Chapter 11

384 49 0
                                    

  "Eunha- ya!!"  teriak seorang namja yang tak lain adalah Eunwoo. Eunha yang merasa namanya diteriakkan langsung menoleh kesumber suara.

"Eunha- ya, kemana saja kau? Aku jarang melihatmu akhir akhir ini."  tanya Eunwoo sambil berjalan menghampiri Eunha yang sedang ada di rooftop sekolah.

Eunha tersenyum simpul. "Memang apa pedulimu?" tanya Eunha dingin kemudian kembali menatap indahnya kota Seoul dari atas gedung sekolah.

"Aku mencarimu karena aku memang peduli padamu, jadi jangan pernah berkata apa pedulimu lagi kepadaku." ucap Eunwoo tegas.

"Ck." Eunha kemudian berbalik, bersandar pada pagar pembatas sambil menyilangkan tangannya sebatas dada.

"Besok hari ulang tahunmu kan?" tanya Eunwoo yang membuat Eunha tak percaya, bagaimana bisa ia mengingatnya?

"Apa? Kau, ingat?" tanya Eunha masih tak percaya. Eunwoo tersenyum kemudian mengangguk.

"Tentu saja aku ingat, bagaimana pun aku tak akan lupa hari penting itu."  balas Eunwoo sambil mematap Eunha penuh arti. "Kau ingin kado apa dariku?"

"Tidak ada yang ku inginkan." tukas Eunha cepat. Eunwoo menghembuskanya nafasnya gusar. "Baiklah, jika kau tak ingin apa apa, bisakah kau membantuku membeli sesuatu untuk seorang yeoja yang aku cintai?"

Bagaikan petir yang menyambar disiang bolong, hati Eunha terasa dihujani beribu ribu jarum bahkan raganya seakan dicabik cabik oleh benda tajam. Mata bulat itu membelalak tidak percaya ketika mendengar apa yang baru saja diucapkan Eunwoo, sungguh hatinya sangat sakit saat ini, bahkan rasanya ia ingin menagis.

"Yeoja?" tanya Eunha dengan normal, seakan dirinya tidak peduli sama sekali. Eunwoo manatap Eunha, ia tahu bahwa Eunha tidak baik baik saja setelah ia mengucapkan kata itu, dan kini ia merasa agak bersalah sekaligus menang.

"Ne, yeoja. Yeoja yang sebentar lagi akan menjadi yeojachingu ku." balas Eunwoo sambil menatap lurus kedepan dan senyuman tak pernah pudar dari wajahnya. Eunha merasa harapanya telah  pudar bak debu tertiup angin. Kini hanya angan angan nya saja untuk menjadi kekasih Eunwoo. Dan Eunha harap yeoja itu bukan Yuju.

"Oh, ya? Kurasa kau harus membelikannya boneka, cokelat serta bunga, eumh... Mungkin, aku tidak yakin." ucap Eunha. "Aku tahu itu dari Yuju." tambahnya ketika Eunwoo menatapnya kagum. Karena setahunya Eunha tidak tahu menahu tentang semua itu.

"Saran yang bagus. Tapi dimana aku akan mendapatkannya?" tanyanya pura pura tidak tahu. Tanpa mempedulikan pertanyaan Eunwoo, Eunha langsung pergi begitu saja.

"Aku harap yeoja itu bukan Yuju." gumam Eunha berharap harap cemas.

Eunha berjalan menuruni anak tangga dengan perasaan yang sulit ia ungkapkan, haruskah ia bercerita pada Umji tentang semua yang dialaminya hari ini?
Eunha membuang nafasnya gusar, ketika harus merasakan kembali penyesalan yang amat sangat menyakitkan untuknya.
Pertama, ia sangat menyesal telah menolak namja yang sangat mencintainya. Kedua, ia menyesal karena telah mencintai Eunwoo yang kini malah mencintai orang lain, sungguh sangat menyakitkan jika kenangan buruk itu selalu ada didalam memorinya. Eunha berharap ia amnesia hari ini juga. Harapan yang sangat bodoh.

Eunha sampai pada anak tangga terakhir dan memutuskan untuk kembali keasramanya, lagipula hari juga semakin gelap dan kelas telah selesai satu jam sebelum Eunha naik ke rooftop.

Ketika ia tiba, tak ada siapapun dikamarnya, bahkan Umji yang tak suka keluar kamar pun sekarang tak ada. Kemana mereka pergi, pikir Eunha.

Karena terlalu lelah, Eunha memutuskan untuk segera mengguyur tubuhnya dengan air shower yang dingin, mungkin saja itu bisa sedikit mengurangi pikiran beratnya.

♥♥♥♥

  Suara dari tuts piano  mengalun indah memenuhi setiap pojok ruang musik. Jari jari lentik itu terus menekan tuts demi tuts dengan lihai yang seakan diri telah menjadi seorang pianis terkenal. Yuju sangat suka bermain piano akhir akhir ini, terlebih lagi Eunwoo yang selalu mengajarinya bermain piano.

Kali ini Yuju tengah menunggu kedatangan Eunwoo yang tak kunjung datang. Sudah satu jam lamanya ia menunggu, namun tak ada ciri ciri akan keberadaan Eunwoo.

Yuju menghembuskan nafasnya pasrah kemudian mulai beranjak dari duduknya dan berniat untuk kembali keasrama, lagipula rasanya Eunwoo tak akan datang. Namun tiba tiba pintu perlahan terbuka dan menampilkan seorang namja yang tak lain adalah Mj. Mj begitu terkejut melihat Yuju yang ada didalam ruang musik, karena ia masih saja menunggu Eunwoo disana, padahal sudah jelas sekali Eunwoo tidak akan datang.

"Kau masih disini?" tanya Mj kemudian berjalan menghampiri Yuju yang berdiri mematung didekat piano.

"Emh... Aku akan pergi." jawab Yuju kemudian melangkah melewati Mj. Namun Mj mencegah Yuju dengan cara mengenggam tangan Yuju, sontak Yuju menoleh.

"Ayo kita melepas kesedihan dulu sebelum pergi." ajak Mj, Yuju menatap Mj datar, sedetik kemudian Yuju mengangguk setuju. "Aku yang nyanyi. Kau yang memainkan musiknya." Yuju tersenyum lalu segera duduk dibangkunya dan mulai memainkan jari jarinya diatas tust piano.

"Mungkin takdir kita sama, Yuju-ssi." ucap Mj sebelum bernyanyi.

"Emh."

♥♥♥♥

Continue.

Vomment please🤗🙏♥


Pendek banget yak, aku gk punya ide untuk lanjut ff ini.😿 Sebelumnya maaf, karena aku jarang update, mungkin ada dari kalian yang ninggalin ff aku ini. Tapi aku harap masih tersisa pembaca setia yang nunggu kelanjutannya (pede banget:v) walaupun aku tahu, ff ini mungkin saja tidak menarik.😿

Salam hangat

       Fi❤

Rough-(Gfriend X Astro)  END!!On viuen les histories. Descobreix ara