Bab 40

120K 4.5K 28
                                    


Setelah meminta disiapkan mobil pada sekretarisnya, Radit kini sudah mengemudi layaknya orang gila. Berulang kali Selina memperingatkan. Berteriak hingga menangis, tapi pria itu tak kunjung mendengar.

"Kalau kamu masih seperti ini terus, lebih baik aku mati saja!"

Kalimat terakhir itu berhasil. Membuat Radit meminggirkan mobil mendadak. Membuat pria itu mendapat pelototan serta makian dari pengguna jalan lainnya.

"Apa katamu?!" Mata marah Radit kini menatap Selina. Melihat dengan penuh intimidasi, membuatnya takut.

"Aku lebih baik mati! Dibanding bersama pria egois sepertimu, aku lebih baik mati!"

Plak!

Satu tamparan mendarat keras di pipi lembut Selina. Membuat semburat warnanya berubah menjadi merah, sementara telapak tangan Radit berdenyut karena sakit.

"Bagaimana... Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu?! Bicara layaknya mati itu mudah?! Bicara layaknya kamu itu dia?!" erangnya frustasi.

Sembari mencengkram dua lengan Selina, kini Radit sudah tertunduk. Menangis dalam isak pedih tanpa henti.

"Mudah katamu?! Mudah?! Kamu yang memulai semua ini! Pulang dan pergi tanpa kabar! Lalu memulai kekacauan! Menuduh tanpa bukti! Dan kamu tahu yang paling membuatku sakit?! Kamu bahkan tidak mendengar penjelasanku sama sekali!" bentak Selina dengan mata melebar. Wanita itu sekarang juga sudah menangis. Menatap Radit dengan penampilan tak kalah kacau.

"Aku takut. Aku sungguh takut jika kamu meninggalkanku. Memilihnya dan membenci diriku. Aku takut Selina. Aku takut," jawab pria itu dengan suara bergetar.

Dimatanya, kini Radit yang masih menangis itu benar-benar tampak sangat menyedihkan. Membuat amarah Selina menghilang, berganti dengan rasa pilu yang mengiris hatinya.

"Lihat aku, Radit. Lihat aku."

Dan mata hitam itu menuruti. Memandang dalam Selina dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.

"Aku tidak akan meninggalkan dirimu. Sungguh. Sampai kapan pun. Aku akan terus disampingmu layaknya parasit. Jadi percayalah. Percaya pada aku seorang."

"Lalu dirimu. Apa kamu hanya menjadi milikku seorang?"

Selina tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. Memberi hati pria itu kepastian. Membuat kedua lengannya kini menarik wanita tersebut dalam pelukan.

"Jangan pergi," ucapnya lirih.

"Baiklah," jawab Selina pelan.

********

Dalam ruangan itu, Radit menarik Selina pelan. Membawanya masuk ke dalam kamar yang terang karena terik siang matahari yang masuk.

Lalu semua berjalan cepat. Mulai dari Radit yang berbalik serta menyerang Selina. Kemudian wanita itu yang menerima hingga ikut bergerak aktif. Membuat mereka berdua tanpa sadar telah merebah di atas kasur.

Bukan dengan posisi biasa. Kali ini Selinalah yang berada di atas tubuh kekar pria itu. Hingga akhirnya wanita tersebut melepas ciuman. Dengan amat terpaksa dan kini kedua matanya menatap Radit dengan deru napas yang memburu.

"Diamlah..."

"Apa?"

"Diam dan biarkan aku meyakinkan dirimu."

Satu tangan Selina sudah terulur. Membelai halus wajah Radit. Membuatnya hanya mampu meneguk air liur.

Dan saat tangan tersebut mulai turun. Mulai bekerja sama dengan tangan lainnya membuka kancing kemeja Radit. Maka pria itu menikmati. Merasa senang akan tiap sentuhan yang diberikan Selina.

*******

Hula!

Akhirnya up yaa

Jangan lupa vote, follow, sama komentar

-XOXO

[End] Behind The ColorWhere stories live. Discover now