I See You - Silent (2)

1.2K 125 10
                                    

Jam menunjukkan pukul 08.30 tepat ketika aku tiba di kantor, tidak pernah seharipun aku telat sejak 4 tahun lalu, aku orang yang tepat waktu, dalam segala hal, semua yang kulakukan harus tepat, bahkan ketika melaksanakan perintahpun aku selalu tepat.

5 tahun setelah meninggalkan rumah yang seperti neraka bagiku, aku merubah kebiasaanku, aku yang urakan dan selalu seenaknya, menjadi orang yang sangat teratur, apakah sulit merubah kebiasaan? Sangat sulit, selama 1 tahun awal aku berjuang, sekuat tenagaku, sekuat hatiku, hanya fisikku yang tak ingin aku ubah, mungkin aku masih berharap bisa bertemu lagi dengannya, mungkin aku takut bila aku berubah dia tidak akan mengenaliku lagi.

Aku duduk di meja kerjaku dan menghela nafas panjang, hari ini tidak seperti hari lainnya, hari ini untuk pertama kalinya setelah 5 tahun aku ragu dengan keputusanku, untuk pertama kalinya aku mempertanyakan pilihan hidupku.

Tapi aku sudah menjalaninya selama bertahun-tahun, tak pernah ada masalah sebelumnya, aku tak pernah kuatir akan menemukan fotonya dalam e-mail yang dikirimkan kepadaku, tak pernah sedikitpun terpikirkan dalam otakku yang selalu tersusun perencanaan begitu rapi bahwa dia akan menjadi sasaranku selanjutnya.

Apa yang terjadi padanya setelah aku pergi? Dunia apa yang dimasukinya hingga membuat dia menjadi incaran para pebisnis besar yang menjadi klienku? (kalian juga pasti berpikir, dunia macam apa juga yang aku tekuni saat ini)

Park Jimin yang kukenal adalah orang yang lembut dan baik hati, seperti malaikat yang selalu ada ketika aku membutuhkannya, aku tak pernah bisa membayangkan dia menjadi orang lain, sosok yang kuamati dari lantai 26 kamar apartementku lebih cocok buatnya dari pada sosok dalam foto yang dikirimkan kepadaku.

Aku bergerak gelisah, jam sudah menunjukkan pukul 9 tepat, suasana kantor mulai ramai, rekan-rekan kerja yang lain sudah berdatangan, dengan malas kubuka laptopku, bagaimanapun perasaanku hari ini, aku harus tetap bekerja.

"Hyung, apakah kamu akan ikut acara malam ini?" seorang rekan kerja, Kim siapa namanya (aku sulit mengingat nama orang), dia baru bergabung dua minggu lalu dan selalu berusaha bersikap sok akrab denganku, aku hanya melayaninya seperlunya saja, aku tidak punya selera untuk menjalin pertemanan di luar jam kerja, hidupku tidak untuk itu.

"Tidak." singkat, padat, seadanya saja.

"Oh kenapa? Bukankah wajib buat ikut?" Selalu banyak tanya, selalu ingin tahu.

Aku mempertimbangkan baik-baik jawabanku, agar dia tidak perlu bertanya lagi.

"Papaku sekarat di rumah, aku harus menjaganya," aku berharap itu benar.

"Beliau sakit apa?" O shit, dia tidak berhenti.

"Bukan sesuatu yang harus kau khawatirkan," aku tidak suka melihat wajah khawatir itu, ini bukan urusannya. "Kerjakan saja pekerjaanmu atau kau tidak akan bisa ikut acara nanti malam karena lembur."

Kulihat dia menelan ludahnya, aku melakukan smirk tak terlihat, seharusnya dari tadi aku mengatakannya. Aku kadang melupakan jabatan yang baru kuperoleh 1 bulan lalu sebagai manager perencanaan.

Beberapa jam selanjutnya, aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, sampai terdengar notifikasi masuk di handphoneku, aku langsung meraihnya, aku jarang mendapatkan telp, pesan atau apapun jenisnya kecuali bila berhubungan dengan pekerjaanku.

Sebuah notif yang mengatakan kalau aku menerima email baru, aku beralih ke laptopku dan membuka email dari sana (aku tidak membuka email dari handphone, karena itu beresiko untuk pekerjaan keduaku).

From : DBoy

Subject : Malam ini

Cek rekeningmu, uang muka nya sudah ditransfer, sisanya menyusul setelah pekerjaanmu selesai.

Jumlahnya sangat besar J, jangan sampai gagal.

Setelah membaca email tersebut, aku membuka akun bank ku, sejumlah besar uang tampak tertera di sana.

Aku tersenyum, tapi hanya sebentar, kemudian kembali resah, bagaimana selanjutnya? Apa yang harus aku lalukan?






tbc

Mari lanjutkan, sampai aku kehabisan ide.


Laying in my bed, March 20, 2018

I See You (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang