3. Jahil

57.5K 4.3K 93
                                    

Revisi : Jumat (09.58), 13 Juli 2018

---------------------

Kanza menatap cermin di kamar mandi lekat-lekat. Perhatiannya tertuju pada bibirnya lalu beralih pada pipi yang agak memerah. Buru-buru ia menangkupkan kedua tangan pada pipi, untuk menutupi perasaan malu akibat kejadian tadi.

Fachmi menciumnya. Dan itu adalah ciuman pertama Kanza.

Ya, kini Fachmi memang tunangannya. Tapi, Kanza tidak pernah berpikir bahwa dia akan kehilangan momen ciuman pertama dengan cara konyol seperti itu. Hanya karena berebut makanan.

Kanza mendesah, seraya menempelkan keningnya di cermin yang berada di belakang pintu toilet.

Saat pertama kali datang ke apartemen ini, dia sempat merasa geli sendiri kenapa harus ada cermin di kamar mandi. Sekarang dia bersyukur karena cermin itu membuatnya bisa berkeluh kesah akibat perbuatan Fachmi tadi.

Tok tok tok.

Ketukan tiba-tiba di pintu kamar mandi membuat Kanza kaget hingga kepalanya terantuk cermin. Dia meringis, mundur beberapa langkah seraya menggosok keningnya.

"Hei, Nenek Sihir!"

Kanza menatap kesal pintu kamar mandi mendengar suara Fachmi.

Apa lagi yang diinginkan tunangannya yang mendadak jadi menyebalkan itu? Apa dia ingin mempermasalahkan ciuman tadi?

Wajah Kanza terasa panas karena pemikiran itu. Tadi dia memang kabur ke kamar mandi secara tiba-tiba begitu Fachmi melepaskan tautan bibir mereka dan dirinya berhasil menguasai diri kembali dari keterkejutan.

Tok tok tok.

Kali ini suara ketukan semakin keras dan menuntut.

"Nenek Sihir! Akan kudobrak pintunya jika belum kau buka dalam hitungan ketiga. Satu...dua..."

KLEK.

Kanza melotot seraya berkacak pinggang begitu pintu kamar mandi terbuka. Dia menatap garang ke arah Fachmi. "Tidak sopan sekali kau mengganggu-"

Farrel tidak ambil pusing perkataan Kanza. Dia bergegas melewati wanita itu bahkan sengaja menubrukkan bahunya ke salah satu lengan Kanza yang masih berkacak pinggang.

"Hei, kau sungguh-"

Kanza tidak sempat menyelesaikan ucapannya karena dia memekik seraya membalikkan tubuh lalu bergegas keluar kamar mandi dan tak lupa menutup pintunya rapat. Jantungnya berdegup kencang padahal tidak ada apapun yang sempat dia lihat.

Astaga, lelaki satu itu sepertinya tidak memiliki urat malu. Bagaimana bisa dia dengan santainya membuka bagian depan celana lalu buang air kecil sambil berdiri di depan kloset? Yah meski bagian belakang tubuh Fachmi masih tertutup, tetap saja perasaan malu mendera Kanza.

KLEK.

Kanza mundur beberapa langkah, kaget pintu kamar mandi mendadak terbuka kembali.

"Ah, leganya," desah Farrel, masih tanpa rasa bersalah. "Nenek Sihir, kalau kau mau membuat ramuan atau bertapa jangan di kamar mandi. Gara-gara kau, aku harus menahan buang air kecil. Kalau kantung kemihku pecah apa kau mau bertanggung jawab?"

Kanza melongo mendengar ucapan panjang Farrel. Kali ini bukan hanya wajahnya yang memerah melainkan telinganya juga. "Kau-di...di kamarmu kan juga ada kamar mandi," sembur Kanza dengan nada terbata.

"Jaraknya lebih dekat ke kamar mandi di sini dan aku sudah tidak sanggup menunggu lebih lama." Farrel tidak mau kalah. Dia memang sengaja memilih kamar mandi tempat Kanza bersembunyi untuk mengganggu wanita itu. Sungguh lucu melihatnya lari terbirit-birit setelah ciuman itu. Yah, tidak bisa dikatakan ciuman sih. Tapi kurang lebih sama.

Is This Love? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang