"Aku umurnya hampir tujuh tahun, aku kelas satu SD." Jawabnya dengan ceria.

"Ohh.. Nana kesini sama Ayah? Ibunya kemana?"

"Iya sama Ayah, Ibu kenyang tidak mau ikut makan."

"Kok kamu cantik banget sih dek.. Ibu kamu pasti juga cantik?"

Anak yang memang cantik, lucu dan cerewet persis dengan aku yang dulu. Kebanyakan yang bilang kalau aku dari kecil memang cerewet dan banyak tanya.

"Iyaa Ibu nya cantik namun cerewet sama seperti dia."

Tiba-tiba saja tanpa sadar aku tak menduga dari arah sebelah ayah nya datang dan menjawab pertanyaanku. Sebenarnya aku sedikit malu namun entah mengapa aku juga penasaran dengan anak ini. Jika Nana dewasa nanti mungkin dia akan seperti diriku yang suka penasaran dengan orang baru dan selalu suka bertanya dan mungkin saja jika Nana menjadi aku maka dia pasti ingin bertanya kepada Sang Ayah ini dengan segudang rasa penasarannya meskipun sebenarnya sangat malu memulai percakapan.

"Ehh.. Maaf Pak.. Saya juga daritadi banyak tanya ke Nana." Aku mencoba membangun sebuah percakapan.

"Iya tidak apa-apa lagian Nana juga kalau suka sama orang pasti ditanya atau diajak cerita meskipun sebenarnya kadang orang itu sedikit merasa jengkel."

Ayah Nana mulai merespon kemudian kembali berbicara padaku setelah meminum seteguk air yang ada di hadapannya.

"Nana ini sedikit tomboy mirip ibu nya yang dulu juga bergaulnya kebanyakan dengan cowok, begitu juga dengan Nana dari kecil selalu dengan Ayah nya dan semua serba Ayah, hahaha.." Sambil tetawa memegang rambut anak nya.

"Oh.. Nana dekatnya sama Ayah? Tapi mirip dengan Ibu nya.. Hehehe.." Aku mencoba memulai pertanyaan.

"Iya dong Nana dekat dengan Ayah nya." Sambil menatap anak nya yang makan kemudian melanjutkan.

"Nana dari kecil sudah ditinggal Ibu nya, sampai saat ini Nana belum pernah melihat sosok Ibu nya."

Dari perkataan Ayah Nana timbul beberapa pertanyaan di dalam hatiku. Kemana Ibu nya Nana? Apakah mereka bercerai atau jangan-jangan??

"Ibu nya Nana kemana yah Pak? Kalau boleh tahu?" Tanyaku penuh harap.

"Ibu nya telah pergi jauh di alam sana, sudah tenang tersenyum bahagia. Tapi bagiku dia selalu ada di hatiku, disaat aku melihat Nana rasanya aku seperti merasa kehadirannya."

Meskipun dengan senyum tampak ceria menjawab pertanyaanku namun aku bisa merasakan apa yang dirasa Ayah nya Nana. Aku sangat paham bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang sangat kita sayangi dan sangat paham bagaimana rasanya menyimpan perasaan yang ada di hati.

"Maaf Pak saya jadi banyak tanya tentang keluarga bapak jadinya menyinggung perasaan bapak." Kali ini aku benar-benar merasa malu dan merasa sedih.

"Tidak masalah, awalnya aku memang sedih tiap ada yang menanyakan tentang Ibu nya Nana namun aku selalu mencoba belajar Ikhlas dan memaafkan segalanya hingga aku bisa terbiasa"

Aku tiba-tiba merasa mendapatkan suatu pelajaran dari kata Sang Ayah ini. Benar katanya kita harus belajar ikhlas dan memaafkan segalanya untuk bisa mengobati luka di hati.

"Nama mbak siapa? Kalau bisa jangan panggil Bapak aku merasa sangat tua, panggil saja Firman."

"Namaku Fina Pak ehh Mas, aduhh.. aku harus panggil anda dengan sebutan apa? Tidak enak rasanya harus langsung menyebut nama."

"Hahahaa... Kalau begitu panggil Kak saja supaya sedikit lebih muda." Katanya sambil tertawa.

Bagiku Nana dan Kak Firman ini adalah orang yang baik, mudah bergaul dan cepat akrab. Kebetulan mereka bertemu dengan orang yang sama dengan tipe mereka jadi semakin terasa akrab. Ayah nya Nana kalau mau dibilang tua sama sekali tidak karena dilihat dari wajah dan postur tubuhnya kalau dibandingkan dengan mahasiswa seumuranku Kak Firman ini bisa dibilang kita tampak seumuran, entah dia yang awet muda atau aku yang ketuaan yah?

1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now