Kanza kehilangan kata. Dia menghentakkan kaki kesal lalu berbalik menjauhi Farrel.

"Nenek sihir, buatkan aku puding seperti tadi!"

Kanza berbalik kembali menghadap Farrel seraya melotot. "Sebut namaku yang benar baru aku mau membuatkanmu makanan lagi. Jika tidak, silahkan masak sarapanmu sendiri besok." Setelahnya Kanza bergegas menuju kamar dengan hati dongkol.

Sampai di depan pintu yang menjadi kamar Kanza di apartemen itu, mendadak tangan lain mendahului memegang handle pintu lalu membukanya tanpa permisi. Kanza hanya bisa mematung menatap punggung Farrel yang sudah masuk ke kamarnya dan membuka-buka lemari.

"He-hei, apa yang kau lakukan?" Kanza bertanya bingung begitu kesadarannya kembali. Lama-lama dia bisa mati berdiri jika lebih sering melihat tingkah tak biasa Fachmi.

Farrel mengabaikan pertanyaan Kanza. Dia beralih menuju laci nakas setelah mengeluarkan beberapa pakaian dari lemari Kanza dan tidak menemukan yang ia cari.

"Fachmi!" seru Kanza seraya menarik lengan Farrel. "Apa yang kau cari?"

Farrel menatap jari lentik yang melingkari lengannya. Mendapat tatapan seperti itu membuat Kanza buru-buru melepaskan lengan Farrel. Dia menggigit bibir sambil menyembunyikan jemari di belakang tubuh.

Kini perhatian Farrel beralih ke bibir yang sedang digigit Kanza. Mendadak dia ingin melakukannya juga. Segera dia mengalihkan perhatian ke arah nakas sebelum menyerang wanita itu dan melakukan apa yang diinginkan nafsunya.

"Hmm," Kanza berdehem untuk menarik perhatian Farrel. "Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang kau cari?"

"Mana KTP-mu?" tanya Farrel tanpa menatap Kanza.

Kening Kanza berkerut. "Untuk apa?"

Mendadak Farrel menoleh dan membalas tatapan Kanza. "Aku ingin tahu namamu."

Bibir Kanza terbuka. Kalau ini film kartun jepang pastilah sekarang Kanza jatuh terjengkang mendengar penuturan Farrel. "Kau benar-benar tidak tahu namaku?" nada tidak percaya terdengar jelas dalam suara Kanza.

"Bagaimana lagi aku harus menjelaskannya padamu?" Farrel pura-pura frustasi.

Kanza menunduk, menatap kakinya dengan perasaan dongkol. Kemudian dia kembali mendongak, membalas mata hitam Farrel dengan mata cokelatnya. "Namaku Chika Kanza." Entah Fachmi hanya ingin mengerjainya atau bagaimana, Kanza memilih mengalah agar ia tidak semakin dibuat kesal.

"Oh, Chika. Harusnya kau mengatakannya dari tadi." Farrel mengangguk-angguk.

Kanza sungguh terpana dengan kelakuan Farrel. Apa dia mengalami kecelakaan dalam perjalanan hingga benar-benar melupakan nama tunangannya?

"Kanza! Panggilanku Kanza!" Kanza berkata tegas.

Farrel mengangkat bahu tak peduli. "Mana KTP-mu?"

"Untuk apa lagi?"

"Aku masih perlu tahu usiamu, kota kelahiranmu, dan alamatmu sebelum tinggal di sini."

Sejenak Kanza memejamkan mata lalu membukanya kembali. "Aku enam tahun lebih muda darimu. Dan untuk dua hal lainnya yang ingin kau tahu, kurasa itu tidak penting."

"Berarti kau masih dua puluh satu tahun? Jadi kau tidak kuliah?"

"Seharusnya kau sudah tahu!" lama-lama Kanza jadi tidak sabar sendiri menghadapi Farrel. "Kau pasti mengalami kecelakaan dalam perjalanan hingga amnesia."

"Mungkin," sahut Farrel tak acuh. "Apa kau tidak mau memberitahuku tanggal dan bulan kelahiranmu?"

"Untuk apa?"

Is This Love? (TAMAT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن