semalaman gue cuma bisa nangis dan berdoa biar dia cepet sembuh. Kangen. Gue kangen banget sama Alfi. Kangen main bareng, kangen bercandaan bareng. DAMN! I'm so weak.

***

Hari ini berjalan kembali seperti biasa. Gue sedang duduk di kantin dengan semangkok bakso dan es teh yang telah gue pesan. Gue melihat ke arah lapangan basket dengan pandangan kosong. Ya, hal ini selalu gue lakuin selama gak ada Alfi. Melamun sendiri. Terkadang penjual di kantin yang melihat gue kayak gini, dateng nyamperin gue dan ngajak ngobrol.

Ya, I love them. Mereka peduli banget sama gue. Mereka tau gue deket sama Alfi, dan sekarang gue terlihat tampak menyedihkan.

Gue mencoba menghalau pikiran untuk menyudahi lamunan hari ini. Gue mengaduk-aduk sendok di mangkok bakso gue. Sama sekali tidak selera makan. Gue menghembuskan napas panjang dengan lesu, dan....

"Lo kemana aja?"

Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri gue. Gue menaikkan kepala gue yang tertunduk sejak tadi untuk melihat siapa itu.

"Alfi?!" Gue terkejut. "Lo udah pulang?" Shit! Gue bener-bener terkejut melihat dia disini. Gue gak tau kalo ternyata dia udah boleh pulang. Setau gue, berdasarkan informasi dari Papa, baru sekitar 2 minggu lagi dia bisa pulang.

"Kenapa? Kaget? Lo kemana aja?" Tanya Alfi lagi. Matanya menatap dengan dalam dan penuh rasa penasaran.

"Kita bahas nanti ya, gue ada urusan." Gue beranjak meninggalkan kantin dan segera pergi meninggalkan Alfi. Gue gak ngerti harus gimana ngadepin dia. Gue takut, gue gak sanggup.

Sepanjang pelajaran, gue bener-bener gak bisa fokus. Pikiran gue terus terbayang kejadian tadi. Pikiran gue bener-bener penuh dengan nama Alfi. Gue meletakkan kepala gue di atas meja dan memejamkan mata sejenak, berharak hari ini segera selesai.


Sebentar lagi cerita ini akan sampai di last episod lhoo...

Mungkin sekitar 1-2 episod lagi ^_^

Love Is Complicated [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang