PART. 4

57 47 7
                                    


"Pah nanti Papa gak usah anterin ara lagi ara naik bus aja" ucapku.

Papa dan Mama yang sedang duduk di meja makan pun. Melihat ku dengan tatapan herannya.

"Kenapa sayang kok tiba tiba kamu gak mau diantar papa lagi. " tanya Papa.

Aku yang sudah selesai makan pun langsung siap siap berangkat. "Gak Papa Pah lagi pengen aja hehe. "

Mama yang melihatku pun khawatir. "Sayang dibus kan sempit apalagi banyak orang jahatnya. "

"Aku kan naik bus sekolah mah bukan bus biasa lagian juga kan banyak kok yang naik bus dan aku juga ingin belajar mandiri hehehe. " jelasku.

"Kalo gitu ara berangkat dulu ya pah mah assalammualaikum. " sambungku lagi dengan menyalami tangan kedua orang tuaku.

"Pah apa gak papah ara naik bus. " khawatir mama.

"Gak papah sayang ara bisa jaga diri kok papah yakin. " yakin papa kepada istri tercintanya dengan mengelus tangannya.

****

Setelah lima menit aku menunggu akhirnya bus yang ku tunggu pun tiba aku langsung naik dan duduk ditempat pojok disamping jendela.

Aku keluarkan handphoneku dan memasang handset di kedua telingaku. Sambil bernyanyi kecil mengikuti lagu taylor swift call it what you want  yang ku setel.

Ya aku sangat mengidolakan artis cantik ini. Dia mempunyai talenta yang bagus dan lagu lagu yang enak tuk didengar gak heran banyak anak muda yang mengidolakannya salah satunya aku.

Saat sedang asik asiknya nyanyi aku tidak menyadari kalo ada seorang yang duduk disebelahku dan melihatku dengan pandangan yang tak bisa terbaca.

Dan disitulah tatapan kami pun bertemu lagi untuk kedua kalinya. Jantungku pun berdetak sangat cepat seperti maraton.

Apakah ini yang dinamakan jodoh atau hanya kebetulan saja. Aku tak tau tapi jika memang dia jodohku tolong dekatkan lah dia padaku agar aku bisa mengenalnya labih dalam.

Namun kalo dia bukan jodohku aku mohon jangan jauhkan dia karna aku tidak rela kalo dia bersama orang lain.

Tuhan aku bertemu lagi batinku.

"Ehem. " dehamnya membuatku langsung tersadar dan kembali kedunia nyata dari dunia khayalan.

Aku langsung menundukan kepala dengan wajah yang ku yakin sudah merah seperti bon cabai.

"Maaf. " cicit ku dengan suara pelan.

Dia hanya menghembuskan nafasnya menghilangkan grogi. Saat mata kami bertemu tadi.

Sumpah baru kali ini gue jadi grogi di dekat cewe dan kenapa jantung gue berdetak cepat batinya.

Bus yang mereka tumpang pun berhenti kami semua pun langsung turun dan masuk kedalam sekolah menujuh kelas masing masing.

Aku yang buru buru turun pun tidak sadar kalo dompet ku tertinggal di dalam bus.

Sampai nya dikelas aku senyum senyum sendiri membuat teman sebangku ku pun melihat aneh kepadaku.

Marsa menempelkan tangan nya ke dahi ara. "Gak panas."

Aku tidak memperdulikan marsa yang melihatku aneh aku masih tersipu sipu.

"Ra lu masih waraskan lu gak sakitkan, atau gila kan." tanyanya, yang masih melihat teman ya senyum senyum sendiri kaya orang gila.

Aku hanya menggelengkan kepala."Gak?! " singkatku.

"Ra sumpah kalo lu kaya gini gue jadi takut lu gila doang. " Marsa yang masih melihat temannya ini senyum senyum sendiri membuatnya takut.

"AHH, MARSHA GUE SENENG BANGET MASA. " teriakku dengan kedua tangan di pipiku yang mungkin sudah merah kaya ikan pedak.

"Bego suara lu dodol kebiasaan banget sih lu toa masjid dipake. " omel Marsa menempeleng kepalaku.

Aku hanya cemberut karna marsa menempeleng kepalaku sambil membawa bawa toa masjid segala lagi bikin sebel.

"Mang lu seneng kenapa. " sambungnya.

"Gue ketemu sama calon masa depan gue." ucapku dengan mata berbinar binar mungkin kalo di anime anime yang sering kalian tonton mataku ada bintang bintangnya.

"Demi apa lu, tapi kok gue biasa aja yah." cuek Marsha

"Pokoknya yah tadi itu gue sama dia tatap tatapan kaya difilm film gitu pokoknya so sweet banget deh. " kata ku yang masih berbinar binar menggingat pertemuan yang tadi pagi

"So sweet apanya orang cuma tatapan doang sih, gak sampai ada adengan pelukan ciuman kaya di drakor yang gue tonton." cocor Marsha yang emang kelewat demen banget sama korea korea.

Aku yang dibilang begitu sama marsa memukul tangannya dengan pensil kesel juga ini punya temen bikin bete huuh.

"Aww. " ringgisnya.

Aku meleletkan lidahku. "Lu sih belum ketemu sama calon masa depan lu jadi gak tau sensasi apa saat bertemu ada rasa getaran getaran dag dig dug serr siur siur huh pokok yah deh "

Marsa memutar kedua bola matanya."Lebay lu kaya Sapri masak air,  juga bakal ketemu calon masa depan gue tapi katemu ya sama oppa oppa korea gue haha."

"In your dream, wake up Marsa lu gak bakal bisa ketemu sama opa opa korea mereka tuh jauh ibaratnya ya mereka itu langit lu empang ya hahaha, mending yang pasti pasti aja kaya gue. Hehe." ejekku seneng kalo liat temen kesel sama ulah kita sendiri kaya ada asin asin ya gitu haha

"kampret kok lu samain gue sama empang sih, itu juga lu kalo ngomong yang bener bukan opa opa ara tapi oppa oppa lu kira opa opa bangkotan apa yah, ihh sebel gue kadang sama lu untung temen coba kalo bukan gue geprek kaya pepes peda lu." kesel Marsa yang tak terima kalo bias biasnya dibilang opa opa sama ara, walaupun kesel tapi mereka saling sayang, ya namanya juga teman kadang kesel kadang bahagia suka duka bersama atau bisa jadi sehidup semati ya.

"Ih sama aja kali opa sama oppa sama sama opa beda dimananya sih." ara yang tak mau kalah.

"Yah beda lah oppa sama opa kalo opa kan p nya satu tapi kalo oppa kan p nya dua naurah lasmi kinanjar. " jelas Marsa dengan berdebatnya.

Membuat semua teman sekelasnya melihat perdebatan mereka. Ada yang mengacuhkannya ada yang sudah biasa melihat perdebatan mereka kalo sudah menyangkut korea.

Ada yang hanya geleng geleng kepala saja. Maklum mereka memang sudah biasa seperti itu jadi tidak heran kalo mereka sering berdebat. Walau mereka sering berdebat tapi mereka selalu kompak dan selalu ada baik suka dan duka.

Marsa yang kalah pun hanya pasrah saja karna jika sudah berdebat sama ara gak akan berhenti henti pasti ujung ujung ya bakal kalah juga, tau sendiri ara kalo udah masah debat perdebat huh bikin angkat tangan rasa ya.

Ara selalu punya jurus seribu kata saat berdebat oleh siapa saja maka lebih baik nyerah duluan sebelum bertempur melawan lawan.

"Iyain ajalah gue mah dari pada botak pala gue." hela Marsa dengan napas panjangnya.

Ara yang melihat temannya pasrah oleh perdebatan pun mengelus pundak temannya. "Pastinya. Gue kan selalu bener ya kan."

"Seterah Ra seterah." kata Marsa yang tak perduli lagi.

Ara pun hanya nyengir saja dan mengeluarkan buku pelajaran saat bel masuk berbunyi.

DESTINYWhere stories live. Discover now