Ingatan Dalam Diamku

321 35 5
                                    


Pagi ini lagi-lagi aku dibangunin, tapi bukan Riyan yang membangunkanku melainkan bibi, mungkin Riyan tadi malem kecapean makanya dia gak bangun sepagi biasanya, ditambah lagi aku liat jadwal kuliah Riyan pagi ini kosong.

"Makasih ya bi udah bangunin Sam, Riyan nya gak usah dibangunin soalnya dia gak ada kuliah pagi kok, Sam juga liat kalau dia kecapean," entah kenapa aku pagi ini begitu ramah.

"Nak Sam, yang nyuruh bibi bangunin nak Sam itu Sore, Sore bilang nak Sam gak bakalan bangun kalau gak dibangunin."

"Oh gitu ya bi, yaudah Sam siap-siap ngampus dulu ya bi."

Sekali lagi aku terheran dengan Sore, kenapa dia bisa tau kalau aku gak bisa bangun tanpa ada yang membangunkan. Oh semesta apa maksud semua ini, teka-teki apalagi yang harus aku pecahkan.

Hari ini dikampus sepertinya aku akan lembur lagi mengingat banyak materi yang ketinggalan. Oh ya ngomong-ngomong aku gak pernah sarapan pagi karna aku selalu bangun kesiangan dan sarapan pagi akan membuat perutku mules, tapi pagi ini sebelum aku berangkat ke kampus Sore memberi ku bekal kotakan yang isinya roti selai coklat.

"Sam, ambil nih, buat bekal kamu," sambil memberikan kotakan.

"Ah ogah, males banget bawa begituan kayak anak kecil aja!"

"Terima aja, ini ucapan terima kasih saya karna tadi malam kamu udah nyariin saya roti," membuat lengkungan dibibirnya.

Gadis ini memohon dengan senyum lembut seperti biasanya, dia gadis terkeras kepala yang pernah aku kenal, entah kenapa aku gak bisa nolak pemberiannya, tapi gak ada gunanya berdebat dengannya, ntar malah telat ngampus ngadepin keras kepala orang seperti dia.

Aku pun menerima bekal yang dia berikan. Saat ingin mencari tas untuk menyimpan bekal ini aku teringat kalau tasku masih ketinggalan di dalam mobil Riyan, tapi tidak masalah karna di tas itu isinya gak ada keperluan kampus. Karena aku sungkan bangunin Riyan, akupun berangkat ke kampus menggunakan tas lain.

**

Disepanjang perjalanan menuju kampus, aku teringat kepada Sore, "Kenapa ya dia mirip sekali dengan Fana, kelembutannya, senyumnya, teka-tekinya, tapi ada yang beda, dia sangat keras kepala dibandingkan Fana."

Gak kerasa udah nyampe kampus dan aku harus melanjutkan ketertinggalan materiku, kalian bisa tau kan kalau mahasiswa ngejar ketertinggalan materi itu ribetnya gimana dan sibuknya seperti apa sampai-sampai untuk makan siang aja gak sempat, untung aja ada bekal yang diberikan Sore kepadaku, ini sungguh sangat-sangat bermanfaat.

Semangatku gak pernah runtuh ngejar ketertinggalan materi ini, sebab aku sangat ingin segera lulus, membanggakan orang tua dan tentunya Fana.

Hari ini selesai lebih cepat dari yang kubayangkan, lemburku kali ini hanya sampai jam 3 saja, namun cuaca sangat panas sekali dan sangat tidak memungkinkan untuk pulang, akupun bersantai dahulu di taman kampus. Kali ini ada yang berbeda, biasanya aku bersantai di taman untuk melihat wanita cantik yang mungkin menggodaku, tapi kali ini aku duduk ditaman untuk melihat langit, memandangi awan yang bergerak semu, merasakan hembusan angin yang menerbangkan dedaunan, terasa lebih nyaman.

Terhanyut dalam nyamanku aku merasakan kesepian yang mendalam melihat orang-orang di taman dengan pasangannya, dengan sahabatnya, bahkan dedaunanpun berterbangan tidak sehelai melainkan bersamaan daun lainnya, kenapa hanya aku yang sendirian.

Ini sangat berbeda ketika aku di Bandung yang dianggap samudera oleh orang-orang, punya semua kelebihan, diidolakan, banyak yang ingin berteman denganku, tapi sekarang disini aku sendirian, hanya punya Riyan sahabatku dari SMP yang sangat baik padaku meskipun aku terkadang kasar padanya. Kasar? kalau bicara soal kasar mungkin Fana lah orang yang selalu merasakan itu semua, wanita dengan hati lembut seperti salju, selalu tersenyum padaku dan menjagaku, sangat peduli, dan sangat sabar walaupun aku sering menghancurkan hatinya, salahku sudah sangat besar kepadanya, tapi dengan sebuah senyuman dia selalu mengatakan "Gapapa Sam, saya selalu memaafkan kamu."

Lalu kamu sekarang kemana, Fana, kenapa kamu menghilang tanpa jejak, jelaskan padaku maksud teka-teki yang kamu tinggalkan yang lebih rumit dari rumus kalkulus. Tapi, kalau kamu benar-benar ingin aku berubah menjadi samudera sesungguhnya yang meberikan sejuta cerita sejuta kehidupan maka datanglah dihadapanku sekarang juga, aku butuh kamu fana!

Kriiinggg...,kriingg..., begitu hanyutku membelenggu memori ternyata ponselku berdering dan ternyata itu dari ketua kelas yang menyuruhku untuk segera merapat keruang dosen.

Untung saja aku tadi tidak pulang, kalau aku pulang bisa-bisa aku repot harus bolak-balik kampus.

Aku menuju ruang dosen, disana sudah ada 6 temanku yang lain, aku mengira kami melakukan kesalahan sehingga kami disuruh menghadap, ternyata.....,

"Bagus kalau kalian sudah berkumpul semua disini," ucap pak Harto yang membuat suasana menjadi begitu tegang, jujur aku sangat takut.

"Tapi kami semua disini salah apa ya pak?" tanyaku kepada pak Harto.

"Bukan begitu mas Raihan, kalian bertujuh saya pilih untuk praktek lapangan di proyek Tol Semarang-Solo, itu akan menambah pengalaman kalian dan siapa tau itu akan menjalin relasi kalian dengan engineer disana, kalian hanya perlu menuliskan laporan selama seminggu disana."

Aku tidak tau ini kabar gembira atau bukan karna belum ada persiapan sama sekali, namun ini juga baik untuk menjalin relasi dan menambah pengalaman, aku juga gak bisa menolak tawaran dari pak Harto karna kalau bukan karna dia tidak mungkin aku masih berada dikampus ini, pak Harto adalah dosen yang mempertahankanku agar tidak di DO ketika aku melakukan kesalahan dulu.

Setelah selesai rapat, aku langsung menuju rumah untuk menyiapkan berbagai keperluan praktek, diperjalanan aku melihat toko eskrim, kemarin dirumah sakit Sore bilang dia pengen makan eskrim dan aku memutuskan untuk membelikan eskrim untuk Sore sebagai permintaan terima kasihku karna sudah diberikan bekal roti selai dan sekaligus permintaan maaf karna seminggu kedepan aku gak bisa ngerawat dia, setelah itu aku langsung menuju rumah tanpa kemana-mana lagi.

"Sore, ini gua beliin lu eskrim," menyodorkan eskrim kepadanya. 

"Wah kamu baik banget Sam, tau aja saya lagi pengen eskrim, makasih banget ya."

Sore memakan eskrim tersebut dengan penuh keceriaan seperti sudah bertahun-tahun tidak makan eskrim, kebayangkan gimana?! Lalu tiba-tiba Riyan datang menghampiriku.

"Wah kayaknya ada yang kesambet nih, tumben banget baik sama Sore, biasanya kan selalu judes sama semua cewek," sapa Riyan sambil mengejekku.

Entah kenapa yang dikatakan Riyan itu benar, biasanya aku selalu kasar dan judes sama semua cewek, tapi kenapa berbeda dengan sore, apakah karena dia mirip dengan Fana, tapi gak mungkin karna Sore gaada kaitannya dengan Fana, "Ah biasa ajadeh Yan, gua baik malah diledekin, lagipula itu untuk permintaan maaf gua karna seminggu kedepan gua gak bisa ngerawat dia gua ada praktek di Tol Semarang-Solo."

"Eh Yan, Tas gua masih ada di mobil lu kan? Tolong masukin ke lemari ya, jangan sampai ilang lho barang-barang didalemnya, gua mau kekamar dulu beres-beres."

"Iya, gak bakalan gua sentuh kok."

Aku langsung menuju kamar dan mengurus semua keperluan praktek, praktek ini tentunya sangat merepotkanku dan aku harus mempersiapkan segala sesuatunya, jangan sampai aku kelupaan apalagi sampai melakukan kesalahan, karna kalian harus tau..,

              "Satu kesalahan kecil bisa menghancurkan sebuah kepercayaan besar seseorang."

Senja Tanpa JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang