PART. 11

41 33 6
                                    




Langit tampak mendung rintikan hujan pun berdatangan membasahi tanah.

"Yah hujan, mana gue gak bawa payung lagi. " keluh marsa disampingku.

"Apa lagi gue mar." Jawabku.

"Tapi kan lu enak pulang pergi bareng kak aldo ada tebengannya lah gue sama saha." Marsa dengan helaan nafas pasrahnya. Kalo aja ada orang baik mau nebengin mungkin bisa dijadiin pacar.

"Kata siapa enak diboncengin sama dia, boro boro lembut sama gue ngomong aja irit banget ketus lagi. Bawaan ya gue mau cakar concut ya " naura kesel jika inget kejadian kemarin rasa ya naura mau cakar cakar wajah tampan ya kalo bisa.

"Masa sih kan keliatannya dia cool gimana gitu apalagi kan dia tampan. " penasaran marsa sama cowok yang naura taksir.

"Cool pala lu bau kemeyan " cibirku.

" Eh anjir, gue wangi yah gak bau lemenyan enak bnget lu kalo sekate kate," toyor marsa ke kepala teman ya kalo ngomong gak di ayak lagi. "Ya udah sih jangan jutek jutek mukanya lu udah jelek tambah jelek mirip ayam tetangga gue. " ledek marsa.

Aku melotokan mata kepada marsa yang dipelototin hanya nyegir saja kaya gak punya beban dosa, kan bangsat punya temen.

"Untung temen coba kalo bukan gue cemplungin lu di got biar item item dah badan lu. " naura mencibir temanan laknat ya.

"Haha. Gue tau gue emang cantik kaya park shin he. " tawa marsa.

Saat sedang asik asiknya saling bercanda dan mengejek aldo pun menghampiri kedalam kelas yang memang sudah sepi penghuni. Cuma tinggal mereka berdua sambil menunggu hujan redah.

"Dah selesai tawanya. " Aldo berdiri didepan pintu kelas. Membuatku dan marsa kaget dibuatnya dengan kedatangannya yang tiba tiba.

"astafiruallah alazim." Teriak naura dengan mengelus dada saking kaget ya ada makhluk halus yang berdiri di depan kelas.

"Astaga tuhan. " Marsa yang tak kalah  kagetnya dengan teman ya.

Naura langsung menghampiri aldo mengemplang lengannya. "Bisa gak sih lu kalo dateng salam dulu atau ketuk pintu kek atau apa kek jangan nyelonong kaya hantu. " omelku panjang lebar tanpa jeda.

Aldo yang diomelin hanya diam saja tak menghiraukan ucapan naura seakan ucapan naura hanya angin lewat. Bikin naura makan hati dibuatnya sumpah.

"Gue udah dari tadi ketuk pintu kelas lu tapi lu gak denger mungkin kuping lu budek. " Jawab aldo santai males berdebat.

"kok lu katain gue budek sih. Lu mau nyari ribut ya sama gue. " naura bertolak pinggang menantang aldo yang tak terima dibilang budek.

Marsa yang melihat temannya ingin berantem pun langsung memegang tangan dan menenangkan teman ya.

''Dah ra jangan ribut mungkin kak aldo bener tadikan kita keasikan bercanda jadi gak denger kalo kak aldo dateng. " marsa mengelus tanganku yang ingin mencakar muka tampannya aldo.

Ting.

"Eh kayanya gue pulang duluan yah soal nya supir gue udah dateng nih supir gue sms gue." pamit marsa. "Ra jangan berantem yah sama kak aldo gak baik berantem sama kakak kelas. " bisik marsa kepadaku.

Aku hanya diam saja masih kesel dengan aldo yang seenak jidatnya mengataiku budek. Dikira aku gak pernah bersihin kuping kali setiap hari sampai dibilang budek.

"Kak aldo aku pamit dulu yah ra gue duluan yah." marsa langsung keluar kelas.

"Hm." aldo hanya bergumam sebagai jawaban. Singkat amat yah nih orang.

"Yah, hati hati mar." teriak naura yang melihat marsa sudah berjalan pergi.

"lu mau balik atau gue tinggal disini. "  ucap aldo berjalan duluan meninggalkanku yang masih berdiri dikelas.

"Ih sumpah yah tuh orang ingin banget gue cakar mukanya terus gue jadiin perkedel sambel ngeselin banget. Argh" dumelku dengan tangan yang ingin mencakar cakar seperti harimau.

Aku berjalan keluar berlari mengejarnya yang sudah duduk dimotornya.

"Pakai. " Aldo menyodorkan jaket kulit kepadaku. "Gue gak mau di ceramahin oleh nyokap gue kalo lu sakit Kena ujan gara gara gue gak bisa jagain lu. " jelasnya, mungkin ini kalimat terpanjang yang aku dengar.

"Emang udah ujan kali. " cibirku.

"Seengaknya ujannya belum begitu besar. " ketusnya.

" Biasa aja kali gak usah ketus juga ngomongnya bikin kesel aja. " jawabku dengan bibir mengkerucut.

Tanpa ara sadari aldo memperhatikannya lucu dan menggemaskan batinnya. membuatnya tersenyum dibalik helmnya.

Kami pun pergi meninggalkan sekolah yang sudah sepi. Awan semakin gelap hujan yang tadi hanya rintikan menjadi besar.

Mau tak mau kami pun berteduh di sebuah tempat ruko. Aldo menepikan motornya dipinggir.

Dengan mengandeng tanganku erat. Membuat ku melirik tangan kami yang bergandengan.

Mungkin muka ku sudaj merah saking groginya atau efek hujan hatiku bergetar hebat dengan genggaman tangannya yang besar.

Tidak ada yang tau kalo benang merah sudah menggikatkan dua insan tanpa mereka sadari. Akan dimulai permainan cinta.

"Ehm.. Al..aldo sampai kapan kita neduhnya. " naura membuka percakapan duluan. Gak enak kalo diam diam kan.

"Gue juga gak tau mungkin sampai ujannya berenti. " Aldo melihat hujan yang semakin lama semakin deras masih dengan genggaman tanggannya yang semakin erat.

"Pasti tante khawatir kalo kita belum pulang. " tanya ku lagi.

"Tenang aja nyokap juga pasti maklumin kita. Gak mungkin kan kita main terobos ujannya tambah besar. " jelasnya.

"Tapi.. "

"Kenapa lu kedingginan. " khawatir aldo memandangku membuatku jadi gugup karena dipandang dengan intens oleh ya.

AKu menundukan kepala dengan menggigit bibirku. Sumpah ini seperti di novel novel yang sering ku baca dengan ujan ujanan bersama kekasihnya, romantis banget kan.

Namun bedanya aku dan aldo bukan kekasih walau aku berharap kita bisa menjadi kekasih yang saling mencintai bukan saling mengejek satu sama lain, bisakah itu terjadi.

Aldo mengangkat dagu ara dengan jarinya membuat mata merekah saling bertatapan. Aldo mendekatkan wajahnya ke ara membuat hembusan napasnya terasa di pipi cubby ara.

Hingga tidak tau siapa yang memulainya. Naura memejamkan mata saat bibir aldo mengecup bibir naura yang tipis hanya kecupan hingga lumatan menjadi dalam dan  kelembutannya merasakan rasa manis dinggin ya. Membuat keduanya terlena akan ciuman panjang ya sekan tak ingin berhenti.

Dingginya hujan tak mereka hiraukan dan langit semakin gelap dengan hujan yang tak ada hentinya. Membuat dua insan hanyut oleh ciuman pertama mereka.

Awal mulai perasaan yang saling mengejek menjadi cinta atau sebaliknya. Tidak ada yang pernah tau akan perasaan jatuh cinta kepada siapa kita cintai. Yang ada hanya ada ku kamu dan kita suatu hari nanti tidak ada orang lain.


DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang