Begin

1.9K 320 35
                                    

Kamu terlalu pintar
Menarik ulur.

///

Min Yoongi bukanlah orang yang disiplin. Tapi entah apa yang terjadi padanya hari ini, ia datang pagi sebelum teman sekelas ada. Biasanya dia masuk hampir lima menit sebelum bel jam pertama berbunyi. Ngomong-ngomong itu adalah rekor tercepat Yoongi masuk selama SMA ini.

Saat duduk di kursinya, Yoongi iseng meraba-raba laci meja untuk menemukan sesuatu di sana. Ia mendesah kesal setelah melihat apa yang ditemukannya. Kotak makan yang diatas tutupnya tertempel stick note hijau cerah.

Cepat di makan ya ^^

Yoongi benci diganggu seperti ini. Apa sih maksud perempuan itu? Ia membuka tutup kotak makan tersebut yang rupanya berisi enam muffin coklat, masih hangat dan menggiurkan untuk di makan. Tapi Yoongi tidak peduli. Ia membuang muffin-muffin tersebut ke tempat sampah, walau itu adalah pemberian pacarnya sekalipun.

/

Bel istirahat memanjakan telinga setiap siswa. Semua berbondong-bondong keluar kelas demi menghindari suasana sumpek yang mereka rasakan. Tidak berbeda dengan Seulgi dan Seungwan. Keduanya bahkan sudah duduk anteng di bawah pohon sambil memakan muffin coklat buatan Seungwan.

"Adik angkat lo tambah keren aja, Wan." Puji Seulgi, matanya berbinar-binar dan tidak lepas menatap Jimin, adik Seungwan yang sedang bermain basket dengan teman sebayanya. Mereka memang duduk tepat di depan lapangan basket, jadi Seulgi sangat puas untuk melihat Jimin.

"Kapan emangnya dia jelek di mata lo." Sindir Seungwan.

"Seharusnya gue yang ketemu Jimin duluan."

"Berarti lo jadi kakaknya. Enakan pacaran perasaan."

"Tapi kalau jadi kakaknya gue kan bisa dekat sama Jimin. Toh cuma sebatas saudara angkat." Pikiran dangkal Seulgi hampir membuat Seungwan mencopot sepatu dan memukul keras-keras ke kepala temannya ini.

Jimin tiba-tiba lari ke arah mereka berdua yang membuat Seulgi terkesiap. Caranya berlari begitu keren. Umurnya memang baru tujuh belas, tapi gurat-gurat dewasa sudah nampak di wajah Jimin. Seulgi menyukainya.

Lelaki itu menghampiri Seungwan dan merebut susu yang diminum kakaknya itu. "Aku minta, ya, kak." Pintanya enteng. Seungwan mencubit pinggang Jimin karena selalu bersikap seenaknya.

Seulgi yang berada di samping Seungwan cuma bisa tersenyum kaku. "Hai Jimin!" ia meringis dalam hati karena keberaniannya. Merasa dipanggil Jimin menoleh. Oh, tolong Seulgi, dia sepertinya hampir kena serangan jantung. Jimin membalasnya dengan senyum kecil dan menganggukkan kepala, dia mengembalikan botol susu ke Seungwan dan kembali ke lapangan basket.

"Ih, Jimin nyebelin! Susu kakak dihabisin!" tapi Jimin tidak kembali untuk meminta maaf membuat Seungwan
gondok setengah mati.

"Huh, adik lo itu dingin banget." Seulgi kembali mengeluh. Seungwan meringis mendengarnya. Dia adalah saksi hidup Seulgi menjadi korban kedinginan adiknya. "Jangan bilang dia ngidap
brother-complex? Jimin cuma peduli sama lo."

"Mungkin karena Jimin ngerasa berhutang sama keluarga gue," jawab Seungwan ringan.

"Gak tahu, Wan. Gue selalu ngerasa dunia Jimin berpusat ke elo."

Seungwan diam. Batinnya membenarkan apa yang dikatakan Seulgi. Jimin tidak pernah jauh darinya bahkan saat lelaki itu masih di panti asuhan. Seungwan yang meminta orangtuanya untuk mengangkat Jimin. Karena dia selalu berkelakuan baik, tanpa ragu mereka mengadopsinya.

"Seungwan, Yoongi lewat!" Seulgi berbisik tepat di telinganya, Seungwan agak terkejut. Pandangannya yang tadi tidak fokus tertuju langsung ke lelaki yang dipujanya sejak pertama kali masuk SMA. Seungwan tersenyum samar mengetahui mereka sudah terikat seminggu yang lalu.

Sweet Lies - WenGaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang