Bab 12 [Revisi]

150K 9.3K 105
                                    

Radit mengambil sebuah tisu lalu mengelap setiap sisa makanan yang ada di tubuhnya. Membiarkan Selina masih diam mematung.

"Aku tidak mau!" Tiba-tiba wanita itu berteriak. Membuat gerakan Radit terhenti dengan beberapa orang melihat mereka.

"Aku bahkan tidak memberimu pilihan. Lagipula aku hanya menjadikan dirimu tunangan. Bukan istri."

"Sama saja. Nanti kamu pasti akan melakukan hal gila itu!"

"Tenanglah. Menikah itu terlalu sulit untuk dijalani saat ini, bukan? Aku hanya enggan berpacaran. Itu saja." Selina memutar bola mata. Rasa kesal berganti bingung.

"Kenapa? Kenapa harus aku?"

Karena aku harus menebus dosa. Karena dirimu amat mirip. Dan karena aku selalu jatuh cinta dengan dirinya.

Radit mengungkapkan alasan sebenarnya dalam hati. Namun, saat ini ia hanya sedikit tersenyum sembari berkata "entahlah", membuat Selina makin tidak mengerti.

******

"Aku lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku lelah."

Sedari tadi wanita itu mengeluh. Sudah berjongkok dengan napas terengah. Belanja dengan manusia yang amat ia benci ternyata tidak menyenangkan dan hanya menghabiskan tenaga.

"Kalau begitu kita pulang saja." Radit ikut berjongkok. Memunggungi Selina.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Bersiap untuk menggendongmu. Kamu bilang lelah, bukan?"

Lagi-lagi pria ini mau berbuat seenaknya!

Selina memilih berdiri. Berjalan melewati Radit seolah tidak mengenal pria itu. Membuatnya tertawa, bangun dengan kembali membawa barang belanjaan mereka, lalu berlari kecil mengikuti Selina.

******

"Sepertinya kita harus lebih lama lagi di sini."

"Kenapa?" Radit bertanya heran. Pria itu sedang memasukkan semua belanjaan ke bagasi, dan tiba-tiba saat ia membukakan pintu. Mempersilahkan Selina untuk duduk di kursi penumpang, wanita itu menolak.

"Aura hitam kembali muncul," jawab Selina pendek. Hari ini ia lupa membawa kacamata karena Radit buru-buru menariknya. Jadi, dengan mudah Selina bisa menyadari kemunculan warna kematian tersebut.

"Mendengar kata-kata kematian dari dirimu entah mengapa tidak lagi membuatku kaget."

"Karena itu takdirmu. Aku hanya mengulur waktunya saja."

"Takdir, ya? Mungkin ini kutukan?" Radit bertanya. Terdengar sedih dalam suaranya.

"Biar aku lihat masa depanmu."

Selina mengulurkan tangan. Meminta pria itu menyentuhnya, agar ia dapat melihat alasan di balik kematian Radit kali ini.

Dan Pria itu meraihnya. Namun tidak sekedar menerima uluran tangan Selina, tetapi juga membawa wanita tersebut dalam pelukannya. Membuat Selina kaget dan terkejut akan rasa hangat dan kepingan kejadian yang muncul.

[End] Behind The ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang