Peringatan

13 3 0
                                    

Hari demi hari berganti. Gue dan Alfi semakin deket. Setiap istirahat kita selalu makan bareng di kantin, pulang sekolah jalan kaki bareng, main bareng, dan sederet rutinitas lainnya.

Gue seneng. Hidup gue berubah. Gue jadi gak ngerasa kesepian lagi. Gue juga gak peduli walaupun setiap gue bareng sama Alfi di sekolah, setiap anak selalu memperhatikan dengan tatapan sinis.

"Saran gue, mending lo gausah deket-deket lagi sama si anak kotor itu!" Tiba-tiba sekelompok anak yang beranggotakan 3 orang datang ke kelas gue. Salah satu dari mereka berjalan mendekati meja gue.

Saat itu, gue sedang sendiri di kelas nunggu Alfi selesai kerja. Gue emang selalu pulang paling akhir karena nunggu dia. But, it's not a big deal.

Rambut panjang, badan tegap, tinggi, kulit putih, cantik. Sudah pasti dia adalah ketua geng dari mereka. Sepertinya dia anak kelas VIII.

"Anak kotor? Maksud lo siapa?" Saat itu gue bener-bener gak ngerti apa maksud mereka.

"Iya itu, yang biasa berduaan sama lo, yang ngaku-ngaku temen lo!" Cewek itu terlihat mendekati meja guru dan duduk menyilakan salah satu kakinya.

"Alfi?" Tanya gue bingung.

"Iyalah, siapa lagi? Gak sudi gue nyebut namanya. Terlalu kotor. Lo jangan deket-deket deh. Sayang banget."

"Maksudnya?" Gue berusaha menahan emosi yang mulai naik saat itu. Gue mempercepat memasukkan buku-buku ke dalam tas. Berharap bisa segera pergi dari mereka.

"Kita itu berada di sekolah elit. Semua yang masuk sini adalah kalangan elit. Berteman lah sesama tingkat. Dia itu gak pantes jadi temen lo!"

"Gue gak kenal lo. Jadi, lo gak usah atur-atur hidup gue! Gue mau berteman sama siapa, itu urusan gue!" Gue menatap dengan tajam matanya. Jarak kami hanya sejengkal. Gue melihat dia dengan sinis dan langsung pergi menuju pintu kelas.

Tenyata, jalan tak semulus itu. Ketika gue berada di dekat pintu, kedua teman gengnya menghadang.

"Hubungan antara lo dan si anak kotor itu, bakal memperburuk citra sekolah kita! Pokoknya gue udah peringatin lo. Jadi, jangan salahin gue kalau geng lainnya melakukan hal yang lebih parah ke lo!"

Cewek itu mengisyaratkan tangannya kepada kedua temannya sebagai tanda agar membiarkan gue lewat. Gue pun segera meninggalkan mereka bertiga tanpa menghiraukan ucapannya. 

Love Is Complicated [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang