Bab 12 - Murid Baru

459 14 0
                                    

       

Memilih untuk diam tidaklah buruk, sebab diam bisa menjadi teman terbaikmu

-Sela Febrianti-

[]

Senin. Sekolah. Sela memegangi kepalanya yang sedang pusing itu. Dia merasa moodnya untuk berangkat sekolah itu berkurang.

Ya. Sekolah itu membosankan.

Eh. Itu hanya opini Sela.

Akhirnya dengan malas, Sela mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang menurutnya kotor itu. Ia dengan perlahan membasuh tubuhnya dengan air. Membasahi rambutnya yang kusut karena tadi rambut dan bantalnya berkelahi hebat seketika Sela tidur tadi.

Sela membasuh mukanya, yang ia tidak sadari terdapat airmatanya yang menetes deras. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memastikan bahwa matanya tidak basah lagi. Sesudah mandi, Sela mengeringkan tubuhnya dengan menggosokkan handuknya berulang-ulang. Lalu memakai seragam SMA-nya dengan malas. Lalu dia bercermin dengan menatap lesu wajahnya yang terpantul kaca itu.

"Sela Febrianti. Lo harus bisa relain hati lo, demi sahabat lo."

Yang picik.

*

Setelah melalui perjalanan yang menyebalkan itu, akhirnya Sela sampai didepan gerbang hitam yang menjulang tinggi. Melangkah masuk. Dan- brukk.

Keduanya terjatuh. Sela pun mengerang kesakitan sambil memegangi kakinya dengan erat.

"I'm sorry," ucap seorang lelaki dengan suara ringan, yang tak terdengar berat seperti lelaki lainnya.

Sela mengangkat kepalanya. Dilihatlah seorang lelaki dengan rambut cokelat karamel, sepasang bola mata yang berwarna cokelat hazel itu menatap hangat wajah Sela. Lalu lelaki asing itu mengulurkan tangannya tanda menyuruh Sela untuk berdiri.

"Hai, ruang kepala sekolah disebelah mana?" tanya laki-laki itu dengan suara lembutnya, Sela yang sibuk merapihkan penampilannya pun ikut menatap wajah laki-laki itu.

"Lurus situ belok kanan, lo siapa?"

Laki-laki itu tersenyum hangat, "Gue murid baru disini, kenalin, gue Vienatten Bagaswara. Panggil Natten aja. Gue pindahan dari Jerman sih, salam kenal." Perkenalannya yang singkat itu membuat Sela tertegun.

"Jerman?! I always wanted to go there!" ucapnya histeris, Natten sempat menutup kedua daun telinganya dilanjutkan dengan tawa kecilnya.

"Haha, niedlich. Baru pertama masuk dah ketemu cewek yang bikin semangat. Nama lo siapa?"

Sela tersenyum hangat, "Sela. Sela Febrianti," Lalu keduanya berjabat tangan sambil meneparkan senyum kecil. Dilanjut dengan kedatangan siswa-siswi lainnya, mereka semua tertuju pada Natten.

Bagaimana tidak? Natten berpostur tinggi, mempunyai kulit yang cerah, rambutnya yang berwarna cokelat karamel itu pun diterpa angin hingga membuatnya menyipitkan mata cokelat hazelnya itu. Ditambah, sepertinya Vienatten- eh Natten itu ramah.

Lagi-lagi Sela berpendapat.

*

"Sel, gimana caranya biar gue dapetin Satria ya?" celetuk Rahma yang baru saja datang.

Sela menunduk sebentar dan mengangkat kepalanya kembali. "Hmm yang ringan aja dulu, Rah."

"Lo liat gak!! Ada anak pindahan itu kek orang luar negeri!!" heboh Nicole yang baru saja lari dari lorong, ditambah dengan nafasnya yang terengah-engah itu membuat seisi kelas memperhatikanmya.

"Dimana? Dimana?" ujar salah seorang siswi dengan heboh. Biasa. Murid pindahan akan selalu menjadi pusat perhatian, apalagi kalau laki-laki. Sudah pasti diincar oleh para kaum hawa.

Buru-buru ingin keluar, Farrel, sang ketua kelas pun berwajah pucat. "Mampus, Bu Retno!!"

Mendengar itu semua murid berlarian entah membentuk apa untuk kembali ke kursinya masing-masing. Bu Retno, walikelas kelas XI IPS 2 yang terkenal galak.

Wanita yang hampir paruh baya itu memasuki kelas dengan hentakan kaki yang bersemangat. Diikuti seseorang siswa yang sangat terlihat asing bagi kelas itu.

Nicole yang sedari tadi histeris pun mencolek bahu Sela. "Sel, lihat tuh!"

"Anak-anak, jangan ribut!" tegas Bu Retno sambil membanting penggaris panjangnya diatas meja. "Kita kedatangan teman baru, ibu harap kalian bisa tenang untuk mendengarkan. Silahkan perkenalkan dirimu," lanjut Bu Retno sambil mempersilahkan siswa itu memperkenalkan dirinya.

Siswa itu selangkah kedepan dan mengamati seisi anak-anak di kelas itu. Ia mendapati sosok perempuan yang tadi pagi membuatnya geli, Sela Febrianti. "Hallo, alle miteinander. Perkenalkan. Nama gue Vienatten Bagaswara, biasa dipanggil Natten. Gue pindahan dari Jerman, gue harap kita bisa temenan dengan baik." Selesailah perkenalan itu diakhiri dengan Natten membungkukkan badannya tanda hormat. Lalu ia duduk di kursi kosong sebelah meja Sela. Tepatnya, sebelah Sela. Yang memisahkan mereka hanya jarak dimana yang biasa dipakai untuk lalu-lalang para murid.

Sela menatap Natten sekilas, namun Natten menyambut tatapan itu dengan hangat disertai senyum. Nicole yang duduk disebelahnya itu pun histeris melihat tingkah kedua orang itu. "Sel! Dia senyum ke lo kan? Gila aja! Lo beruntung banget anjir. Capcus udah tinggal pilih," celetuk Nicole dengan tawa khasnya.

Senyum Natten.. tulus.

Maafkan, Sela berpendapat kembali. Disisi lain, Rahma menatap Sela dengan sinis. Entah apa yang dirasakan Rahma saat ini. Melihat sahabatnya- oh bukan, yakni korbannya yang sudah ia rebut sumber kebahagiaannya kini kedatangan seseorang yang dapat membuatnya tersenyum kembali.

Yang jelas saat ini, Rahma menggumamkan sesuatu. Aku benci melihat kebahagiaanmu, Sela.

*

Akhirnya muncul tokoh baru TvT)/ cowo blasteran yang unch lah xD wkwkwk, jangan lupa untuk like, vote, dan commentnya ya~ Happy Reading!

Regards,

MomentsWhere stories live. Discover now