Terserah

166 24 22
                                    



Selamat pagi dunia! Selamat pagi burung-burung, selamat pagi mentari! Dan selamat pagi untuk kamu, iya kamu,orang yang sedang membaca tulisanku.

**

**

Ini adalah hari keduaku tidak menemui Sore, memang aku sedikit rindu dengan keras kapalanya dan tentu juga dengan senyumannya, namun aku ingin dia menenangkan pikirannya terlebih dahulu, dan lagipula aku sibuk menyelesaikan tugas kuliahku yang menumpuk meski sekarang masih waktunya libur.

Lagi-lagi pagi ini aku kembali mendapatkan sebuah pesan dari orang yang tidak dikenal, nomornya sama, namun isi pesan kali ini berbeda, pesan itu berisikan,

"Bintang gemerlap gemerlip bersinar mesra; jutaan. Tataplah bintang yang pasti cahayanya, jangan yang samar. Jangan takut gelapnya malam membuat cahaya redup, karena bintang yang sesungguhnya tidak akan pernah hilang ditelan kegelapan."

Untuk nomor yang sama, pesan yang penuh dengan teka-teki, dan ini sudah ketiga kalinya, apakah mungkin ini salah kirim? Aku mulai mempertanyakannya, pesan ini penuh dengan makna dan teka-teki, sepertinya orang ini tahu banyak tentangku.

Aku mencoba menelponnya tapi tidak diangkat, kucoba membalas pesan tersebut bertanya siapa dirinya dan apa maksud pesannya, tetap saja tidak dibalas. Untuk seseorang yang ingin bermain-main, bagiku ini sangat tidak lucu, ini sangat meresahkan. Namun daripada mementingkan pesan yang entah siapa pengirimnya lebih baik aku kerumah Sore menemuinya, aku sedikit rindu dengannya, wajar saja sudah 2 hari ini aku tidak menanyakan bagaimana kabarnya, dan siapa tahu dia bisa memberikan solusi tentang orang misterius yang mengirim pesan kepadaku.

**

**

Ketika aku sampai dirumah Sore, ternyata ia tidak ada dirumah, yang ada hanya kakaknya. Mbak Nis bilang Sore sedang keluar membeli buku di toko buku dekat rumah. Kuputuskan untuk menunggu, padahal aku ingin menghampiri Sore ke toko buku tersebut, tapi Mbak Nis menyuruhku untuk menunggu Sore dirumah saja karena menurut Mbak Nis sebentar lagi Sore akan kembali. 

Terkadang aku berpikir apakah Sore selalu berpergian sendirian, kenapa dia tidak pernah ditemani kakaknya, ini terlalu mandiri menurutku.

Sambil menunggu kedatangan Sore, aku bercerita dengan Mbak Nis agar bisa mencairkan suasana, daripada diam-diam seperti ujian nasional saja.

"Mbak gak dinas mbak?" tanyaku kepadanya.

"Lagi libur mas, lagipula capek mikirin kerjaan terus, maunya mikirin jodoh aja. Mas sendiri gak kuliah?"

"Hehehe, mbak bisa aja, jodoh jangan dipikirin tapi diperjuangin mbak. Aku lagi libur kuliah mbak."

"Hehehe, ternyata kamu juga bisa ngelucu ya. Oh iya, sepertinya kamu dekat sekali dengan Sore, bagaimana suka duka berteman dengan Sore? Dia pasti sangat keras kepala ya? Tapi sebenarnya dia itu lembut kok."

"Enggak terlalu dekat kok mbak, cuma berteman baik aja," tawaku begitu keras sampai-sampai aku malu dengan kakaknya Sore. "Sore memang sedikit keras kepala, tapi dia orang yang sangat baik, selalu mau membantuku, dia juga lucu, aku senang berteman dengannya."

"Baguslah jika kamu senang berteman dengannya. Sam, saya minta tolong boleh?" menatapku begitu serius.

"Iya mbak, minta tolong apa?"menunjukkan senyuman dari bibirku.

"Kamu jaga Sore baik-baik ya,dia adik saya satu-satunya dan tentu saja saya sangat menyayanginya. Kalau nanti saya dinas ke Singapore lagi kamu tolong temenin dia ya, jangan sampai dia kesepian."

Senja Tanpa JinggaKde žijí příběhy. Začni objevovat