Terima kasih ibu peri dave

Mulai dari awal
                                    

Suara dentuman musik terdengar diiringi dengan orang-orang yang sudah mulai bergoyang di tengah lantai dansa. Malam ini marlon berhasil membuat susana club menjadi sangat riuh yang sebagian besar tentu saja para wanita.

"Jadi sekarang kita baikkan nih? "Giana menyenggol lengan dave.
"Demi my marlon ya "jawab dave singkat.
Giana terkekeh. "Kalo gitu ayo dong turun,  gak asik dari tadi lo cuma diem diem aja sambil melotot ke arah marlon"giana berusaha menarik tangan dave.
"Yuhuu,  mari kita getarkan lantai dansa"

Dave dan giana sudah larut dalam musik dan tarian mereka, tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengawasi keduanya lebih tepatnya mengawasi giana. Lelaki itu berbisik pada temannya kemudian berjalan menghampiri giana.

"Hai cantik"pria itu setengah berteriak untuk membuat giana menoleh padanya.
"Siapa ya? "Giana mengernyitkan dahi sambil berusaha mengingat lelaki didepannya ini.
"Kita emang gak pernah kenal,  tapi sebentar lagi kita pasti akrab"jawab pria itu dengan pd nya.
"Saya tidak berbicara dengan orang asing"giana masih menjawab tanpa melihat wajah pria itu.
"Makanya kita harus kenal,  gue max"lelaki itu menjulurkan tanganya.

Giana tidak merespon , dia kembali asik dengan tariannya bersama dave. Pria itu tidak habis akal,  dia mencekal lengan giana kuat, sehingga giana terpaksa menoleh ke arahnya.

"Lepaskan saya atau kamu akan menyesal"giana masih berbicara dengan nada datar.
"Gue bisa kan minta nomor telfon lo"
"Saya ulangi sekali lagi,  lepaskan tangan saya! "Kali ini ekspresi wajah giana penuh emosi.
"Kalau saya nggak mau gimana? "Cowok itu tersenyum.

Tiba-tiba kerah baju cowok itu ditarik seseorang,  semua orang kini menoleh ke arah mereka. Entah dari mana dan sejak kapan Sean tiba-tiba berada diantara mereka.

"Jangan ganggu tunangan saya!"sean nampak begitu emosi.
"Oh jadi lo tunangan si cantik? "Jawab cowok itu dengan nada meremehkan. "Apa yang lo liat sih dari bocah kecil ini ?"cowok itu memandang sean dari atas kepala hingga ujung kaki.

Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat di pelipis pria itu dan pelakunya sean,    dalam hitungan detik pria itu membalas pukulan sean dengan sangat keras sampai sean terjatuh di lantai lalu darah segar mengalir dari hidung sean. Dave sampai berteriak sambil berlari ke arah sean untuk membantu pria itu berdiri.

Saat sean mencoba untuk berdiri,  giana memegang bahunya kemudian tersenyum pada sean. "Biar gue aja yang selesaikan"

Sejurus kemudian max sudah terkapar di lantai dengan wajah yang babak belur.  Giana membuat gerakan seolah-olah sedang membersihkan tangannya sambil menyunggingkan senyum ke arah pria itu.
"Jangan remehin cewek,  apalagi kalau dia pemegang sabuk hitam karatai "giana pergi dari hadapan pria  yang menatapnya dengan penuh amarah.

Dave yang sangat tanggap akan situasi seperti ini tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuat kedua orang sahabatnya ini akur. Dengan alibi ditelfon ibunya dave meninggalkan giana dan sean hanya berdua di apartemen sean. Kemudian diam-diam dave mengunci pintu apartemen sean dari luar.
"Awas ya kalo kalian sampe gak jadi,  ibu peri marah wkwk"dave bergumam dalam hati sambil mengunci pintu apartemen sean.

Giana membantu sean berjalan menuju arah sofa, sesekali pria itu merintih kesakitan persis seperti anak umur 5 tahun yang habis jatuh dari sepedah.

"Aduh sakit gi,  kasar banget sih ngobatinnya!  Gak ikhlas banget " sean ngedumel sambil memegangi hidungnya.
"Ya ampun bawel banget sih jadi cowok,  mau di obatin nggak? "Giana balik membentak sean.
"Mau.. "Sean menganggukan kepalanya sambil menunjuk hidungnya mirip seperti anak sd yang minta dibelikan permen.
"Makanya nurut! "Giana kembali mengoleskan salep yang dia beli di apotik sebelum tiba di apartemen sean kali ini dia mengoleskannya dengan sangat hati-hati. "Sean... "
"Hmm"
"Makasih ya"
"Buat? "Sean masih memperhatikan wajah giana dari dekat .
"Semuanya,  lo mau pura-pura jadi tunangan gue,  dan kejadian malam ini juga"
"Gue yang harusnya bilang terima Kasih,  kalo lo nggak menghajar itu cowok gue gak tau besok wajah gue masih berbentuk apa nggak,  gue udah kehilangan muka bahkan buat melindungi cewek yang gue sayang gue gak bisa"sean berkata lirih.
Diam-diam giana tersenyum dalam hati walaupun yang di tampakkan diwajahnya berbeda. Mendadak suasana hening diantara mereka tidak ada yang berniat membuka percakapan lagi. Sampai suara perut sean membuat giana tertawa terbahak-bahak.

Philophobia ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang