PART.26

23 12 32
                                    


Aldo menghela napas panjangnya berjalan keluar kamar saat melewati kamar Naura ralat bekas kamar Naura saat gadis itu tinggal dirumahnya. Seperti ada yang kosong hidupnya saat tidak ada lagi gadis yang membuat hatinya berdesir tidak ada lagi suara cempreng dan tawanya. Entah kenapa rasanya Aldo ingin selalu didekat Naura hingga mendengar suara tawanya mungkin dirinya sudah jatuh cinta pada Naura.

"Sayang." teriak Ciara memeluk lengannya.

Aldo mengeryit saat Ciara yang sudah dirumahnya mengelayut manja dilengannya membuat dirinya risih oleh kelakuan Ciara.

"Lu kenapa ada dirumah gue." tanya Aldo menyingkirkan tangan Ciara dilengannya.

"Aku kan mau bareng sama kamu berangkat sekolahnya." manja Ciara menainkan jari panjang Aldo walau Aldo sudah menyingkirkan lengannya.

"Denger Cia, lu punya supir yang bisa anter jemput lu ke sekolah."

"Tapi aku mau ya sama kamu." kekeh Ciara.

"Harus berapa kali gue bilang Cia gue gak suka sama lu." tekan Aldo mengusap wajahnya.

"Gue gak peduli mau lu suka atau enggak, lu tetep tunangan gue."

"Gue bukan tunangan lu, jadi jangan pernah mengklaim gue." ucap Aldo membuat rahangnya mengeras mencoba menahan amarahnya. Aldo sangat benci dengan Ciara yang seenak jidatnya mangklaim dirinya sebagai tunangannya.

Aldo meninggalkan Ciara dibelakangnya namun baru beberapa langkah kakinya berhenti saat Ciara memanggilnya.

"Kalo lu gak mau nerima gue, gue bakal hubungin Dady untuk membuat nyokap lu celaka." ancam Ciara.

"Sedikit aja lu buat nyokap gue terluka gue gak segan segan utuk menghajar lu gak peduli lu cewek sekalipun." tegas Aldo mengepalkan tangannya jika saya Ciara cowok mungkin dia akan menghajarnya hingga babak belur.

Ciara mendekat sehingga wajahnya hanya beberapa senti dengan Aldo mengelus wajah tampan Aldo dengan jari lentiknya.

"So, jika lu gak mau liat nyokap lu celaka maka mulai sekarang turutin kemauan gue honey." bisik Ciara dekat bibirnya berjalan meninggalkan dirinya.

"Berengsek." umpat Aldo.

Ciara yakin Aldo akan menuruti kemauanya dia akan ngelakuin apa saja untuk mendapatkan Aldo seutuhnya karena Aldo hanya miliknya seorang. Ciara gak akan segan segan untuk menghancurkan orang yang ingin merebut miliknya.

Terlahir dari keluarga yang sangat kaya dengan kedua orang tua yang selalu memanjakan dirinya membuatnya menjadi seenaknya sehingga keinginannya selalu ingin tercapai.

****

Bulu mata lentiknya terbuka secara perlahan melihat sekililing ruangan entah sudah berapa lama dia terlelap dari tidur panjangnya. Tengorokannya terasa kering dia butuh air untuk membasahi tengorokannya namun badannya masih terasa lemas hingga suara derapan kaki terdengar ditelinganya.

Matanya melihat seorang cowok tinggi sedang berdiri saat pintu kamar terbuka, cowok itu memegang gagang pintu dengan tangan gemetar seakan tidak percaya saat bawahannya memberitau kalo gadisnya sudah membuka matanya. Membuat tubuhnya tegang dan tanpa pikir panjang berlari keruang dimana gadisnya berada.

Dengan tubuh bergetar dia berjalan perlahan menghampiri gadisnya yang sudah membuka matanya. Ada rasa senang dan sedih dihatinya saat dia melihat mata indahnya yang sudah lama dirindukannya rasanya masih tak percaya dia bisa melihat gadisnya lagi membuka mata indahnya. Dia sangat bersyukur kepada Tuhan yang sudah mendengar setiap doanya agar bisa membuat gadisnya membuka kedua matanya.

Matanya melihat cowok yang menghampirinya Bibirnya seakan ingin berbicara namun tengorokannya sakit dia penasaran dengan cowok dihadapannya siapa dia sebenarnya kenapa dia ada disini dengan banyak alat medis. Namun saat cowok itu menggengam jemarinya dan melihat mata coklatnya entah kenapa membuat hatinya tenang seakan dia sudah lama mengenalnya dengan cowok itu.

"Hai." sapanya dengan suara gemetarnya cewek itu hanya tersenyum walau dia ingin sekali berbicara.

"Aku senang kamu bisa membuka mata kembali, rasanya masih seperti mimpi bagiku bisa melihat mata indahmu lagi." lanjutnya matanya yang sudah berkaca kaca duduk dikursi dengan masih mengengam tangan halusnya.

Jemari halusnya bergerak untuk menghapus air mata dipipi cowok itu hatinya ikut sakit saat melihat cowok disampingnya meneteskan air mata.
Cowok itu mengengam erat tangannya dan menciumnya menyalurkan rasa rindunya. Matanya tak pernah lepas dari wajah cantik gadisnya yang sudah membuatnya jatuh hati saat pandangan pertama. Rasanya dia tidak ingin melepaskannya barang sedetik pun dia akan selalu melindunginya walau nyawanya sebagai taruhannya.

"Berjanjilah untuk tidak menutup mata kembali lagi karena itu sangat menyakitkan buatku hatiku seperti tersayat pisau yang sangat tajam rasanya aku ingin mata saat itu." ujarnya saat mengingat kejadian dimana gadisnya terbujur kaku dijalanan dengan darah yang mengalir ditubuhnya membuat dirinya mati rasa.

Dia hanya tersenyum dan menganggukan kepala sebagai jawabanya walau dia tak ingat sama sekali namun dia mencoba untuk menenangkan cowok disampingnya.

****

Segerombol murid mengerumbungi seisi kanti dan teriakan mereka terlihat seperti pawai obor. Namun ada juga sebagian murid yang tak peduli malah asik dengan dunianya sendiri mungkin pemandangannya tak enak buat ditonton.

"Misi, misi air panas lewat." Bagus dan Septian mencoba untuk menyelinap beberapa murid mereka penasaran kenapa kantin sangat ramei sekali.

"What, happen aya naon?" tanya Septian kesalah satu murid disebelahnya.

"Tita berantem sama kelas sebelah katanya pacarnya ketauan selingkuh sama Intan." jawab cowok pendek berkaca mata.

"Wadidau." seru Bagus heboh.

Pandangan mereka melihat didepannya dimana dua orang cewek yang saling jambak membuat Bagus dan Septian meringgis melihatnya pasti sangat sakit sekali saat rambut dijambak ngebayanginnya aja membuat mereka ketakutan apa lagi kalo beneran sampai terjadi bisa bisa bakal kencing dicelana.

"Cewek kalo lagi berantem serem ya bro kaya lagi bangunin macan yang lagi tidur serem." bisik Bagus ditelinga Septian.

"Bener bro ternyata jaman sekarang banyak banget pelakor ya gak dimana mana bahkan saking bumingnya sampai disinetronin di indosia yang sering emak gue tonton." jelas Septian yang diangukin oleh Bagus.

"Bener kata orang pelakor semakin didepan janda dibelakang." lanjutnya dengan menggelengkan kepalanya.

Bagus yang disampingnya mengerutkan keningnya."Lah kenapa pelakor yang didepan janda dibelakang yang perawannya lu kemanain." tanyanya.

"Perawan tersingkirkan oleh bangsa pelakor." jawab Septian enteng.

"Bangsat, kadang otak lu Sep jenius banget galahin Pak Dito guru bahasa inggris yang killer banget, haha." Bagus kadang tak habis pikir dengan jalan otak Septian yang terlalu jenius saking jeniusnya kadang rasanya ingin dia pecahin aja palanya ngeluarin otaknya untuk dicuci pakai deterjen setelah bersih baru dia akan taro lagi dipala Septian lagi.

"Dari orokkan mang otak gue udah jenius Gus, jadi lu gak perlu meragukan lagi kejeniusan gue." pede Septian meyisir rambutnya yang sudah berantakan menjadi berantakan lagi.

"Haha, pede lu kadang gak ngotak nyet."

"Nyet, nyet lu kira gue topeng monyet apa gue ganteng gini dikata monyet. Belom aja tuh monyet terpesona ngeliat ketampanan gue." dumel Septian.

Bagus menoyor pala Septian."Bego, mane ade yang ada tuh monyet lebih ganteng dari muka lu."

"Bangsat, muka lu tuh yang kaya pantat monyet." ketus Septian tak terima dirinya jika disamain dengan hewan laknat tersebut. Mana ada monyet bisa ngalahin dirinya yang luar biasa ganteng seasia ini.

"Napa jadi kita yang ribut si jadinya." ucap Bagus saat dia sadar disekelilingnya sudah tampak sepi mungkin semua murid udah pada bubar dan ke kelasnya masing masing hingga mereka tak menyadarinya.

"Iya, ya kok jadi kita yang ribut." Septian mengaruk tenguknya yang tak gatel melihat kebodohannya.

"Mending kita cabut balik ke kelas dari pada disini mau gapain kita udah bubar juga tuh orang orang." ajak Bagus merangkul pundak Septian.

"Kuy."

Mereka meninggalkan kantin yang sudah sepi menujuh kelas untuk bergabung bersama Aldo dan sigit yang masih didalam kelas.

DESTINYWhere stories live. Discover now