T

81 22 13
                                    

Aku tidak tau apakah air mata itu air mata penyesalanya untuk ku. atau air mata kebahagiaan yang jatuh karena aku. Atau mungkin bukan untuk ku sama sekali. Tapi aku tidak bisa melihat air mata itu jatuh begitu saja.

--------

Malik, Al dan Afar. Saat ini mereka sudah berkumpul di rumah Afar untuk mengerjakan tugas. Lebih tepatnya bukan mereka. Melainkan hanya Al dan Afar yang mengerjakan tugas. Karena Malik hanya sebagai pelengkap saja di sana.

"Pertanyaan No 2 apa?" Tanya Afar pada Malik. Namun tidak ada jawaban dari Malik.

"Woy apa pertanyaanya?" Ujar Afar sedikit kesal.

"Baca sendiri. Gue ngantuk." Malik melempar buku paket ke arah Afar. Yang kemudian di ambil Afar dengan kesal.

"Njritt gue baru ngehh..." teriak Malik tiba tiba.

"Apaan?" Tanya Al penasaran.

"Lo belum ganti pembalut?" Tebak Afar.

"Bukan itu sariminnnn!" Malik menatap Afar seakan ingin membunuhnya.

"Besok tanggal berapa?" Tanya Malik.

"12 julhijah kayanya." Jawab Al ngasal.

"Serius, sayton" Malik mengusap wajahnya kasar.

"Tanggal enam desember." Sahut Afar.

"Besok. Si Merah, kuning, ijo di langit yang biru ulang tahun." Ujar Malik teringat sesuatu.

"Siapa? Pelangi maksud lo?" Tanya Al memastikan.

"Iyalah siapa lagi. Udah pasti si adek Rainbow." Jawab Afar. "Lo mau ngapain lagi, kali ini?" Tanya Afar curiga dengan gelagat Malik.

"Lik. Awas lo. Jangan mikir yang aneh aneh yah." Ancam Al.

"Gue mau nanti malem, ke rumahnya." Sahut Malik semangat.

"Syukurlah. Itu si gampang." Al bernapas lega. Mendengar tidak ada rencana aneh dari Malik.

"Gue mau jam 00:00 kita kesana." Ujar Malik menjelaskan.

"Jam 00:00?" Sahut Afar tajam.

"Kita?" Tanya Al jauh lebih tajam. Malik menatap dua sahabatnya bergantian. Menatap mereka dengan senyum yang tidak biasa.

"Ayolah. Kalian kan sahabat terbaik gue." Rayu Malik.

"Gue gak kenal sama lo." Al menepis tangan Malik yang hendak menyentuhnya.

"Gue juga!" Afar menatap Malik yang tersenyum padanya. Malik mendengus sebal dengan dua mahluk di hadapanya.

*****

Malam ini. Pukul 23:50 menit. Malik sudah berada di depan rumah Pelangi. Dan tentu saja Malik di sini bersama dua sahabatnya. Afar dan Al. Seberapa keras mereka menolak. Tetap saja Malik akan mampu membujuk mereka.

"Bisa di gerebeg orang satu kampung nih. Kita ngumpet di sini." Ujar Al.

"Kenapa emang?" Tanya Afar penasaran.

"Lo gak liat. Di sebelah kita kandang kambing." Al menjenggut kepala Afar kasar. Sambil menutup hidungnya merasa udara di sekitar tidak sehat.

"3 menit lagi nih Lik. Lo buruan kesana." Suruh Afar.

"Bentar napa. Gue dekdekan ini." Malik menepis keringat di dahinya. Malam ini dingin. Tapi entah kenapa terasa panas.

"Gak usah degdegan gituh. Palingan juga di tolak lagi." Ujar Al tanpa dosa.

"Mulut lo. Nyet!" Pekik Malik. Malik berjalan ke arah depan rumah Pelangi.

"Gue salah?" Tanya Al pada Afar.

"Lo gak salah. Lo berdosa ngomong gitu. Lain kali beli saringan yang gede buat bibir lancip lo." Sindir Afar tajam.

"Sialan lo."

"Liat tuh Malik udah ngetuk pintunya." Al menunjuk ke arah Malik yang sudah bertemu dengan sosok laki laki. Yaitu adiknya Pelangi. Yang sebelumnya sudah kongkalikong dengan Malik untuk membuat kejutan ini.

Drenggg...

Suara petikan gitar terdengar saat sosok Pelangi muncul dari balik pintu. Bersamaan dengan suara gitar itu. Seketika lampu rumah Pelangi gelap. Dan hanya ada cahaya lampu tumblr yang mengelilingi sosok malik yang sedang duduk dengan memainkan gitar tepat di depan Pelangi.

Ku ingin bernyanyi.
Melekat di telingamu.
Hingga se isi semesta semua yang bisa bercerita...

Ku ingin bernyanyi.
Melekat di dalam hatimu.
Rangkai beragsm nada.
Hingg semua merdu untukmu...
Merdu untukmu...
Mer..duu.. un..tukk..muuu...

🎶 Tulus_ Merdu Untukmu.

Suara petikan gitar menghilang bersamaan dengn hilangnya suara merdu Malik.
Kali ini Malik bangkit dari duduknya. Menghampiri Pelangi yang masih tidak bergeming dari posisinya saat ini.

"Selamat ulang tahun Pelangi." Malik tersenyum menatap Pelangi yang terlihat mulai berkaca kaca.

"Makasih Kak." Ujar Pelangi pelan. "Maaf. Aku minta ma..." Pelangi tidak melanjutkan ucapanya saat jari telunjuk Malik mendarat tepat di bibirnya.

"Jangan bahas itu lagi. Ini hari bahagia buat kamu. Lupain semuanya." Ujar Malik tenang dengan terus tersenyum.

"Makasih kak." Kali ini Pelangi tidak bisa menahan air matanya lagi. Pelangi menangis menatap Malik.

Aku tidak tau apakah air mata itu air mata penyesalanya untuk ku. atau air mata kebahagiaan yang jatuh karena aku. Atau mungkin bukan untuk ku sama sekali. Tapi aku tidak bisa melihat air mata itu jatuh begitu saja. Batin Malik.

"Jangan nangis lagi, peri kecil." Malik menyeka air mata dari pipi Pelangi. Pelangi menatap Malik dan memberi senyum kecil.

"Ayo make a wish dulu." Suruh Malik. Gadis itu menutup matanya rapat, sambil terus mengenggam erat kedua tangan Malik.

Jangan pernah lepas genggaman ini Pelangi.

"Udah." Pelangi membuka matanya dan tetsenyum senang.

"Apa Wish nya?" Tanya Malik sedikit penasaran.

"Aku. Mhhh.. aku minta sama Allah. Semoga Kakak selalu sehat dan bahagia selalu. Dan bisa selalu ada untuk aku dan jagain aku terus." Ucap Pelangi semangat.

"Amin." Malik mengusap pucuk kepala Pelangi lembut.

"Kakak. Kakak harus janji satu hal sama Pelangi." Ujar Pelangi serius.

"Janji apa?"

"Kakak. Harus janji sama Aku. Bahwa kakak akan menjadi sosok Malaikat Penolong buat aku apapun yang terjadi." Pinta Pelangi. Malik terdiam sesaat, mencoba memahami permohonan Pelangi.

"Janji?" Pelangi mengangkat jari kelingkingnya ke arah Malik.

"Janji." Malik mengaitkan kelingkinya di jari kelingking Pelangi.

Kenapa bisa dengan mudah aku berjanji padanya? Aku tidak pernah menyangka janji yang aku buat untuknya akan memberatkanku sampai detik ini. 06/12/2014.

Semoga suka yah. Jangan lupa vote dan koment nya. Di next part aku bakalan post para cast nya yah. Semoga sesuai sama imajinasi kalian yah. Dan di part part selanjutnya aku buat ceritanya sedikit lebih panjang dari biasanya. Semoga suka. Ikutin terus❤.

Malaikat👼(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang