Jogja Punya Ceritanya

215 30 8
                                    


Pagi ini cuaca seperti sedang mendukungku, langit biru dengan keramaian yang khas dari kota Jogja membuat semangatku mencari Fana semakin besar. Pencarian dimulai dari mengunjungi jalanan Malioboro sampai pemberhentian terakhir nanti di alun-alun kidul, siapa tau disana menyimpan jejak Fana. Tak hanya aku yang bersemangat, Sore juga sangat bersemangat, entah bersemangat berkeliling Jogja atau bersemangat mencari Fana.

Terkadang aku bingung, aku terus memikirkan Fana, apa Fana juga memikirkanku? Ini terasa sangat tidak adil. Tapi yang aku tau Fana adalah orang yang sangat mencintaiku, menurutku dia juga menunggu kedatanganku.

Hidup adalah sebuah proses pencarian, perubahan dan perjuangan, jika kita kehilangan diantara ketiga hal tersebut maka hidup akan terasa sangat membosankan.

Kami terus berkeliling Malioboro mencari tanda-tanda Fana, tapi tetap tidak membuahkan hasil, yang aku punya hanyalah jam dering dan surat dari Fana. Kami bingung bagaimana cara mencarinya, aku tidak memiliki foto Fana, yang kutau hanyalah ciri-ciri fisik Fana 2 tahun lalu, rambut terurai sebahu, senyum seindah pelangi, kelembutan hati seperti salju, ciri-ciri itu mungkin tidak akan cukup untuk mencari Fana.

Hari sudah siang, kami berhenti sejenak untuk makan siang dan meminum secangkir kopi disudut kota jogja, aku sangat kelelahan, tetapi tidak dengan Sore, dia sangat bersemangat, entah apa yang ada didalam pikirannya. Sore yang bukan siapa-siapa saja bisa semangat begini membantuku, jadi aku tidak boleh kalah dari Sore!

Kami melanjutkan pencarian dengan menyusuri jalanan Jogja hingga senja dan sampai pada tujuan akhir alun-alun Kidul, namun hasilnya tetap sama. Aku mengembuskan nafasku, pencarian ini seakan sia-sia, tak ada sedikitpun tanda-tanda dari Fana, aku tau Fana pernah bercerita dia sangat suka akan keindahan Jogja, tapi apakah mungkin dia disini, bagaimana kalau dia di pulau yang berbeda, bahkan di Negara yang berbeda.

Tapi tunggu dulu, disaat aku asyik dengan lamunanku, aku kehilangan Sore, entah kemana dia pergi, ini menambah masalahku saja, kalau dia nyasar dan hilang aku yang repot. Aku sangat gelisah sekali memikirkan semua ini.

"Sam, ambil ini," sapa Sore dari belakang sambil memberikan eskrim.

"Lu kemana aja? Jangan bikin repot dong, kalau lu nyasar kan gua yang harus tanggung jawab."

"Jangan marah-marah, ambil dulu nih, anggap aja ucapan terima kasih saya karna kamu udah ajakin saya kesini, diabisin dulu eskrimnya ntar pikiran kamu bakalan tenang."

Aku mengambil eskrim yang dibelikan Sore untukku, lalu sore mengajakku duduk disebuah kursi sambil menatap langit senja yang begitu indah.

"Sam, indah ya langitnya, jingganya begitu klasik membuat semua beban pikiran hilang."

"Berbeda dengan gua, senja tak lagi jingga semenjak Fana pergi."

"Kamu tenang aja ya Sam, saya bakalan bantuin kamu kok sampai senjamu kembali jingga, ini baru hari pertama, masih ada hari-hari berikutnya, semangat!!" sambil menunjukkan senyum yang mengalahkan indahnya pelangi.

Sore benar, liburku masih panjang, aku masih bisa mencari serpihan yang Fana tinggalkan dijogja ini. Setelah menikmati indahnya senja di alun-alun Kidul, kami memutuskan untuk pulang ke penginapan dan melanjutkan pencarian besok pagi, rencananya kami akan melakukan pencarian selama 3 hari. Diperjalanan menuju penginapan, Sore melihat toko bunga yang masih buka, Sore langsung mengunjungi toko bunga tersebut, menurutku toko bunga ini begitu indah dengan berbagai macam jenis bunga koleksinya.

"Selamat malam mbak, mas. Maaf tapi toko ini sudah mau tutup, besok saja kalau ingin membeli."

"Yah, Pak. Tolong pak bolehin saya membeli sebuah bunga, saya sangat ingin membeli bunga, saya sangat menyukai bunga," menunjukkan wajah lembutnya yang berhasil meluluhkan hati pemilik toko.

"Waduh, baiklah kalau mbak memaksa, saya tau bunga yang mbak cari, pasti bunga Lili kan?" 

"Benar Pak, saya menginginkan bunga lili itu."

"Sangat cocok dengan mbak," sambil memberikan bunga lili.

"Sam, kamu tau nggak filosofi dari tiap-tiap bunga ini?" tanya Sore kepadaku yang seperti ingin mengujiku.

"Apa?"

"Anggrek mengandung filosofi bunga bahwa proses menuju keindahan bukanlah hal yang mudah, mawar merah yang memiliki arti cantik, berani, cinta dan romantis, bunga tulip bisa melambangkan permohonan maaf, pernyataan cinta, kepedulian, kemewahan, semangat tinggi. Nah itu dia filosofi dari bunga-bunga ini."

"kalau lili?"

Penjual bungapun langsung menyaut, "Kalau lili itu seperti mbak ini, penuh dengan kelembutan, kepolosan, ketulusan dan pantang menyerah."

"Nah itu dia Sam maknanya, jadi kamu harus memaknai semua yang ada didiri kamu, semua kehidupan didunia ini ada maknanya, bunga aja ada maknanya, apalagi kamu."

"Kalau gua, ibaratkan bunga apa?"

"Matahari." 

"Maknanya?"

"Cari sendiri," lalu gadis itu pergi menuju penginapan.

Gadis keras kepala yang selalu menyimpulkan pertanyaan-pertanyaan seenak pemikirannya. Akupun langsung menyusul Sore dan melanjutkan pencarian Besok pagi.


                "Hidup adalah saat kita harus mengatasi kesulitan, menggali makna, menemukan rahasia, menikmati proses dan mengalami perjuangan"


Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang