Pertemuan

25 12 1
                                    

Hari ini langit tampak cerah, tapi enggak dengan gue. Pekerjaan Bokap membuat gue tidak punya teman coz we're nomaden. Baru setahun berada di Adelaide, Australia, sekarang kami sudah berada di Jakarta, Indonesia. Sepertinya setelah ini gue akan minta ke Bokap untuk menetap di suatu tempat. Gue capek, gak tahan lagi harus terus menerus beradaptasi. Apalagi gue punya masalah dengan itu.

Hari terus berganti. Pagi menjadi siang. Siang menjadi malam. Malam pun menjadi pagi kembali. Gue sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Katanya sih, lokasi sekolah gue kali ini enggak jauh dari perumahan gue, tapi karena ini First Time banget gue sekolah, Bokap memilih buat nganter gue.

Perjalanan menuju sekolah seperti biasa, hening. Bokap sibuk dengan kliennya di telpon dan gue cuma bisa menoleh ke kanan dan ke kiri sambil melihat rumah-rumah di sekitar perumahan.

Dari kejauhan gue melihat seorang anak cowok seumuran gue sedang memotong rumput di ujung jalan perumahan. Anak cowok itu kemudian terduduk lemas di deretan pepohonan yang rindang. Sepertinya dia kelelahan.

Ketika mobil kami melewatinya, gue memberanikan diri untuk membuka kaca mobil dan melempar botol minum gue ke arahnya. Anak itu terlihat sangat kaget ketika melihat sebuah botol minum melayang ke arahnya, tetapi dia dengan sigap menangkapnya.

"Buat lo!!!!" Teriak gue sambil mengeluarkan kepala ke luar mobil.

"Jovi!!! Kamu ngapain?!" Bokap tiba-tiba terkejut dengan kelakuan gue dan memberhentikan mobil secara mendadak. "Ada yang jatuh?"

"Enggak Pa, lanjut aja. Tadi Jovi cuma ngasih air putih ke orang itu." Jelas gue tak bersalah.

"Kamu itu ada-ada saja." Bokap kembali menjalankan mobilnya.

Beberapa menit setelah menunggu, akhirnya gue sampai juga di sekolah SMP Bakti Nusantara. Bangunannya terlihat sangat megah dengan tiga lantai. Terlihat beberapa mobil mewah berhenti di bahu jalan untuk mengantar anaknya. Sepertinya akan sulit beradaptasi disini. You know kan, beradaptasi di tempat orang-orang berduit itu lebih susah daripada di desa.

Sesampainya di sekolah, Bokap menggandeng tangan gue dan kami berjalan menuju kantor kepala sekolah. Akhirnya kami sampai ke ruang tersebut setelah beberapa kali bertanya kepada anak-anak yang lewat.

Setelah semua urusan dan administrasi selesai, akhirnya gue masuk kelas dan memulai kegiatan seperti biasa layaknya anak baru, yaitu perkenalan. 

"Hai, Selamat Pagi semuanya. Perkenalkan namaku JovitaJenian Marin." Gue sampai gak tau lagi berapa banyak gue udah memperkenalkan diri gue di depan kelas. It's really suck!

"Adaptasi adalah proses yang sulit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Adaptasi adalah proses yang sulit.  Gue harus menyeleksi mana yang bener-bener mau berteman dengan tulus sama gue, bukan yang mau manfaatin gue, dan ketika gue udah dapet, gue justru harus pindah dan memulai proses itu dari awal lagi. Gue lelah...."

Love Is Complicated [Completed]Where stories live. Discover now