Two Sides

843 107 4
                                    

oh gosh, ngga tau kenapa aku lg diserang banyak ide untuk cerita pendek haha
yang tadi fluff, lalu horror, psyco-ish.. ini apa ya?

___

Tepat pukul sepuluh malam, Jeon Jungkook menarik lenganku untuk yang kesekian kalinya. Dan kurasakan bahuku hampir lepas karena tenaga pemuda itu memang hebat. Jungkook mengaku bosan, ia butuh pelarian dari tugas skripsinya jadi, yeah, kutemani saja dia di ruang tamu sembari menonton Deadpool.

"Dasar dosen gila, mulutnya minta dijahit." Umpatnya kasar, kemudian menjejalkan segenggam kacang panggang ke dalam mulut. "Tidakkah kau berpikir semua dosen itu kejam, Hyung?"

"Ti...tidak."

"Bohong."

"Serius! Mungkin bukan dosennya yang salah. Mungkin kau."

Sejurus kemudian Jungkook menghujaniku dengan pukulan.

"Tidak—aduh! Hei, Kook—ouch!" Teriakku kala pukulan-pukulannya mendarat tanpa ampun, ia bahkan tak memberiku celah untuk membentengi diri dengan bantal sofa.

Itu saat dia membutuhkanku. Jeon Jungkook akan menyeretku ke sana kemari layaknya boneka kayu Gepetto, menghantam tubuhku seenak jidat, kemudian berkata bahwa tanpa diriku, mungkin dia sudah mati bunuh diri.

Tetapi lain hari, lain perkara.

"Kook, kau mau kemana?"

"Klub malam, mengapa?" Jawabnya enteng, pun sepertinya tak menyadari ekspresi tak sukaku pada pakaian terbukannya.

"Jangan kesana, itu berbahaya sekali."

"God, kau mulai lagi hyung! Memangnya ada yang salah saat seseorang memutuskan untuk bersenang-senang? Kau ini aneh, Kim Taehyung. Ini hidupku, jadi terserah aku, oke? Kau diam saja di rumah dan jangan telepon aku kecuali ada pencuri. Got it?" Cerocosnya panjang lebar, kemudian melangkah kemayu menuju pintu rumah dan menutupnya dengan satu ayunan keras.

Blam!

Dan yang itu tadi, saat dia tidak membutuhkanku.

fin.

Livre de douleur | v.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang