Bab 10 [Revisi]

156K 9.3K 33
                                    

Dalam hidupnya, Selina selalu menderita. Wanita itu paham. Tidak ada yang pernah berjalan sesuai keinginannya. Namun, penawaran Radit adalah hal terburuk yang pernah Selina dapat.

Menjadi miliknya? Milik pria ini?! Memang ia kira siapa dirinya?!

Helaan napas berkali-kali ditarik dan dihembuskan pelan oleh Selina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helaan napas berkali-kali ditarik dan dihembuskan pelan oleh Selina. Otaknya seakan kaku. Tidak lagi mampu berpikir dengan logis dan berucap.

"Baiklah."

Tawa kemenangan terlukis manis di wajah Radit yang sempurna. Radit menopang dagu dengan tetap menatap Selina. Ia berusaha menembus mata abu di balik kacamata hitam itu.

"Kalau begitu besok bersiaplah. Karena saat kamu menjadi millikku. Itu berarti aku memiliki hak klaim seutuhnya atas dirimu."

Selina bangkit. Berdiri untuk pergi. Namun, sebelumnya wanita itu memberi peringatan.

"Kamu tidak boleh lupa untuk mengembalikan pekerjaan Indri." Ia melewati Radit begitu saja. Namun, geraknya terhenti. Lagi-lagi tangan pria itu menahan lengannya.

Dan masa depan kembali muncul. Berputar di saat Radit ditabrak oleh seorang pengendara motor yang mabuk saat keluar dari restoran. Sampai kepingan itu berhenti, Selina hanya tetap diam di tempat. Masih terkejut dengan kematian yang akan menjemput Radit.

Ah, benar. Aura kematian. Karena kacamata hitam yang aku kenakan, aku jadi tak menyadari perubahan warna yang terjadi.

"Makanlah dulu," kata pria itu tanpa tahu apa yang menantinya.

Haruskah aku memberitahu? Tidak. Akan kubiarkan saja. Tapi... Tapi, jika pria ini menghilang, maka Indri akan tetap dipecat. Jadi, aku harus bagaimana?!

"Selina?" Radit bertanya membuat buyar lamunan Selina.

Tubuh wanita itu meremang. Mendengar Radit menyebut namanya, benar-benar membuat Selina terkejut.

"Tidak apa. Aku tidak ingin makan dulu."

Perlahan, Selina melepas genggaman Radit. Berjalan beberapa langkah untuk pergi, tapi kembali terhenti.

Ternyata aku memang terlalu baik.

Ia berbalik. Menghampiri Radit.

"Jangan keluar. Sampai satu kecelakaan terjadi, kuharap kamu tetap di sini."

Selesai dengan sarannya, Selina lalu berjalan kembali. Kali ini wanita itu sungguh meninggalkan Radit seorang diri.

*****

Pria itu menatap kepergian Selina dengan sulit. Membiarkan Selina menjauh terasa sangat sedih bagi hatinya.

Bahkan di kala dirinya telah diancam, Selina masih mau menyelamatkan diriku.

"Ia ternyata berbeda dari dirimu Maria. Sama-sama membuat hatiku menghangat, namun dengan cara yang tak sama," katanya pada diri sendiri.

******

[End] Behind The ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang