Bab 14 - Terlambat

587 23 20
                                    


Kalau kamu takut cinta, kenapa kamu melakukan cinta?

-Nicolen Prameswari-

[]

Sela berjalan kembali menuju kelasnya dengan gontai, ia masih terngiang-ngiang apa yang dikatakan Satria tadi. Kalau, ia ingin menembak Rahma sepulang sekolah nanti. Karena tak tahan lagi didesak oleh Ryan yang ingin membalas dendam, dan Sela yang takut dijauhi Rahma sebagai sahabatnya. Keputusan yang ia ambil sudah bulat, Sela lega karena persahabatan mereka tidak hancur karena menyukai orang yang sama. Namun, di dalam hati Sela yang sangat jauh, sungguh teriris.

"Denger gak? Ntar ada anak baru mau nembak cecan, parah!" teriak seorang siswa di lorong. Nicole yang mendengar itu pun menoleh seketika dan berusaha mencerna apa yang didengarnya barusan. Ia berjalan mondar-mandir di depan pintu kelas, menunggu Sela kembali.

Kok firasat gue gak enak ya. Gumamnya.

*

Ditengah ia berjalan, Sela melihat Nicole seperti orang kebingungan. Lantas Nicole langsung berlari menghampiri Sela. "L-lo kenapa? Lo nangis? Se-"

"Gue gak papa, Nic, hehe." Tukas Sela sambil tersenyum paksa. Bekas air matanya pun masih terlihat, hidung mancungnya itu pun terlihat sangat merah. Lantas, Nicole memeluk Sela dalam pelukannya.

"Lo kenapa-napa, cerita sama gue setelah ini. Nangis sepuas yang lo mau nanti, oke?" Nicole memberikan senyum dan menenangkan Sela. Akhirnya mereka berdua pun duduk di bangkunya.

"Nic, gue mau pulang."

"Cabut? Anak rajin cabut nih? Ikutan deh kali aja lancar," goda Nicole dengan tawa khasnya.

"Buruan, gak mood gue."

*

Satria yang sedari tadi celingak-celinguk tidak jelas pun akhirnya bertemu dengan Rahma yang berdiri di depan wastafel toilet perempuan.

"Lo lihat Sela?"

"Mana gue tahu!" Satria yang melihat respon Rahma pun mendengus kesal dan lanjut berlari menuju kelasnya. Ia berjumpa dengan Natten dan Ryan yang sedang bersenda gurau, Satria yang dipenuhi piluh pun dihampiri Natten.

"Was machst du gerade? Lo kayak abis ngejar ayam, haha!"

"Sela mana?!" bentak Satria yang membuat Natten terkejut, kemudian lelaki blasteran itu hanya mengedikkan bahunya tanda tidak tahu.

*

"Sel, cabut sih cabut. Tapi napa mesti ke toko buku gini?" gerutu Nicole dengan bahasa tubuh yang menyebalkan.

"Yaudah, Nic. Kelar ini ke kafe deket sekolah aja tuh, mau gak?" ujar Sela menawarkan. Nicole yang mendengar itu pun membinarkan pupil matanya dan mengangguk hebat.

"Kesurupan?" ledek Sela.

"Udah cepetan, gue haus."

Dengan menghabiskan 20 menit disana, Sela dan Nicole pun meninggalkan toko buku itu. Sela yang membawa sekantong plastik yang dipenuhi banyak buku. Sedangkan Nicole, keluar dengan tangannya yang mengibas-ngibaskan wajahnya yang sedang memerah karena sinar sang surya di siang itu. Sesampainya di kafe, Nicole buru-buru mencari tempat duduk. Sela ikut menghampiri sambil membawa menu kafe itu sendiri.

"Lo kayak orang abis di ruqyah anjir, merah bat muka lo, sumpah." Kata Sela meledek, Nicole yang mendengarnya pun tak peduli. Ia hanya sedang menikmati sentoran udara yang keluar dari air conditioner.

MomentsWhere stories live. Discover now